Esok harinya~
"Icha..." seseorang menepuk bahuku.
Aku merapatkan selimut, menggerung.
"Icha..."
Aku tidak menjawab.
"Aisha!" Suara itu mengeras, tapi tetap terdengar lembut. "Bangun."
BRAAAK! Pintu kamarku, meski aku tidak melihat, aku yakin pintu kamarku dibuka dengan cara dibanting. Pasti abang-abangku sudah pada berkumpul di kamarku. Entah cara apa yang mereka gunakan untuk membangunkanku. Pasti seram-seram, tapi aku tetap tidak berkeinginan untuk bangun.
"Oi, Rezi! Jitak saja jidatnya." Itu suara Abyaaz.
"Gelitik kakinya! Sini, serahkan padaku. Kebetulan aku belum potong kuku nih. Biar makin mantap gelitikannya." Sekarang terdengar suara Amaar.
"Aku saja. Lihat, kukuku sudah seperti kuku singa." Asheer berseru.
"Wah, bahaya dong kalau kamu gelitik Icha dengan kuku seperti kuku singa. Bisa-bisa si Icha mati duluan kehabisan darah." Ameer membalas.
Sedangkan Alfarezi menepuk pipiku. "Icha, bangun. Shalat Subuh."
"P-M-S, -Sat."
"Wah, bahasamu kasar sekali." Lalu Alfarezi kembali menepuk pipiku. "Bangun, hei. Awas ada kecoak!"
Memangnya aku bakal percaya? Aku membalikkan tubuh, membelakangi Alfarezi. Aku mau tidur, tahu. Kenapa enggak bisa banget lihat orang tidur nyenyak? Lagipula, aku lagi PMS, masih bisa tidur sebentar. Mandinya setelah mereka selesai sholat Subuh saja.
"Bangun, Cha. Meski PMS, tetap harus bangun pagi-pagi. Atau, jatah sarapanmu kukurangi." Alfarezi mengancam.
"Hari ini sarapan mie rebus lu! Spesial buatan Chef Alfarezi Aldebaaraaaaaaaaaaaan!!" Amaar, Abyaaz, dan Asheer berseru kompak.
Waduh. Gawat. Sepertinya aku mulai tergerak untuk bangun. Aku itu termasuk pecinta mie rebus, dibandingkan mie goreng. Tapi, aku harus tetap pura-pura tidur, meski sebenarnya sudah sadar sepenuhnya.
Tiba-tiba aku mendengar Alfarezi yang menahan tawa.
Sial, apa gaya tidurku ini kurang imut? Apa terlihat konyol banget ya? Aku merapatkan selimut.
"Hei, Icha. Di dapur sudah ada mie rebus lu."
Berisik. Aku tidak akan tergoda. Aku akan tetap tidur. Meski sebenarnya aku sudah bangun sih.
"Ya sudah, hei, Asheer, Yaaz, Maar, mie rebus jatah Icha kalian ambil saja. Bagi empat ya. Aku juga mau soalnya." Suara Alfarezi semakin samar, mungkin sudah keluar dari kamarku.
DEG! Aku panik.
Ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi, Kawan. Aku langsung lompat berdiri, membiarkan selimut jatuh ke lantai. Aku sudah berlarian mengejar abang-abangku. "Jangaaaaaaaaaaan!!!"
Dan keempat abang-abangku langsung tertawa, bahkan Alfarezi yang jarang tertawa, sekarang ikut tertawa ngakak. Aku hanya berlari ke dapur, untuk memeriksa. Dan, keluar dapur, dengan raut wajah kesal setengah mati, dan rambut acak-acakan seperti surai singa habis kena badai omelan istrinya.
***
Dan, sekarang, kita beralih ke masalah selanjutnya. Drama berangkat sekolah.
Kalian pasti tahu kan, aku itu tidak suka berangkat/pulang bareng abang-abangku. Dan sekarang mereka sedang memaksaku, sampai mengancam-ancam akan mencukur rambutku sampai botak silau-lah, atau dikutuk agar jalannya kayang terus. Tapi, peduli setan sama ancaman-ancaman itu! Mereka kira aku takut heh?
"Pokoknya. Gua. Mau. Pergi. Sekolah. SENDIRIAN!!" Aku berteriak, "TITIK!"
Alfarezi memandangku datar. Memainkan kunci mobil di tangannya. Sedangkan Abyaaz dan Amaar terduduk dengan gaya sakit hati. Dan Asheer hanya garuk-garuk hidung.
Aku menyandang ranselku.
"Hei, bagaimana caranya kamu pergi sekolah? Sepedamu kan bocor."
Sialan. Aku baru ingat. Tapi, itu tetap tidak akan menggoyahkanku. Aku tetap tidak mau berangkat dengan mereka.
"Kalau begitu, enggak usah sekolah saja sana!" Asheer mengibaskan tangan.
Aku menendang kakinya. "Oke! Bilang ke guru, aku lagi enggak hadir."
"Kubilang ke gurumu, 'Icha lagi ngedan berak di kamar mandi!'"
TIN! TIIIN! Tiba-tiba mobil hitam berhenti di depan rumah. Tepat saat handphoneku membunyikan suara 'ping'. Ada notifikasi. Aku mengeluarkan handphone dari saku, dan lagnsung melihat SMS yang masuk.
ArlynCabe: Yo, Cha. Lihat mobil di depan rumahmu?
Aku memandang mobil di depan rumahku. Begitu juga abang-abangku.
AAA: Lihat, knp?
ArlynCabe: Itu mobil Noah. Aku ada di dalem.
AAA: Ngapain lu di dalam mobil Noah? Berangkat bareng kalian?
ArlynCabe: Noah itu, abang gua.
AAA: Bukannya lu enggak punya abng?
ArlynCabe: Punya-lah. Abang sepupu. Nantilah kuceritakan kenapa aku bisa plg brg doi.
AAA: Terus, kenapa berhenti di dpn rmh-ku?
ArlynCabe: Noah sekalian jemput elu. Aku yang minta.
WAHAHAHAHAHA! Aku sontak tertawa puas. Kurapikan letak ranselku, lalu berlari meninggalkan abang-abangku. Yes! Aku lolos! Aku berjingkrak-jingkrak, menoleh ke belakang, melihat abang-abangku yang terlihat kecewa, tapi tatapan mereka semua tetap datar. Tapi, tatapan mereka menajam dan menusuk ketika melihat Noah keluar dari mobil.
"YUUUHUUU! NOOOAAAAH! Apa kabaaaaaaar?!" Aku melompat, ber-high-five dengan Noah. Aku memutuskan untuk bersikap baik dulu padanya, karena dia berhasil membuatku tidak jadi pergi bareng dengan abang-abangku.
Arlyn melambaikan tangan dari dalam mobil.
Noah melirik ke arah keempat abangku yang masih berdiri di tempatnya. Gila, aku baru sadar, mereka masih berdiri di tempat itu, tanpa bergerak, dan tatapan yang sama. Macam patung. Tapi, peduli amat!
Noah menyikut bahuku. "Itu abangmu?"
"Bukan, mereka kunyukku, nyasar ke rumahku." Aku membuka pintu mobil, lalu duduk di sebelah Lyn. "Wadaw, mobil abang sepupu-mu punya mobil yang keren juga ya."
Noah sudah masuk ke dalam mobil. Beberapa menit, mobil yang kami naiki ini sudah melesat. Dan kami tidak sadar, tiga motor mengikuti dari belakang. Hingga kami sampai di sekolah.
****
Bersambung! Diusahakan bab selanjutnya dipublish hari ini. Tapi, author lagi agak males nulis sih. Tapi, yah, diusahain-lah ya, mwehehehe. Jangan lupa di-voted dan di-comment. Omong-omong soal cover, author mau coba-coba buat cover sendiri. Author memang bisa gambar, tapi kebanyakan gambar anime, itupun bisanya di kertas, kalau digital, agak susah.
****
![](https://img.wattpad.com/cover/376517588-288-k168109.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Brothers
Novela JuvenilEmpat kakak laki-laki tampan, menyebalkan bin gregetan ini selalu membuat adik perempuannya kerepotan karena ke-posesif-an mereka. Sifatnya yang berbeda-beda, sulit ditebak. Pertengkaran selalu menjadi rutinitas wajib mereka. Pokoknya cerita ini bi...