Ch 6 : Harusnya Lo Ngerasa Malu

7.7K 287 29
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Di ruangan direktur yang hening mencekam dengan Lova duduk berhadapan dengan Dax, Isahan yang duduk di antara mereka berdua sebagai penengah, harus merasakan tekanan yang berat dari kedua kubu.

"Gue nggak mau" tolak Lova setelah di jelaskan panjang lebar oleh Isahan.

Isahan langsung mengerutkan alisnya terkejut, menoleh pada Dax, wajah pria itu masih saja datar tak terpengaruh.

Melihat Dax tak berkeinginan berbicara, Isahan menarik napas. "Lova, bisa jelasin bagian mananya lo yang keberatan?" tanyanya mulai bernegosiasi.

Menatap tajam lurus pada Dax. Lova beralih menatap Isahan dengan pandangan biasa.
"Se-mu-a-nya" jawabnya perlahan yang membuat Isahan hampir tersedak.

Terkekeh pelan mencoba mencairkan suasana, "Hahaha, semuanya? Gpp biar gue revisi lagi, lo tinggal bilang mau nya lo kayak gimana?" tanya Isahan tak pantang menyerah.

Menaikkan bahunya tak ingin berpikir. "Nggak perlu di revisi, karena gue nggak mau jadi pacar palsu dari pria yang udah punya pacar tapi bohong ke orang tuanya" sindir Lova hampir membuat Isahan menyemburkan tawa, tapi setelah melihat wajah Dax mulai berubah, ia mati-matian menelan tawanya kembali.

'Astaga astaga, ini cewek berani jugak' pikirnya.

Diam sejak tadi, akhirnya Dax bicara. "Melihat kondisi lo saat ini, lo nggak punya pekerjaan selain jadi tutor, gue bisa tebak kalau itu pekerjaan sampingan lo. Dengan lo terima tawaran ini, karir lo bisa dimulai lagi dengan jabatan staff senior yang gue janjiin. Lo nggak perlu lagi kerja sampingan karena dengan jadi pacar palsu gue, lo di bayar lebih besar dari pekerjaan utama lo. Mobil gue kasih, lo butuh rumah gue bakal sediain. Gue nggak melihat ada satupun kerugian yang bakal lo tanggung dari kontrak ini" ucapnya professional sekali.

Lova langsung mendengus merasa akan tertawa dengan ucapan itu. Tapi sebelum ia bisa membantah, Dax tak memberikan waktu sama sekali.

"Dan tentunya lo nggak lupa dengan hutang lo ke hotel ini, karena lo gue pecat mendadak bukan berarti semua hutang lo langsung hilang. Lebih baik lo berpikir rasional sebelum gue pakai jalan lain yang mungkin bakal ngerugiin lo" ucapnya lancar sekali memberikan fakta dan ancaman sesudahnya.

Isahan langsung bergidik ngeri sedangkan Lova langsung tersentak kaget, karena larut dalam kebencian dan ketidakberdayaannya selama 7 hari ini, ia lupa jika ia sempat mengambil pinjaman pada perusahaan.

Mengingat kehidupan mewah adiknya yang tak lagi bisa di tanggung dengan gajinya sebagai staff hotel, Lova terpaksa mengambil pinjaman.

Memang fakta bahwa ia punya hutang, tapi tak Lova sangka pria ini mengancamnya dengan hal itu. Apa pria ini lupa penyebab ia di pecat hingga tak lagi bisa membayar hutang itu?

"Sekarang lo mulai ngancam gue?" tanyanya ingin marah dan tak terima.

Tak mengubah ekspresi datarnya, "Lo yang minta gue pake cara ini. Kalau sejak awal lo nerima, gue nggak harus ngancem dengan hutang lo" jawabnya santai tapi membuat Lova menoleh malas.

Love In The Purple SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang