#37 - The family pic

1.8K 317 19
                                    

Hi, it's a double update session. Anggap aja ini THR dari aku, sebentar lagi lebaran, kan? :D

***

Angel menaruh kadonya di kasur milik Apple. Dia juga meninggalkan boneka Barbie-nya yang dulu sering mereka mainkan bersama. Dia ingin menukarnya karena Apple meninggalkan robotnya. Angel juga melihat boneka panda yang sama dengan miliknya di samping bantalnya. Angel mencari kertas dan pulpen dan juga selotip. Dia menulis Angel dan menempelkannya di dada panda itu. Angle tersenyum melihatnya. Dia berharap saat Apple melihatnya, maka dia akan ingat jika Angel pun memiliki boneka yang sama dengannya.

Dia segera keluar setelah menengok jam yang sudah menunjukkan pukul 5.10 PM. Dia tidak ingin ayahnya terlalu khawatir. Dia keluar dari kamar itu dan menengok kamar di sebelahnya, catnya berwarna pink dan kasurnya berbalut sprei berwarna pink bergambar Barbie. Angel yakin itu adalah kamarnya, dia berharap suatu hari nanti dia bisa tidur di kamar itu. Dia masuk ke sana dan memerhatikan sekitarnya, tidak ada barang-barang seperti yang ada di kamar yang disiapkan ibunya di rumahnya di London.

Angel turun dengan wajah sedih, dia sangat ingin tinggal di situ bersama ibunya, memakan masakan ibunya, bermain bersama Apple, menonton TV bersama. Dia tidak ingin tinggal di rumah ayahnya, dia di sana hanya bersama nananya, ayahnya bahkan, jarang sekali berada di rumah. ayahnya jarang bermain bersamanya, jarang juga pergi berlibur bersamanya. Sahabat terbaiknya di rumah adalah nana, dia iri kepada Apple karena dia memiliki Daisy yang selalu menemaninya setiap hari. Mereka pergi berlibur setiap akhir pekan.

"Uncle Harry, apakah kita harus pergi sekarang? Aku masih ingin di sini." Kedua sudut bibir Angel melengkung ke bawah.

"Iya, sayang. Kalau kita tidak kembali sekarang. Daddy-mu akan curiga. Lalu, dia akan memarahi kita. Ayo!" Harry bangkit dari tempat duduknya dan mengulurkan tangannya kepada gadis kecil itu.

Angel justru berlari dan memeluk Daisy. "Aku merindukan Mommy."

Daisy memeluk Angel lebih erat. "Mommy juga, sayang. Tetaplah menjadi putri kecil yang baik. Berjanjilah pada Mommy."

"Aku berjanji, Mom."

"Oke. Sekarang kembali pada Daddy-mu, dia pasti khawatir." Daisy mencium kening Angel sebelum dia benar-benar pergi.

"Salamku untuk Apple, Das." Ucap Harry.

"Tentu, akan aku sampaikan saat dia pulang." Daisy mengantar kepergian Harry dan Angel sampai halaman.

Harry membawa Angel kembali ke hotel setelah terlebih dahulu dia meminta nomor telepon wanita itu. Di perjalanan, dia menyiapkan sejuta alasan perihal pertanyaan-pertanyaan yang akan Niall lontarkan padanya nanti. Dia sudah bisa memprediksi pertanyaan macam apa yang akan Niall layangkan padanya.

"Uncle." Angel berhasil membuyarkan keseriusan Harry dalam merangkai alasan-alasannya.

Harry menoleh sambil tersenyum kemudian membuang pandangannya ke jalan di hadapannya. "Ya? Apa kau lapar?" Tanya Harry.

Angel meggeleng kecil. "Mmhh. Uncle, jangan katakan kepada Daddy kalau kita habis bertemu Mommy. Aku takut." Ucap Angel. Ada ketakutan tersirat dalam kedua bola mata birunya.

"Tidak, sayang. Uncle ada di pihakmu." Harry tersenyum lebar.

"Terima kasih, Uncle." Angel memeluk tasnya lebih erat dan mengalihkan padangannya ke jalan.

Di tempat lain di New York

It seems like only yesterday I held you in my arms and said 'You will never need to fear the dark'

Unforeseen misery has come between your mommy and me and we can love you more, now we're apart.

Everyday is filled with pain bur never feel that you're to blame.

Sometimes, life breaks in mysterious ways.

I can't make it up to you believe me I'm trying to.

No matter what you'll always be my babies.

Daddy, he's got to go away 'cause there's just no other way to live this through.

This wasn't what I planned for me and you.

Sorry, love

Daddy.

Apple masih menyimpan surat dari ayahnya. Dia membacanya berulang-ulang setiap hari. Itu terasa seperti baru saja kemarin dia mendapatkan surat itu. Ayahnya benar, semuanya memang terasa seperti kemarin. Rasanya baru kemarin dia merayakan ulang tahunnya yang keempat bersama Angel, ulang tahun itu sangat meriah. Waktu berlalu begitu cepat, hari itu sudah hampir lima tahun berlalu. Ulang tahun di mana dia merayakannya bersama kedua orangtua yang utuh.

Apple menyeka air matanya tatkala air mata itu mengalir menuruni pipinya. Angel pergi satu jam yang lalu, dia bahkan, tidak melihat wajah saudara kembarnya itu. Apple menatap keluar jendelanya sambil memeluk kado dari Angel yang ditinggalkan di kasurnya. Dia tidak mau membukanya, tidak, dia belum ingin membukanya. Kalau saja dia pulang lebih cepat, maka dia akan telah memeluk gadis kecil itu. Bocah ini merindukannya, sangat teramat merindukannya. Dia tidak bisa lagi pergi dari rumah dan diam-diam menemui gadis kecil itu. Dia tidak bisa lagi diam-diam mengajak keluar gadis kecil itu saat orang-orang di rumahnya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Sekarang, Angel di sini, begitu pula ayahnya. Mereka di bawah langit yang sama. Mereka sedang menikmati waktu sore di kota yang sama tapi, kesamaan itu tidak akan membawa pertemuan kepada mereka. Apple harus mengusap kembali air matanya setiap kali air yang hangat itu menuruni pipinya.

"Apple, kau ingin makanan apa untuk makan malam?" suara ibunya membuat bocah itu terlonjak kaget.

Dia harus kembali mengusap air matanya sebelum menoleh dan dia tidak akan membiarkan ibunya melihat dia menangis. "Apa saja." Apple tersenyum.

Daisy berjalan mendekat dan kemudian duduk di samping bocah itu. Dia melihat Apple masih memeluk erat kadonya. "Apa yang Angel berikan padamu?" Tanya Daisy.

"Aku belum membukanya." Apple membuang pandangannya dan kembali menatap langit yang mulai gelap.

"Mengapa?" Tanya Daisy, namun, Apple enggan untuk menjawabnya. "Angel memberikan kita DVD film Home. Apa kau ingin menontonnya?" Tanya Daisy.

Apple menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya. "Ya."

"Kita akan menontonnya setelah makan malam. Ayo! Mommy sudah memasak sup jagung kesukaanmu. Jika kau ingin menu yang lain, Mommy akan memasaknya untukmu." Daisy membantu bocah kecil itu berdiri.

"Tidak. Sup jagung sudah cukup." Apple meletakkan kadonya di atas meja sebelum mengikuti ibunya keluar menuju dapur.

Apple menatap sup jagungnya, dia sedang tidak berselera untuk makan. Pikirannya melayang kepada Angel. Angel berada di sini? Di bawah langit yang sama. Ayahnya juga di sini. Apple memasukkan satu sendok sup jagung ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan sangat pelan.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Daisy dan itu membuat Apple terkejut.

"Tidak, tidak ada." Jawabnya.

"Kau memikirkan Angel, ya?" Daisy mencoba menebak.

"Tidak. Bukan." Sanggah Apple cepat. Dia segera menghabiskan makan malamnya dan pergi ke kamarnya.

Apple kembali ke buku gambarnya. Dia telah belajar trik menggambar orang. Dia mulai menggoreskan pensil di buku gambarnya. Lama, cukup lama baginya untuk bisa menyelesaikan gambar itu. Setelah sekitar tiga puluh menit, akhirnya Apple berhasil. Dia mengangkat buku gambar itu ke atas dan tersenyum.

This is my family. Batinnya.

Di dalam gambar itu terdapat kedua orangtuanya dan juga dirinya dan Angel. Dia terus tersenyum memandangi gambarnya sendiri. Tidak buruk, pikirnya.

TO BE CONTINUED...

Can you please leave your vomments before you continue reading the next chapter! It would be nice. x

Incomplete (On Editing and Re-publishing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang