Daisy masih bingung dengan sikap Niall hari ini, begitu juga Apple. Apple merebahkan tubuhnya di sofa sesampainya mereka di rumah. Dia memandangi boneka yang diberikan ayahnya. Mengapa ayahnya memberikannya sebuah boneka?
"Kau tidak suka bonekanya?" Daisy membuatnya terkejut.
"Mengapa Daddy memberiku boneka?" tanya Apple.
"Kau suka atau tidak? Kalau kau tidak suka, berikan saja pada Angel." Daisy duduk di sebelahnya.
"Dia bersikap aneh hari ini." Ucap Apple.
"Bukankah itu bagus? Dia tampak peduli padamu." Daisy mengelus kepala bocah itu. Apple mendesah dan pergi begitu saja tanpa menjawab apapun.
Daisy mulai mengemasi barang-barangnya karena dalam hitungan hari mereka akan meninggalkan London. Sebuah surat jatuh dari dalam map yang dia masukkan ke dalam tas. Dia mengambil surat itu dan kemudian menangis. Hidupnya begitu mengenaskan. Dia segera keluar kamarnya saat mendengar suara bel berbunyi. Siapa yang bertamu malam seperti ini? Dia mengikat rambutnya sembarang sebelum membukakan pintu itu. Apple sudah tidak ada di sekitaran dan sepertinya dia sudah berada di kamarnya.
Seorang pria berambut blonde berdiri di sana dan membuat Daisy melongo. Apa lagi yang dia lakukan di sini?
"Niall?" Daisy tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
"Boleh aku menginap?" tanyanya. Lagi, Niall berhasil membuatnya melongo untuk kedua kalinya. "Besok, Angel akan tinggal bersamamu." Tambahnya lagi.
"Di mana Angel sekarang?" tanya Daisy.
"Dia sudah tidur, dia tampak sangat kelelahan." Ucap Niall. "Jadi?" dia menginginkan sebuah jawaban.
"Kau ingin tidur bersama Apple?" tanya Daisy.
"Ya. Aku ingin mengobrol dengannya, ada banyak hal yang ingin aku bicarakan." Ucapnya. "Hey, kau menangis?" tanya Niall.
Daisy menyembunyikan perasaan sedihnya dan mengelak. "Tidak. Aku sudah mulai mengantuk." Daisy berdusta. "Masuklah. Apple di kamarnya." Daisy membukakan pintunya sedikit lebih lebar sehingga Niall dapat masuk.
"Di mana kamarnya?" tanya Niall sambil memerhatikan sekitaran, matanya terus menyapu ruangan itu diikuti dengan tubuhnya yang berputar.
"Di atas sebelah kiri, kamar kedua." Ucap Daisy.
"Kau tidak keberatan aku ke sana? Atau kau temani aku." Ucap Niall.
"Baiklah."
Daisy menutup pintunya sebelum akhirnya menggiring Niall naik ke atas menuju kamar putranya. Mata Niall tak hentinya memandangi dan mengagumi dekorasi rumah itu. Wanita ini memang sangat pintar, bukan hanya pintar mendesain pakaian, tapi juga dia pandai mendesain rumahnya hingga tampak seperti istana. Daisy mengetuk pintu berwarna putih itu untuk memastikan jika Apple masih terbangun. Suara Apple yang menyahut dari dalam menandakan jika ia belum tertidur. Daisy membuka pintu itu dan menemukan Apple yang sedang asik dengan bukunya.
"Kau belum tidur?" Daisy melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar itu.
"Aku belum mengantuk." Jawab Apple.
"Daddy ingin menghabiskan malam denganmu." Ucap Daisy. Apple menengok ke arah pintu dan menemukan ayahnya berdiri di sana. "Kau tidak keberatan?" tanya Daisy.
"Tidak. Daddy masuklah." Ucap Apple.
"Baiklah. Nikmati waktumu, sayang. Good night." Daisy mengecup keningnya sebelum meninggalkan ruangan itu. "Jangan lukai hatinya." Bisik Daisy saat melewati Niall yang masih berdiri di ambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete (On Editing and Re-publishing)
RomanceBOOK 1: Broken. The hearts need more time to accept what the minds already know. [Highest rank #20 in Romance] Copyright © 2014 - 2015 by juliamulyana. All Rights Reserved.