"Ayo, naik halilintar lagi!" Aku dan Ika berseru semangat.
"Sudah, sudah, Cha, hoeeekh!!" Lyn mengangkat plastik, dan muntah. "Enggak tahan."
"Cih, weak!" Aku memprovokasi.
"Week? Minggu? Hah? Apa hubungannya?"
Aku menendang kakinya. "Tolol banget sih lu, Bego! W-e-a-k! Lemah! Bukan w-e-e-k!"
Ika balas menendang kakiku. Sebal. "Gua cekek lu."
"Udah, udah, yang mau naik halilintar, silakan. Yang enggak kuat duduk aja dulu," lerai Amuro. Sebelum kami beneran saling cekek.
Aku, Ika, Shuu, dan Noah mengangkat tangan. Kami akan naik halilintar lagi untuk ketiga kalinya. Kayaknya abang-abangku sudah pada kapok, mereka juga terlihat mual. Ckckck, lemah banget sih jadi orang. Aku dong, udah (mau) tiga kali naik halilintar, masih belum mual.
Kali ini aku duduk di sebelah Shuu, padahal sebenarnya aku mau suruh Ika duduk di sebelahku, tapi Shuu sudah terlanjur mengambil tempat. Sudahlah, peduli amat. Gitu doang direpotin.
****
"AYO NAIK KORA-KORA!!" Aku dan Ika berseru kencang.
Beberapa menit berlalu...
"AYO, NAIK ARUNG JERAM!!"
Lalu...
"AYO NAIK BIANGLALA!"
Dan.... "Ayo naik TORNADO!!"
"AYO, NAIK KICIR-KICIR!!"
"Udah, Cha, udah... hoekh!!" Noah muntah, berbarengan dengan Lyn dan Asheer.
Cih, lemah. Aku berkacak pinggang. Baru segitu, sudah muntah.
Amuro menggeleng-gelengkan kepala. "Sudah dulu, Cha, Ika."
"Ayolah, sekali lagi. Naik kicir-kicir. Kita berdua dulu. Kalian tunggu saja di bawah." Ika merengek.
Asheer muntah sekali lagi. Disusul Abyaaz dan Amaar. Puih, jorok sekali. Aku mengalihkan pandangan, lalu menarik tangan Ika. "Ayo, Ka, kita pergi naik kicir-kicir. Yang lain tunggu di dekat sana aja ya!"
Dan aku dan Ika sudah berlari pergi.
"Anak pala batu!" dengus Alfarezi kesal.
"Hei, kalian, kalian pergi cari tempat makan saja dulu. Kami akan menunggu Icha," ucap Amaar, mengedikkan dagu ke arah Amuro. "Bang Amuro, cariin tempat yang bagus ya."
"Yang adem, yang menunya enak."
******
"Aseek banget yak, Cha? Kapan lagi kita ditraktir kayak gini? MWAHAHAHAHA!! Pengen naik halilintar lagi deh. Tapi mau istirahat dulu nich!" Ika mengoceh.
Kami baruuu saja turun dari kicir-kicir. Dan aku langsung melihat abang-abangku yang terlihat dari kejauhan, mereka sedang mengamati kami. Dan mereka mulai jalan mendekat. Aku mulai berkeringat dingin... kalian tahu kenapa? Cari tahulah sendiri.
Saat mereka semakin mendekat. Aku membuka mulutku...
Dan... hoekgh!! Aku muntah.
"ICHA!!"
Ika ikut muntah.
Alfarezi terlihat cemas. "Perutmu sakit lagi, Cha?"
Aku dan Ika meringis. Kami mengeluarkan kantong plastik dari saku, siap-siap kalau mau muntah lagi. Kalau muntah di tanah dekat pohon kek gini, lama-lama banjir dufannya karena muntahan kami.
Jari jari panjang Alfarezi menyentuh ujung bibirku, menyeka bekas muntah. Aku membuka mulut.
"Kamu mau muntah lagi--?" Asheer bertanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Brothers
Teen FictionEmpat kakak laki-laki tampan, menyebalkan bin gregetan ini selalu membuat adik perempuannya kerepotan karena ke-posesif-an mereka. Sifatnya yang berbeda-beda, sulit ditebak. Pertengkaran selalu menjadi rutinitas wajib mereka. Pokoknya cerita ini bi...