18.♡

92 39 43
                                    

Sebuah rumah cukup sederhana bernuansa modern dan terdapat sedikit sentuhan ornamen khas Cina di pentilasi dan hiasan tembok pembatas teras, telah disinggahi oleh Anita. Inilah rumah orangtua Marie. Rumah ini luasnya tidak jauh beda dengan luas rumah bu Lina. Bedanya rumah ini berlantai dua. Dimana kamar Marie, dan kamar kakak laki-laki nya ada di lantai atas. Rumah ini jaraknya hampir setengah jam dari pemakaman, dengan menaiki angkot. Selain terkesan oleh kesejukan dan keasriannya, Anita juga terkesan akan keramahan kedua orangtua Marie, bahkan telah mempersiapkan jamuan. Pasangan suami-istri itu masih nampak sehat sekali meski sudah lanjut usia. Masakan dan makanan ringan yang tersaji di meja makan di hadapan mereka berempat adalah karya ibu nya Marie. Beruntung, semua hidangan itu halal untuk Anita konsumsi. Gadis Bandung ini pun dibuat terkesan oleh cita rasa semua hidangan. Sampai dia seringkali menyampaikan pujian. Marie yang sering memperhatikan, turut senang Anita sanggat menikmati dan ceria. Berbeda sekali dengan sewaktu di perjalanan sebelum sampai di sini. Setelah kenyang makan dan berbincang, Marie dan Anita pergi ke kamar. Disana Marie melarang Anita membantu nya membereskan pakaian di lemari. Maka Anita duduk santai di pinggir kasur, memperhatikan seisi kamar bernuansa abu cerah yang sangat rapih, dan, ada sebuah buku tebal berjilid bagus di dekat nya yang menarik perhatian. Buku itu tergeletak di atas meja samping kasur. Penasaran, dia meminta izin pada Marie.
"Suster, apa saya boleh melihat buku di atas meja ini?"

"Boleh," jawab Marie sambil masih sibuk mengurus lemari.

Hati-hati Anita membuka buku itu. Nampak lah dua buah foto hitam putih jaman dulu. Rupanya, ini adalah album foto. Anita menduga, foto anak kecil perempuan bersama satu keluarga, dan foto sedang berdiri di dekat pohon bersama anak laki-laki ini pasti adalah Marie di masa kecil. Lanjut halaman ke dua, bibir Anita bergerak senyum-senyum sendiri oleh melihat foto Marie kecil sedang berpose duduk di ayunan sendirian. Ada beberapa lagi foto masa kecil dan masa gadis Marie yang sama-sama membuat Anita merasa gemas nan kagum. Setelah membuka halaman ke sekian, nampak lah foto-foto pernikahan Marie dan mendiang suami nya, Cakra.

'Ini ya mendiang suami nya.
Cantik sekali suster Marie pakai gaun pengantin.
Huft. Mereka pasangan yang serasi.'

Dilanjut potret semasa rumah tangga. Seakan menghentak hati Anita. Foto-foto itu terpampang tampak sebagai hari-hari yang indah nan membahagiakan. Dia senang melihat Marie yang nampak bahagia bersama senyuman cantik nya. Tetapi, entah.. entah dia harus merasa ikut bahagia atau sedih.. 
Sempat terlintas sebuah pertanyaan di benaknya, 'Apa suster Marie masih mencintai suaminya?'
Ada kecemburuan dalam hati yang mengusik pikiran Anita setiap kali melihat potret kemesraan pasangan suami-istri itu. Jadi dia tidak bisa berlama-lama melihat nya. Berlanjut pada halaman baru yang menampilkan foto sebuah keluarga bahagia dengan kehadiran malaikat kecil mereka berjenis kelamin laki-laki. Anak Marie, Jevier.

"Oh.., kamu sedang lihat album,"

Terdengar suara Marie mendekat ke arah nya, Anita mendongak. Marie kini duduk di samping nya.

"Fokus banget, lihat nya. Sampai tadi aku sempat manggil, kamu tidak menyahut," tutur Marie diiringi tawa kecil.

Malu sekali Anita.
"Hhehe. Maaf, suster.."

"Iya.."
Pandangan beralih pada album foto di tangan Anita.
"Anak saya lucu sekali, kan?!" ungkapnya bersama senyuman keibuan.

"Benar, suster." Tentu Anita setuju. Marie yang cantik, menikah dengan pria tampan, pastinya memiliki anak yang rupawan.
Namun teringat suami dan anak Marie telah meninggal, dia merasa sedih dan prihatin.

Telunjuk Marie menunjuk salahsatu foto di halaman lain yang memperlihatkan potret Jevier telah tumbuh besar, berusia empat tahun, sedang berdiri mengangkat kedua tangannya yang memegang mainan robot.
"Lihat! Saya sangat gemas dengan senyuman lebar nya,"

[NEW] Rahasia MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang