#22 - Apple tree

2.3K 315 19
                                    

Angel tidak bisa menyembunyikan kesedihannya karena dia telah mendengar langsung dari ibunya jika ibunya itu akan benar-benar pergi meninggalkannya. Selama dalam perjalanan menuju Sheffield, dia hanya diam. Bahkan, saat Apple mengajaknya berbicara, dia hanya berbicara sedikit. Hati gadis kecil itu dilema, di satu sisi dia bahagia karena seminggu terakhir ini dia telah menghabiskan banyak waktu bersama ibunya. Di satu sisi dia sedih karena dia tidak akan bertemu ibunya untuk waktu yang sangat lama. Jarak akan memisahkan mereka.

Sesampainya di Sheffield, Daisy dan si kembar turun sedangkan Niall masih di dalam mobil. Dalam pikiran pria ini bermain puluhan dugaan tentang ekspresi orangtua Daisy saat melihatnya. Dia takut, tidak, dia tidak takut. Dia merasa bersalah, ya, dia merasa bersalah karena telah menyakiti putri mereka. Di mana saat pernikahan, Niall telah berjanji untuk berbagi suka dan duka bersama wanita itu, tapi dia tidak mampu merealisasikan semua janjinya di depan pendeta dan para tamu undangan saat pernikahan itu terjadi. Dia ragu, dia bimbang.

"Niall, ayo!" Daisy mengetuk kaca mobilnya dan membuat pria itu terlonjak kaget. Niall menoleh ke arah Daisy. "C'mon!"

Niall menarik napas panjang. Dia sudah di sini, tidak ada gunanya mengurungkan niatnya sekarang. Itu akan sia-sia, seharusnya dia memutuskan untuk tidak ikut. Dia meyakinkan hatinya jika ini semua akan baik-baik saja. Niall menarik napas panjang dan menghembuskannya, dia melakukannya beberapa kali sebelum akhirnya memberanikan diri untuk turun dan menemui keluarga Daisy yang sudah berkumpul di teras rumah mereka untuk menyambut kedatangannya—tidak, kedatangan cucu mereka.

Niall berjalan dengan ragu, detak jantungnya menjadi tidak karuan. Rasanya dia mendadak tidak enak badan. Dia mungkin akan menerima beberapa pertanyaan yang akan keluarga Daisy lontarkan padanya. Dan dia tidak siap untuk itu—pertanyaan apapun itu, dia tidak siap.

"Hi, Niall Horan!" sapa Violetta disertai dengan senyuman lebar di wajahnya.

"Hi!" Niall mengembangkan sebuah senyuman di wajahnya. Dia melihat Angel sudah berada dalam gendongan Brad, ayah Daisy.

"Hi, Ash." Niall menyalami Ashley, ibu Daisy. Uluran tangannya disambut hangat oleh Ashley.

"Hi, Niall! How's life?" Tanya Ashley ramah. Tidak ada kebencian dalam nada bicaranya, kurasa.

"Good. How about you?" Tanya Niall.

"Good, thanks."

Semuanya memang tak seperti yang pria ini kira. Semuanya baik-baik saja, dia hanya terlalu khawatir. Dia telah membiarkan penyesalan dan perasaan bersalah itu mengontrol dirinya sehingga perasaannya tidak bisa menjadi tenang. Keluarga Daisy terlihat baik-baik saja. Mereka terlihat sama, mereka masih sama seperti dulu. Tidak ada kebencian di mata mereka. Niall hanya terlalu khawatir.

Ini kali pertama dia bertemu dengan keluarga Edwards setelah perceraian. Dia merasa sangat canggung. Orangtua Daisy sudah menyiapkan banyak makanan untuk menyambut kedatangan mereka, sekaligus untuk melepas kepergian Daisy dan Apple yang beberapa hari lagi akan pindah ke Benua Amerika.

"Apple, kau harus baik-baik di sana." Ucap Ashley.

"Iya, Nana. Aku selama ini telah menjadi anak yang baik. Tanyakan Mommy kalau tidak percaya." Ucap Apple penuh percaya diri.

"Apple, jangan pergi." Tiba-tiba Angel berbicara diiringi dengan air mata yang menetes di pipinya.

Apple menoleh dan memeluk gadis kecil itu. "Sssttt, kau tidak boleh cengeng. Ingat janjiku padamu, kan? Aku tidak akan mengingkarinya." Bisik Apple, dia mencoba menenangkan saudara kembarnya itu. Apple tahu jika Angel sedang terguncang sekarang. Tak bisa dipungkiri jika dia juga merasakan hal yang sama.

Incomplete (On Editing and Re-publishing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang