#50 - Where we belong

1.5K 282 45
                                    

London City

Angel sedang sibuk sejak pagi tadi. Dia memberesi kamar ayahnya, mulai dari merapikan tempat tidur, menyapu, mengganti spreinya dan juga tidak lupa menulis secarik kertas dengan ucapan 'Welcome Home'. ayahnya akan pulang dari tour yang panjang.

Angel berharap jika kali ini ayahnya tidak akan mengecewakannya lagi. Tidak akan membuatnya menunggu sampai makan malamnya dingin, tidak akan membuatnya terus terjaga sampai pagi dan tidak akan membuatnya tidur di luar semalaman.

Angel merebahkan tubuhnya di atas kasur yang baru saja dia beresi, matanya berkeliling mengelilingi ruangan yang besar nan mewah itu. Dia berguling ke sana kemari mencari sesuatu yang telah hilang dari hidupnya. Mata Angel terpaku pada sebuah lemari besar berwarna putih yang memiliki empat pintu. Bukan, itu bukan lemari pakaian ayahnya, lemari pakaian ayahnya berada di ruangan kecil di sebelah kamar mandi.

Angel berjalan menuju lemari itu, mencoba membuka pintunya dan dikunci. Pintunya tidak bisa dibuka.

Apa ya di dalam sana? Aku tidak pernah melihat lemari ini dibuka. Gumam Angel sambil menepuk pelan dagunya dengan telunjuknya. Angel mengelilingi lemari besar itu dan mencoba mencari tahu sesuatu, mungkin sesuatu yang bisa membuka lemari itu. Angel sungguh penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Angel menemukan sesuatu terselip di belakang lemari itu.

Dia mengambilnya, memutar amplop berwarna cokelat itu sambil terus bergumam. Ini apa?

"Angel?" suara itu berhasil mengejutkannya.

Angel segera berbalik dan menyembunyikan amplop itu di belakang tubuhnya. "Iya, Nana?"

"Makan siang sudah siap. Ayo!" ucap nananya dari ambang pintu.

"I... iya, aku akan menyusul." Ucap Angel. Dia membawa amplop itu dan menyimpannya di kamarnya terlebih dahulu sebelum turun untuk makan siang bersama dengan nananya.

***

"Dad!" kedua mata Angel berbinar saat melihat Niall menyeret kopernya memasuki rumah. Ayahnya bahkan pulang lebih cepat dari perkiraannya.

Niall berhenti menarik kopernya dan berdiri sambil membuka lengannya lebar-lebar, bersiap untuk menangkap Angel yang akan melompat ke dalam pelukannya. "Hi!"

Benar saja, Angel seger berlari dan melompat ke dalam pelukan Niall. Angel melingkarkan tangannya di leher Niall dan menciumi pipi pria itu beberapa kali. "I miss you, Dad, so much. I don't know how many much that is needed to show you how I miss you." Ucap Angel.

"I miss you billions much, sweetie." Ucap Niall.

"Aku punya sesuatu untuk Daddy." Ucap Angel.

"Apa itu?" Niall menatap putrinya yang tersenyum lebar.

"Ayo ke kamar Daddy!" ucap Angel, saat Niall hendak menurunkan gadis itu dari gendongannya, Angel menolak. "Daddy harus menggendong aku sampai ke kamar." Protes Angel.

"Mengapa harus begitu? Kau kan sudah besar." Ucap Niall.

"Tidak, pokoknya Daddy harus menggendong aku sampai ke kamar seperti bagaimana Daddy menggendong Mommy sampai ke kamar, dulu." Angel tersenyum semakin lebar.

Niall menaikkan sebelah alisnya. Siapa yang mengatakan hal itu kepada gadis kecil ini? Batinnya.

"Ayo cepat!" pekik Angel dan dia semakin mengeratkan kakinya yang melingkar di tubuh Niall.

Tanpa banyak berbicara, Niall menggendong putrinya sampai ke kamar. Angel kembali membuat Niall terkejut saat mereka sampai di kamar. Masih menjaga Angel dalam gendongannya namun, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Niall tidak bergeming di ambang pintu.

Incomplete (On Editing and Re-publishing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang