Bab 1

232 52 36
                                    

Namaku Aisha Athalia Aldebaran. Panggilanku Icha, atau Cha. Coba bedain deh, Aisha sama Icha itu mirip apa enggak heh? Tapi, aku bersyukur namaku ini tetap estetik, menurutku 'Aldebaran' itu keren. 

Aku adalah anak perempuan berusia lima belas tahun. Sorotan mataku selalu terkesan dingin, aku adalah anak perempuan yang cool (mang eak?). Mataku selalu terkesan dingin, dan itu membuatku disegani banyak orang. Yah, aku sedikit bersyukur sih, karena aku termasuk cewek yang tidak suka dikelilingi banyak orang. Introvert. Tapi tidak terlalu sih, karena jika ada keributan terjadi, aku selalu ada di sana, kepo. Selalu bertindak bagai detektif, Shinichi Kudo? 

Dan, dengar ya, aku termasuk orang yang sedikit kejam jika ada yang menjahatiku. Kalau ada yang menganggu, langsung kulontarkan saja kalimat paling 'beradab' eh maksudnya paling sadis milikku.  Yang jelas aku bukan kanibal.

Beberapa hari lalu, aku sedang kesal-kesalnya setengah mati, mendengar--tepatnya menguping-- percakapan teman sekelasku. Mereka sedang membahas seseorang yang kubenci.

"Hei, lo tahu, Kak Alfarezi?"

"Tau lah, siapa yang enggak tahu tentang kakel supertampan itu, kyaaaaaah!" teman yang diajak bicara itu salting sendiri. Dan itu membuatku semakin ingin mencekik lehernya. "Barusan pas berangkat sekolah, berpapasan dengan Kak Alfarezi. Widih, bayangkan, di pagi hari yang cerah, aku melihat pemandangan indah itu." Dia semakin cekikikan, "Omong-omong dia anggota klub apaan sih?"

"Lah, masa rahasia umum Kak Alfarezi ikut klub, lo enggak tahu? Gue dong. Tahu semua tentang dia. Dan aku adalah jodohnya di masa depan!"

Hm... kepercayaan dirinya lumayan juga.  Tau apa lu hah tentang Alfareji-alfareji itu heh? Aku terus menguping, tetap pura-pura membaca buku di pojokan.

"Kak Alfarezi ikut klub Buku. Gue pengen ikut masuk, tapi enggak bisa. Lo taulah, gue phobia-buku."

"Terus, Kak Alfarezi itu minus berapa sih?"

Sial, eh, ralat, bahasa harus sopan, Icha... aku mengingatkan diri sendiri. Kesabaranku sudah habis, memutuskan ikut campur di pembahasan itu, berharap agar mereka mengganti topik. "Doi gak minus, ya Temanku yang Bodoh♡. Asal kalian tahu ya, bedebah itu cuma ingin bergaya, narsis." Aku berkata lembut namun tajam, menandakan aku tidak suka topik mereka.

Jangan kira aku egois, aku hanya tidak suka pada topik yang satu itu. Ganti topik kek. Yang penting bukan orang itu.

Mereka menelan ludah, bergegas mengganti topik. Yang sayangnya membuatku makin naik pitam. "Kalau begitu, lo tahu tentang Kak Abyaaz dan Kak Amaar? Yang ikut klub Catur.  Widih, sama gantengnya, lho. Cool."

Anji, astagfirullah, maksudku! Sialan, tidak adakah topik lain selain orang-orang yang mereka puja itu heh!? Aku nyaris menggebrak meja, beruntung aku masih bisa menahan diri, dan kembali mencampuri topik mereka. "Asal kalian tahu, mereka itu suka kentut. Berhenti membahas orang-orang sialan itu, ya ♡," ucapku semanis mungkin. Tapi masih terkesan dingin.

Sesuai harapanku, mereka kembali mengganti topik. Dan yang membuatku semakin marah besar, mereka membahas topik itu lagi! Ta(i)! Eits, Icha... sabar, Cha... mohon bersabar ini ujian... mohon bersabar ini ujian... tarik napaas... Aku menarik napas....

"Kak Asheer, lo tahu Kak Asheer kan?"

"Banyak cincong kalian! JANGAN BAHAS ORANG SIALAN ITU LAGI!" Aku gagal di ujian kesabaran ini.

Mereka terdiam. Memilih meninggalkan kelas, sebelum godzilla mengamuk, maksudku aku yang mengamuk. Aku mendengus, beristighfar berkali-kali. Tidak boleh bahasa kotor, Icha. Dosa kau, Cha...

Inilah alasanku yang membuatku tidak menyukai orang-orang yang mereka bahas: karena mereka adalah kakakku.

Yap, sekali lagi, mereka adalah abangku, kawan-kawan. Asal kalian tahu, aku itu BENCI x2, pada mereka. Mereka itu... mereka itu membuatku tidak bebas (tentu saja dalam hal positif, kasar-kasar begini, aku tetap suci tauk ≽^•⩊•^≼), terlalu... terlalu posesif. Kalau kalian ada di posisiku, kalian mungkin bisa sampai stress, atau kabur dari rumah. Mungkin ada yang mengira kalau posesif itu bagus, tapi terlalu posesif juga mana bagus (bagiku). 

My Annoying BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang