✧Bab 39

26 12 4
                                    

"Nih, pakai, Pak Tua." Aku berkata datar, sambil melemparkan gulungan perban. Luka di kepala orang asing itu sudah diobati, tinggal dibalut perban saja. Saat ini kami berada di ruang tamu. Shuu belum pulang, karena katanya dia mau ikut mengawasi orang asing ini.

"Aku Eric, bukan bapak tua. Usiaku masih 22 tahu!" Dia berseru protes. "Dan, anak zaman sekarang makin enggak sopan ya?"

"Enggak ada yang nanya, Om," tukasku santai. "Nah," aku mengeluarkan pisau lipat dari saku celanaku. Mengacungkannya ke oom yang mengaku namanya Eric. "Ngaku, elu yang menabrakku di dekat rumah sakit itu kan? Ngaku lu!"

Eric mengangkat tangannya, "Waduh, waduh! Tenang, Dek! Ane bukan orang jahat!"

"Bukan apanya? Lu kelihatan banget sengaja nabrak gua pakai motor! Untung aja gua selamat, kalau enggak, sudah kupelintir ginjalmu."

"Lha? Kalau enggak selamat, gimana caranya kau memelintir ginjalku?"

Aku terdiam sejenak. Tapi, kembali melototi Eric. "Ngaku aja lu ah! Elu kan yang nabrak gua?"

"Kalau iya, ente mau apa? Jadi orang itu harus sabaar, orang sabar disayang All---?" dia berbicara seolah-olah aku anak TK yang galak abis. "Iyaaa, beneer, disayang Allah!"

"Shuu, tahan orang ini! Aku mau coba tampol." Aku berseru, memerintahi, memasukkan kembali pisau lipat ke saku. Tentu saja aku tidak benaran mau menyabet-nyabet orang di depanku ini dengan pisau lipat, bisa-bisa aku masuk penjara. 

Cowok berwajah datar itu mengacungkan jempol, sip, katanya. Dia melompat ke sofa di mana Eric duduk, lalu menahan kedua tangannya. Tenaga Shuu itu tidak bisa diremehkan, tapi rupanya si Eric tenaganya juga enggak bisa dipandang rendah. Eric berhasil membanting Shuu ke lantai. BRAAAK!! 

"Wuanjir!! Dibanting, cok! Rasain, wahahahahah!!" aku malah tertawa.

"Heh! Elu dukung siapa sih sebenarnya?"

"Gua? Dukung diri sendiri dong." Aku terkekeh, "Berdiri cepat, Shuu. Masa segitu doang langsung pingsan."

"Siapa yang pingsan? Diem aja lu, -Nyet," sergah Shuu datar. Dia beranjak berdiri, "cuih, om-om sialan."

Eric hanya tersenyum lebar, sambil memasang perban yang rupanya urung dia pasangkan tadi, karena aku dan Shuu mendadak menahannya. Setelah selesai, dia menegakkan punggung, melakukan pemanasan. Berlagak seakan-akan dirinya Bruce Lee.

"Ayo, maju," ucap Eric santai. 

Aku mengerutkan dahi, kesal. Jadi mereka berdua mau bertarung di tengah ruang tamu ini? Bisa-bisa pecah/hancur semua barang di sini. Kalau abang-abangku datang, habis aku kena amuk, karena keadaan rumah yang macam kapal pecah. Aku berdecak, mendorong Eric dan Shuu keluar dari rumah. "Sana, kalau mau berkelahi, di luar aja. Jangan di sini."

"Siapa yang mula--"

PLAAAAKKK!! Aku menampar Eric dengan sangat keras. Rasanya puas sekali setelah menampar orang ini, habis, dia menyebalkan banget. Harus diberi pelajaran.

Eric melongo, tangannya menyentuh pipinya yang ditampar,"???????????!?!?!?"

Beberapa detik berlalu. Shu tertawa terbahak-bahak, "HA!! Rasain lu, Brengs(PIP! Sensor sukarela)!"

Respon si Eric tidak terduga, dia hanya terkekeh santai. Seolah tidak terjadi apa -apa, meski sebelumnya dia melongo macam orang gila. Aku mendorong lagi mereka berdua. "Sudah, sudah, sana. Aku mau tidur. Jangan ada yang ganggu aku."

"Waduh, Non. Saya tidur di mana dong, Nona?"

"Peduli setan," ucapku galak. "Pergi sana! Sebelum aku menuntutmu karena menabrakku."

JLEEEBB!! Eric tersedak. Terdiam cukup lama. Aku menatap Shuu, "Heh, Shuu, awas saja kalau kamu laporin semua yang terjadi saat ini ke abang-abangku. Kamu akan merasa menyesal karena telah dilahirkan."

"Tcih, gitu doang marah."

GEDA GEDI GEDA GEDA GO! BUAAARGGH! Aku meninju perut Shuu. Lalu membanting pintu, menutup rapat-rapat, dan menguncinya. Nah, kalau begini kan, hidupku jadi lebih tenang. Damai sentosa. Tidak ada ocehan cecunguk di sini. Aku melepas jaketku, lalu menyampirkannya di bahu.

Setelah memastikan jendela, pintu depan, pintu belakang, sudah dikunci/ditutup. Aku masuk ke kamarku, dan langsung mandi. Biar makin enak tidurnya. Kakiku sudah pegal banget. Selesai bersih-bersih, aku tepar di kasurku. Memejamkan mata. Menikmati hembusan AC. Segarnya.

BUK! BUK! BUK!

Aku menoleh, suara apa pula itu? Aku duduk, dan mendekati wajah ke jendela. Melongok ke bawah. Astaga, Eric dan Shuu benaran berantem rupanya. Saling tinju. Gelut. Tapi, itu kan bukan urusanku! Urusanku saat ini adalah, tidur! Peduli amat kalau mereka babak belur. Yang salah kan mereka, bukan aku. Nanti juga dilerai sama Pak Satpam yang lagi ronda.

BUGH! BUGH!!

"BRENGSEEEK!!"

"SIALAN KAU, BOCAH!! MAJU SINI!!"

"DIAM, -SAAT!!"

BURGH!

Aku merapatkan selimut.

"MENDOKUSE! MAMAM NIH!" 

Aku perlahan-lahan, mulai tertidur.

****

Pagi-pagi sekali aku bangun. Shalat subuh, mandi, semuanya yang biasa kulakukan pagi hari. Pagi ini terasa tenang sekali, karena abang-abangku tidak ada di sini. Mereka kan lagi di rumah sakit, maksudku, Alfarezi yang dirawat di rumah sakit, yang lainnya sih cuma menemani. Bermalam di sana.

Akhirnya, aku bisa berangkat sekolah sendiri. Aku akan meminjam sepeda abangku untuk pergi sekolah. 

 Mumpung enggak ada abang-abangku, aku sarapan mie instan. Kapan lagi coba? Pagi-pagi dingin begini, enaknya makan mie rebus instan kan? Plus dua telur setengah masak. Haha! Serasa di surga!! 

Aku mengisi gelasku dengan susu sepenuh mungkin. Aku tak peduli kalau kalian mengatai aku serakah. Aku memang serakah, tapi dikit doang kok. 

Sambil sarapan, aku menonton... anime. Aku bukan orang yang gila setengah mati sama anime, aku cuma wibu biasa kok. Cuma, pagi ini aku lagi mau lihat husbu-ku nih. Ngehalu di pagi hari memang paling nikmat.

BRUK! PRAAANG!! Tepat saat aku hendak memasukkan suapan mie ke mulutku, aku mendengar suara vas bunga (mungkin) di teras rumah, pecah. Sialan, pasti ulah kucing oren yang hobi mengencingi jemuran baju! Aku berdiri, langsung berlari menuju pintu, membuka kunci pintu, lalu membuka pintu.

"LHO?!! KENAPA KALIAN BERDUA DI SINI?!!!"

Eric dan Shuu melambaikan tangan. Dua-duanya babak belur. 

*****

800+ kata nich. Ada yang suka enggak sama ceritanya? Memang rada aneh sih. Melantur ke mana-mana. Tapi, harap maklum-lah ya, namanya penulis pemula. Masih muda lagi. Usiaku tuh masih terlalu muda untuk nulis di wattpad sebenernya. Pengalamanku cuma nulis cerita anak, hehe.

Jangan lupa vote-nya ya! Comment juga. Paling seneng baca comment soalnya. BYEE!

Salam hangat dari Ellaria (author) (˵ •̀ ᴗ - ˵ ) ✧

Bonus gambar terbaruku.

Bonus gambar terbaruku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


My Annoying BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang