Bab 20

21 18 1
                                    

"YEAH! Gue lagi kan yang menang!!" Aku bersorak.

Saat ini adalah waktu istirahat. Karena males pergi ke kantin, aku, Shuu, Ika, dan Noah akhirnya memutuskan main UNO yang kebetulan dibawa Shuu. Saat ini aku sedang bermain berdua Shuu saja, Ika dan Noah hanya menonton. Noah kan sekelas dengan Amuro, usianya pun sama dengan Amuro, tapi dia malah datang ke kelas kami. Yaah, Amuro juga sering ke sini sih. Sedangkan Lyn, dia pergi ke kantin untuk membeli jajanan dan membeli titipan kami.

Shuu memasang wajah poker face. 

"Kau traktir aku bakso, Shuu! MWAHAHAHA!!" Ika menggebrak meja kesenangan.

Aku menjitaknya. "Aku yang ditraktir, -Sat. Gue yang menang."

Ika mendelik. "Minta mati?"

"Eh, berani lo hah?"

"Berani lah! Gelut kita!!"

"Skuy-lah!"

Noah menyentil jidatku dan Ika. 

Aku meninjunya, "Sakit, tahu!!"

Si cowok menyebalkan itu hanya menyeringai lebar. Mengangkat bahu seolah tidak ada melakukan apa-apa. Tapi aku tidak mood untuk memarahinya, karena saat ini aku akan ditraktir bakso oleh si Shuu ini!! YEEAAAH!! Aku melipat tangan di dada, lalu mengangkat daguku dengan penuh gaya.

"Yee, baru menang sekali, sudah banyak gaya. Belagu."

Sial, moodku yang tadinya bagus, sekarang turun drastis mendengar sindirannya. Aku tersenyum lebar ala psikopat, mengacungkan jari manis. Lalu membuka mulutku, menunjukkan gigi taring. Kebetulan hari ini aku belum ketemu mangsa yang bisa digigit, mungkin Shuu sangat cocok untuk dijadikan mangsa ya? Atau dia minta bogem matang-ku?

"Halo, Chachamerica, Ika-n, Noaaaaahmm (versi ngantuk), Shuuuuuu (versi Ronaldo)!!" Lyn berlarian memasuki kelas, dia meletakkan cemilan titipan kami di meja.

Aku langsung menyambar susu vanilla yang kupesan, "Thank, Lyn."

"Yo'i!" Lyn menarik bangku, dan mulai menikmati ciloknya.

Aku menyedot susu vanilla-ku, tangan kiriku mengganti-ganti halaman buku novel yang kebetulan terbawa di ranselku. Kepalaku menunduk, mengabaikan Shuu yang sekarang sudah duduk di atas mejaku. 

"Kepalamu masih sakit?" Shuu bertanya.

Wah. Tumben sekali cowok ini bertanya keadaanku. Lampu ijo nih, eh, enggaklah! Aku enggak suka dia, dan dia pasti enggak suka aku, mwehehehe. Tapi, kalau sudah tercantum kalau kami jodoh di Lauh Mahfuz, aku bisa apa coba?? Eaaak. Hahay!!

Aku memandangnya jahil. "Kenapa? Khawatir?" Aku tersenyum tipis, "Enggak terlalu sakit lagi sih. Aku kan wonderwoman."

Shu menepuk punggungku, "Postur jelek, tegak dong, -Rut."

"Bangke, bisa gak sih tepuknya pelan-pelan?" Aku mendelik.

"Jadi cewek kasar amat."

"Situ enggak merasa kasar ya?" Aku berkata tajam, mataku terus menelusuri isi buku.

"Kan aku bilang 'cewek'."

Sudahlah. Percuma berdebat. Habisin waktu saja. Aku terus menyeruput susu. Sambil sesekali nimbrung ke percakapan Lyn, Ika, dan Noah, yang membahas sepak bola (agak aneh memang Lyn dan Ika itu, mereka suka banget bahas sepak bola).

Bel berbunyi. Istirahat sudah selesai.

"Heh! Kalau aku berhasil lempar kotak susuku ke dalam sampah, artinya aku cantik!!" Aku berseru.

Beberapa murid sudah memasuki kelas, dan duduk di bangku masing-masing. Menontonku yang sedang mengambil ancang-ancang.

Aku melempar kotak susuku yang sudah kosong.

TUK!! Telak mengenai wajah Bu Guru Citra yang memasuki kelas. 

Deg!!! Sial, kenapa harus kena muka Bu Citra.

"ICHAA!! KELUAR KAMU DARI KELAS SAYA!!!"

****

Aku berdiri diam di koridor. Niatnya mau ke kantin, tapi kalau ketahuan sama Bu Citra, habis aku dihukum lebih berat lagi. Mungkin membersihkan toilet, plus diomelin panjang lebar. Aku sedikit bosan, dan akhirnya aku mengeluarkan rubik miniku dari saku rokku. Saku rokku itu sudah macam kantong Doraemon yak.

Kira-kira, bagaimana kabar si Cecil, Nina, dan Mira ya? Apa sudah digebuk sama abang-abangku? Eh, empat kunyuk (abang-abangku) itu enggak mungkin sih mukul cewek, jadi si tiga cewek menor itu diapain ya? Jangan-jangan diancam-ancam. Cih, harusnya aku yang mengurus tiga cewek itu, aku pengen banget kurung mereka bertiga di toilet, pasti mereka merasa pengap banget tuh! Terus kusiram air panas... enggak deng, itu terlalu sadis. 

"Jangan-jangan,"-aku mengusap daguku- "abangku yang malah digrepe-grepe?"

Sudahlah. Makin lama, pikiranku makin melantur saja. Mana mungkin tiga cewek ketempelan jin itu grepe-grepe abangku, kalau berani, sudah habis mereka jadi tulang-tulang saja.

Aku menghembuskan napas. Entah kenapa aku merasa bersalah telah mengucapkan alasan aku membenci mereka kemarin malam. 

****

"Permisi..."

Nina, Cecil, dan Mira menoleh mendengar suara lembut itu. 

Wanjay!! Pangeran cuk!! Mereka gelagapan ketika menyadari bahwa empat cowok itu berbicara pada mereka. What? Mereka juga bolos ya? Seperti kami? Mira menelan ludah, terpesona oleh wajah empat cowok yang memang mereka idola-idolakan.

"Ada waktu sebentar?" 

Abyaaz tersenyum manis.

~BERSAMBUNG~

Ada yang penasaran apa yang akan dilakukan oleh empat saudara kembar itu pada tiga cewek menor ketempelan jin itu? Yang jelas enggak mukul-lah, sadis-sadis begitu, mereka masih sadar juga, tahu batasan. Ada yang bisa nebak gak apa yang akan dilakukan abang-abang Icha itu?




My Annoying BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang