✧Part 31

50 22 2
                                        

Gambar diatas itu gambarku lho, agak aneh memang. Dulu aku pandai gambar cewek sekarang lebih pandai gambar cowok. Kalian bisa ambil gambarku di pinterest https://id.pinterest.com/AiZachio/.

***

Phuaaah, akhirnya, perutku sudah agak enakan. Meski kadang-kadang tetap ke toilet sih, untuk yah... kalian tahulah, enggak perlu kujelaskan. Sekarang, aku sedang menjadikan abang-abangku sebagai BABU! Aku baring-baring cantik di sofa, menyuruh-nyuruh abang-abangku. Jika mereka protes, aku tinggal beralasan, 'perutku masih sakit, kalau gerak makin suakit.' Jadilah mereka menurutiku.

"YAAAAZ! OI, ABYAAAAAZ!! TOLOOOOONGG!!" Aku berteriak dengan nada panik dari dalam kamarku. 

BRAK! Pintu kamarku terbuka, Abyaaz terlihat cemas. "Ada apa, Cha? Apa yang sakit?"

"Nyalain TV, dong." Aku merebahkan diri ke kasur.

Abyaaz mendelik. "Adek sialan, kau berteriak-teriak sekencang itu membuat kami panik,  ternyata cuma minta tolong nyalain TV?"

Aku menepuk perutku, berakting seolah perutku sangat sakit. "Aduh, aduh, sakit banget!" 

Abyaaz menjitak jidatku, "Jangan pura-pura."

PING!! Handphoneku berbunyi, notifikasi. Aku mengambil handphoneku, dan memeriksa notifikasi yang masuk dengan malas-malasan. 

Mataku membulat. Aku memperbaiki posisi baringku, mendekatkan wajah ke layar handphone. Membaca berulang kali SMS dari Noah. Waduww!! Ini nyata nih? Aku diajak ke dufan? Ditraktir lagi tiketnya! Aku langsung beranjak duduk, menulis jawaban dengan cepat. Tentu saja gua mau, Brouwh! Kapan lagi sih ditraktir ke dufan? 

Ping! SMS masuk lagi.

NoahBangke: Gweh jg sdh ajk yg lain.

Jari jemari ku mengetik jawaban.

You: Okeeeh, gua siap siap dulu!

NoahBangke: Minta izin sama pawangmu dulu.

You: Pawang? Siapa?

NoahBangke: Abang-abang elu, ntar gua digebukin karena ngajak adek kecayangannya *hoek* pergi tanpa izin!

You: Kan gua yang pergi tanpa izin, Bray.

NoahBangke: Bjir, kagak ngerti lu? Abang-abangmu kan, kalau adiknya yang pergi diajak temennya tanpa izin, yang dimarahin itu temennya.

Oh. Aku melirik Abyaaz yang hendak meninggalkan kamar. Bakal sulit nih minta izin sama empat cecunguk kembar itu. Aku mengangkat bahu, masa bodo-lah! Yang penting siap-siap dulu, kalau enggak dibolehin kan, tinggal kabur. Susah amat. Itu aja direpotin.

***

"GAK! Gak boleh."

Aku auto lemas dan jengkel setelah mendengar jawaban abang-abangku. Sudah kuduga, pasti aku enggak dibolehin pergi. Aku melirik pintu, pintu juga sudah dikunci. Dan kuncinya dipegang Asheer.

"Reeezzziiii, pleeeeaaaseee, aku mau ke dufaaaaan!!"

"Reji, reji, aku abangmu, Cha. Kagak sopan panggil pake Rezi doang." Alfarezi mengangkat bahu tak peduli, membalik halaman buku.

"Please-lah, Bang. Kapan lagi aku ditraktir ke dufan? Hari ini hari libur juga."

"Katamu, kalau bergerak sedikit, perutmu langsung sakit. Jadi mending istirahat." Seperti biasa Alfarezi bisa membuatku bungkam.

Sialan. Aku terjebak omonganku sendiri. Aku harus apa ya? Aku menggerutu. Dasar kepala batu, muka badak! Pikiranku buntu, amarahku meledak! Ingat ya, aku masih PMS nih, aku tuh lebih parah galaknya kalau lagi PMS dibandingkan cewek lain. Aku melotot galak.

"Heh---" belum sempat aku melontarkan roket-roket, handphone Amaar berdering.

Amaar mengangkat sebelah alisnya. "Telepon dari Amuro." Dia sedikit menjauh untuk berbicara lebih jelas. Lalu dia melirik ke arah ketiga saudara kembarnya, dan kembali fokus pada telepon. 

Dua detik, Alfarezi, Abyaaz, dan Asheer menghampiri Amaar. Dan mereka berempat pergi ke kamar mereka. Sialan, sekarang mereka tidak memedulikanku dan meninggalkanku sendirian di ruang tengah. Bangke, aku pengen banget deh, tinju pipi mereka satu-satu, terus sentil ginjal mereka pake tangan Thanos. 

Sebenarnya, apa yang dibahas Amuro sih, sampai mereka terlihat seserius itu? Bahkan sampai menghindariku, memilih berbincang di  dalam kamar mereka. Aku mengendap-endap ke dekat kamar mereka, dan menempelkan telingaku ke daun pintu. Daripada penasaran terus omel-omel kagak jelas di ruang tengah padahal enggak ada siapa-siapa di sana, mending langsung denger aja apa yang mereka bahas di dalam.

Lho? Kok sepi?

BRAK! Pintu dibuka.

"AJG!!" Aku terjatuh. Dan tubuhku langsung terangkat, digendong mereka. "WOI, TURUNIN GUA, -SAT!"

"Kita pergi ke dufan sekarang!"

Eh? Hah?

KITA?!

****

Shuu meletakkan kameranya. Tersenyum lebar. Memandang foto yang terbingkai di meja belajarnya. 

Shuu menyentuh foto itu. Menyeringai. "Icha..."

*****

Mohon maaf ceritanya agak pendek. Ada yang penasaran gak nih ama kelakukan Shuu yang sekarang rada mencurigakan? Tenang saja, dia tuh enggak bakal ngelakuin hal SUS kok, enggak ada foto Icha yang lagi... pake baju? Huss, usir pikiran seperti itu yak, dosa. Kalau mau ada yang kritik silakan. Jangan lupa vote dan comment-nya yak! Byeeee! 


My Annoying BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang