Ch 3 : Dia First Love Gue

8.7K 316 37
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Sedangkan di waktu bersamaan setelah kepergian Lova dari ruangannya. Dax berbalik kembali duduk di kursi kerjanya dengan ekspresi yang rumit.

Menatap Dax, Isahan menekan bagian tengah kaca matanya. "Hati nurani lo ilang kemana sih Dax?" Tanya Isahan sambil berjalan mendekati temannya yang masih berwajah gelap itu, "Udahlah lo perkosa, sekarang lo pecat...."

Mendengar itu, mata Dax langsung menajam tersinggung, "Minuman gue di kasih obat" ralatnya terhadap perkataan Isahan itu.

Mendapat tatapan tajam, Isahan menciut sedikit, tapi mulutnya tetap saja mengomel, "Mau apapun alasannya tetap aja lo nyoblos anak orang tanpa kemauan dia. Mana lo nggak minta maaf lagi" gerutunya yang makin membuat kepala Dax pusing.

"Bawain gue obat sakit kepala" perintahnya mulai memejamkan matanya.

"Eh, tunggu, apa dia masih perawan?" tanya Isahan tiba-tiba membuat kepala Dax dengan mudah memutar kejadian semalam. Dan setelahnya, dia ingat warna merah di sprei tadi pagi.

Menekan pelipisnya makin terasa pusing. Isahan melanjutkan ucapannya tanpa pikir panjang. "Kalo iya, fix lo jadi bajingan sejati. Bayangin di posisi dia, udah jaga diri tapi malah di perkosa sama atasan sendiri, terus di pecat, sakitnya сuii" ucap Isahan yang makin membuat hati nurani Dax terluka.

"Tapi Dax ini masalah terbesar yang pernah terjadi dalam hubungan percintaan lo. Bakal semarah apa Rosalie pas tau nanti" ucap Isahan mencoba membayangkan.

Tapi Dax dengan cepat memperingatkan, "Jangan sampe kejadian ini tersebar ke siapapun" peringatnya. "Atau lo yang gue pecat" lanjutnya kembali mengancam.

Dengan itu, Isahan langsung berseru tak terima, "Anjiiir, main pecat-pecat sembarangan aja, belum puas lo mecat orang yang ga bersalah sekarang lo mau mecat karyawan paling setia di hotel ini?" sindirnya membuat Dax menyandarkan kepalanya ke kursinya dengan helaan napas kasar.

"Apa jadwal gue selanjutnya?" tanyanya mengalihkan pembicaraan atau kepalanya mungkin akan meledak saat itu juga.

Dengan itu, Isahan mencebik. "Makan siang dengan Tuan dan Nyonya Malione, Tuan muda" jawabnya masuk dalam mode kerja yang membuat telinga Dax jengkel dengan panggilannya.

Setelahnya Dax bangkit segera, tapi tepat saat itu Isahan langsung menyerahkan tablet obat ke atas meja. Melihat obat mabuk dan sakit kepala itu, Dax mengepalkan tangannya ingin meninju. "Kenapa nggak dari tadi lo kasih?!" tanyanya geram melepaskan kepalan tangannya lagi dan memilih meminum obat itu.

Isahan dengan kurang ajarnya pura-pura tak dengar, 'Sengaja, anggap aja karma buat lo' yang hanya sanggup dalam hati.

Selesai meminum obat sakit kepala, "Is, lo atur pekerjaan buat dia... tanpa dia tau" perintah Dax tenang membuat Isahan terbengong sebelum akhirnya tersenyum, 'Nah ini nih baru temen gue' batinnya bangga.

Love In The Purple SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang