chapter 22

14 1 0
                                    

Happy Reading ❥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading ❥

{ CHAPTER DUA PULUH DUA }

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring, disusul speaker disetiap kelas yang memberitahukan bahwa seluruh pelajaran hari ini telah usai. Suara yang tadi senyap karena pelajaran masih berlangsung mendadak ricuh karena penghuni setiap kelas berhamburan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing.

Namun tidak untuk kelas X MIPA 2, guru yang mengajarkan pelajaran kimia ini, menahan muridnya karena penjelasannya belum usai, membuat sebagian penghuni kelas menatapnya kesal, karena menunda waktu pulang mereka.

Clathria menyenggol lengan Gabatha yang tengah fokus dengan penjelasan guru didepannya.

"Apa?!" desis Gabatha merasa terganggu.

"Gava," bisik Clathria.

Mendengar itu Gabatha langsung menatap ke arah luar, ada Gava yang tengah menunggunya disana, dia juga sedang menatap kearahnya.

Gabatha mengembalikan fokusnya ke guru yang masih menjelaskan, sesekali ia mencatatnya. Gabatha sudah mengatakan kepada Raka tidak usah menjemputnya karena ia kan main bersama Clathria, dia terpaksa berbohong karena Raka mungkin tidak akan mengizinkannya untuk pergi bersama Gava.

Hampir 10 menit, setelah bel berbunyi akhirnya guru kimia menyudahi kelasnya.

Clathria sudah sangat siap untuk pulang, bahkan dia memasukkan semua bukunya ke dalam tas saat bel pulang sekolah berbunyi padahal guru tersebut masih belum selesai menjelaskan materi, kurang ajar memang.

Bahkan saat Gabatha berjalan kearah pintu kelas, dia terkejut karena Clathria menepuk pantat sexy-nya dan mengatakan "selamat berkencan!" lalu berlari kencang keluar kelas.

Gabatha hanya mampu menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya. Sepertinya nama Clathria sudah di-blacklist terlebih dahulu oleh panitia sebelum pembagian akhlak diadakan.

"Sorry, lo jadi nunggu lama." ujar Gabatha.

"Gue disuruh nunggu 1.000 tahun buat dapet kata cinta dari lo aja, gue mau." Gava tersenyum kecil.

Gabatha terkekeh. Selain berwajah tampan, Gava benar-benar bermulut manis. Bahkan saat dia lelah menunggu pun, dia masih bisa mengatakan gombalannya dengan raut yang serius, mungkin dia terlalu lelah untuk menampilkan raut tengilnya sekarang.

"Lo emang gini ya?"

"Gini gimana?"

"Ngegodaain setiap cewe."

"Tapi artinya beda, Gabatha."

"Maksudnya?"

"Kalau sama cewe lain itu cuma gombalan biasa. Tapi kalau sama lo, semua ucapan yang gue lontarin ke lo, itu semua serius. Nggak ada kata bercanda atau gombalan di dalamnya," ujar Gava menyelipkan anak rambut Gabatha yang keluar.

LOVE POTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang