Daisy masih memandangi surat dari atasannya yang ia terima minggu lalu. Dia tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya pada Apple. Dia sudah tahu jika ini akan terjadi namun, dia tidak pernah berpikiran untuk pergi. Pergi jauh dari putrinya tapi Niall berencana akan menikah, dia tidak seharusnya terlalu larut dalam kesendiriannya. Dan dia telah memutuskan untuk memberikan Angel ruang untuk lebih akrab dengan sosok calon ibu barunya. Daisy mengambil ponselnya di atas meja dan mencoba menghubungi Niall tapi Niall sepertinya enggan menjawab panggilan itu.
"Menghubungi siapa, Mom?" tanya Apple dan itu membuat Daisy terkejut.
"Bukan siapa-siapa." Daisy berdusta.
"Aku perhatikan, Mommy sering melamun akhir-akhir ini." Ucap Apple. "Apa Daddy marah padamu karena aku kabur waktu itu? Aku tidak kabur, Mom. Aku hanya pergi sebentar dan aku sudah kembali." Apple berjalan menghampiri ibunya dan duduk di atas pangkuannya.
"Tidak, bukan karena itu. Kita lupakan masalah itu, oke? Dan jangan pernah lakukan itu lagi. Berjanjilah." Ucap Daisy.
"Aku berjanji." Apple menangkupkan wajah Daisy dengan kedua tangannya. "I love you." bisik bocah itu sambil tersenyum.
"I love you so much. Kita akan pindah, Apple." Ucap Daisy lirih.
"Aku tahu dan aku tidak keberatan." Jawab Apple cepat.
"Dari mana kau tahu?" tanya Daisy penuh selidik. Apa Apple membaca suratnya?
"Itu tidak penting, yang penting sekarang aku tidak keberatan untuk pindah. Bukankah begitu?" tanya Apple sambil menatap ibunya.
"Ya. Baguslah kalau kau tidak keberatan." Ucap Daisy sedih. Sebenarnya dirinya lah yang keberatan atas kepindahan mereka. Hening. Suasana menjadi hening untuk beberapa menit.
"Kau mau ikut Mommy?" tanya Daisy.
"Ke mana?"
"Mommy ingin makan es krim bersama kalian." Ucapnya.
"Kalian? Siapa?"
"Kau dan Angel." Ucap Daisy ragu.
"Aku tidak yakin Daddy akan membiarkan Mommy membawa Angel." Ucapnya.
"Kita belum mencobanya. Ayo!" Apple berdiri dan disusul Daisy.
Di perjalanan menuju rumah Niall, Daisy terus memikirkan bagaimana caranya berbicara dengan Niall atas niatannya membawa Angel pergi bersamanya. Walaupun hanya sebentar, tapi Daisy tidak yakin Niall akan memberinya izin. Walaupun Angel adalah putrinya, Daisy merasa seperti orang asing baginya. Niall terlalu berlebihan dengan membatasi pertemuannya dengan Angel. Dua puluh menit kemudian mereka sampai di rumah mewah itu. Daisy segera memarkir mobilnya dan turun dari mobil tapi Apple menolak untuk ikut.
"Ayo! Kita tidak akan tahu Daddy akan mengizinkan atau tidak jika tidak mencobanya, kan?" tanya Daisy.
"Aku akan tunggu di sini." Ucap Apple ketus dan kemudian menutup kaca jendelanya.
Daisy memencet bel rumah itu dan menunggu cukup lama untuk dibukakan pintu. Dia tidak tahu apakah Niall berada di rumah atau tidak, apakah di dalam ada kekasihnya atau tidak. Dia masih menunggu.
"Mereka tidak akan membukakan pintunya. Sebaiknya kita pergi sekarang, Mom!" teriak Apple dari mobil tapi Daisy bersikeras untuk menunggunya.
Sekitar sepuluh menit dan pintu besar berwarna putih itu terbuka. Terlihat wanita paruh baya dengan kacamata berdiri di sana. Daisy mengulas sebuah senyuman padanya. Ibu mertuanya—mantan Ibu mertuanya. Sudah lama mereka tidak berjumpa.
"Maura." Sapa Daisy.
"Daisy. Bagaimana kabarmu?" Maura memberinya sebuah pelukan, lama, cukup lama untuk melepas semua kerinduan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete (On Editing and Re-publishing)
عاطفيةBOOK 1: Broken. The hearts need more time to accept what the minds already know. [Highest rank #20 in Romance] Copyright © 2014 - 2015 by juliamulyana. All Rights Reserved.