"Permisi," seseorang berkata lirih di belakangku saat aku sedang berlarian hendak memasuki kelas.
Langkahku sontak terhenti. Aku menoleh, menatap murid cowok yang menghentikan langkahku itu.
"Dompet lo jatuh," ucapnya sambil menyodorkan dompetku.
Aku mengambilnya. Mengucapkan terima kasih dengan suara datar. Aku memandangya dengan tatapan menyelidik, sepertinya dia bukan anak IPA, dia anak IPS. Namanya kalau tak salah, aku melirik nametag miliknya. Ya, namanya Lorenzo Devano Stevanno. Cukup populer di sekolah, karena wajahnya yang terbilang tampan, juga populer karena kebarbarannya. Dia pindah sekolah 2 kali, di DO. Rumornya dia di DO karena memukuli salah satu gurunya hingga babak belur. Murid-murid di sekolah ini banyak yang segan dengannya.
Aku memeriksa isi dompetku.
"Kenapa? Takut gue curi isinya?" Lorenzo berkata dingin.
"Iya. Ada masalah?" aku balas menjawab tak kalah dingin. Aku melirik sekitarku, banyak murid yang menonton kami. Tidak sedikit yang berbisik-bisik, bertanya-tanya apa yang terjadi.
Lorenzo menyeringai, "Enggak," jawabnya. "Ada yang hilang?"
"Gak," jawabku datar. Lalu bergegas memasuki kelas. "YO, IKA! LYN!"
"YO'I!" Lyn menjawab dengan suaranya yang satu kali lipat lebih gede dari suara toa masjid. Lalu dia mendekatiku, begitu juga Ika.
"Ada masalah apa lo sama Lorenzo?" bisik Ika.
"Enggak ada tuh."
"Masa sih? Lo ada buat salah sama dia?"
"Enggak."
"Terus, kenapa kalian kayak perang dingin tadi?" Lyn bertanya.
"Kepo banget sih," aku menguap.
Tiba-tiba Ika berlari ke arah pintu, aku mengernyitkan dahi dengan heran. Mau apa dia? Kulihat Ika bersembunyi di balik pintu. Akhirnya aku sadar, dia mau mengagetkan Shuu yang baru datang. Aku hanya mengusap dahi, sudah bisa menebak apa yang akan terjadi.
Saat kaki Shuu sudah memasuki kelas, Ika melongokkan kepalanya, "DOORR---!!!"
BUGH!! Shuu mendorong mintu hingga Ika terjepit di sana (*JANGAN DITIRU).
"OHOOK! OHOOK!! ANJI(PIIIP)! Tega banget lo nyakitin perempuan!! BANCI!!"
"Lo perempuan?" Shuu menjawab santai, melempar tasnya ke bangkunya. "PR kerjain, Bego. 100% elu belum kerjain PR yang dikasih si Baldy."
Raut wajah Ika berubah, dia memasang senyum manis. "Shuu~, hari ini elu ganteng banget deh. Wangy, bersih, rapi. Jadi pangling."
"Tcih, modus. Bilang aja, lu mau minta contekan PR gua kan?"
"Eeeeh, tahu ajjah," Ika mengibaskan tangannya. "Minjam dong buku PR-nya."
"Ogah, ah, -Nyet." Shuu memasang senyum psycho-nya, "Belajar sendiri. Itu begonya udah enggak ketolongan, jangan ditambah tolol lagi." Dia duduk di sebelahku.
Aku menatapnya sebelah mata, bombastic side eye. Ika melototi Shuu, lototannya bermaksud, tempat duduk gue itu, Bang(piip).
"Pinjamlah buku PR-nya, Shuu," Lyn ikut-ikutan. Lyn dan Ika sampai berlutut memohon, "Kami belum ngerjain PR sama sekali."
"Tcih, mendokuse. Baka. Udah tahu bodoh di pelajaran jurusan IPA, malah milih jurusan IPA bukan IPS."
"Emak gua maksa, TA**"
"Astagfirullah, enggak boleh kasar, Lyn, Ika," tiba-tiba Amuro muncul.
"Gomen, Papa."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Brothers
Novela JuvenilEmpat kakak laki-laki tampan, menyebalkan bin gregetan ini selalu membuat adik perempuannya kerepotan karena ke-posesif-an mereka. Sifatnya yang berbeda-beda, sulit ditebak. Pertengkaran selalu menjadi rutinitas wajib mereka. Pokoknya cerita ini bi...