☆
Hari Minggu. Menyusuri jalanan kota Bandung bersama Marie di boncengan. Bagaimana perasaan Anita? Tentu saja perasaannya gembira, campur aduk karena disertai rasa gugup juga. Siang akhir pekan ini mereka berdua jadi pergi untuk makan berdua. Dengan Marie yang berbusana rapih; memakai gaun biru muda diatas mata kaki, dilengkapi headscarf bermotif dan berwarna senada.
Tujuan pertama mereka, adalah tukang bakso. Tempatnya lumayan luas, dan sedang lumayan ramai pembeli.
"Suster gak apa-apa kalo kita makan disini?" tanya Anita.
"Gak apa-apa. Kenapa?"
"Saya khawatir aja kalau suster termasuk orang introvert, yang gak suka tempat ramai gitu,"
"Gak begitu sih kalau saya. Ayo!" sahut Marie bersemangat.
Pastinya, Anita tambah lebih bersemangat. Kkkk.
Mengobrol bersama sosok Anita sembil menikmati bakso di hari ini menghadirkan kesan keakraban diantara mereka berdua, khususnya Marie yang merasa benar-benar menikmati waktu dan senang mengenal Anita, memiliki teman baru di daerah yang jauh dari tempat tinggal nya.
Marie bertanya, "Anita, apa kamu aktif biasa ikut kegiatan demo?"
Selesai mengunyah, Anita menjawab, "Iya. Sudah dari jaman di Unpad, sus. Suster pernah ikut demo?"
"Oh. Kamu lulusan Unpad.
Belum pernah. Saya juga dulu belum sempat kuliah."
Marie kembali melahap bakso kecil berlumuran kecap dan sambal."Nanti kalau saya ajak ikut demo, mau?"
Pertanyaan spontan Anita membuat Marie tergelak tawa kecil. Untung saja sudah menelan bakso nya.
Dan Anita merasa bahagia melihat tawa itu.
"O ya, suster sendiri bagaimana di gereja?"
Marie minum es jeruk nya sejenak, lalu menjawab, "Hmh, di gereja saya senang. Walau tahap menjadi seorang biarawati itu berat dan panjang, apalagi bagi saya yang dulunya orang awam. Saya pun sekarang masih menjalani tahap masa pertama. Satu tahun lagi, nanti baru lanjut ke tahap masa ke dua, jika yang tahap pertama lulus. Suka duka nya, saya menikmati dengan ikhlas dan berusaha selalu belajar bersyukur."
'Berlama-lama bersamamu dan sedekat ini dengan mu, rasanya adem sekali, suster Marie..' tutur batin Anita.
Selanjutnya dia berkata pada Marie, "Saya salut sekali dengan keteguhan para romo, dan para biarawati untuk mengabdikan diri pada Tuhan seumur hidup. Saya belajar dari kalian."
"Terima kasih. Manusia memang tidak ada yang sempurna, tapi kita bisa saling belajar dari siapapun, apapun latar belakang ras nya, agama nya, status sosial nya, apapun itu." terang Marie disertai senyuman.
"Saya setuju sekali, suster." sahut Anita yang semakin kagum, tidak hanya oleh visual nya, juga oleh personal nya Marie.
Selesai makan bakso, sekarang mereka sampai di parkiran taman balai kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...