"Dad?" Angel menghampiri Niall yang sedang duduk di balkon dan sebuah laptop di pangkuannya.
Pria itu menoleh dan tersenyum. "Ada apa, sayang?" tanyanya.
Angel berjalan mendekat, mengambil laptop itu dan menaruhnya di atas meja. Dia beranjak naik ke atas pangkuan Niall dan melingkarkan kedua lengan mungilnya di leher ayahnya. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga pria itu, tapi sesuatu tampaknya telah mengurungkan niatnya untuk membisikkan sesuatu. Dia melepaskan kedua lengannya dari leher pria itu dan diam terduduk di pangkuan pria itu.
"Ada apa?" tanya Niall lagi tapi, sesuatu sedang menguasai Angel. Angel hanya terdiam, mencoba untuk tidak menggubris pertanyaan ayahnya. Beberapa kali ia mengayunkan kakiknya.
"Tidak apa-apa." Ucap gadis kecil itu. Dia memandang lantai marmer di bawah kakinya. Sesekali ia menoleh kepada ayahnya dan menatapnya lekat dan kemudian kembali membuang pandangannya.
"Apa ada sesuatu yang menggangumu?" tanya Niall.
Gadis itu kini dilemma, apakah ia harus mengatakan apa yang mengganggunya belakangan ini atau hanya menyimpannya sendiri.
"Tidak ada." Ucap gadis itu pelan.
"Kau tidak bisa membohongi Daddy, katakan, ada apa?" tanya Niall lagi.
Gadis itu kembali menggeleng dan kemudian melompat turun dari pangkuan ayahnya dan berlari menuju kamarnya. Gadis kecil itu membanting pintu kamarnya dan kemudian menguncinya dari dalam. Dia berjalan menuju lemarinya dan mengambil sebuah tas berwarna pink.
"Jika Apple bisa pergi dari rumah dan datang kemari, maka aku pun bisa melakukan hal yang sama." Ucap gadis kecil itu.
Ia memasukkan boneka Barbienya dan robot milik Apple ke dalam tas. Dia juga meraih sebuah figura di atas meja kecilnya dan memasukkannya juga. Tak lupa ia memasukkan juga buku hariannya.
"Angel!" terdengar nananya mengetuk pintu. Gadis kecil itu segera menyembunyikan tasnya di dalam lemari.
"Iya." sahut Angel.
Angel membuka pintu besar berwarna putih itu. Dengan sedikit menyembunyikan apa yang sedang dilakukannya baru saja di kamar, ia mencoba tersenyum.
"Ada apa?" tanya Angel.
"Daddy menunggumu di bawah, ia mengatakan bahwa ia akan mengajakmu jalan-jalan, hari ini sebagai permintaan maafnya soal kemarin." Ucap nana.
"Aku sedang tidak ingin pergi." Angel kembali masuk dan menutup pintunya tanpa memberikan nananya kesempatan untuk mengatakan sepatah kata pun.
"Angel..." nananya mencoba mengentuk pintunya, tapi gadis kecil itu justru menguncinya dan tidak akan membiarkan satu orang pun masuk ke dalam istana kecilnya.
Ia melihat sekelilingnya, kamar itu masih sama seperti beberapa tahun lalu, saat ibunya mendekorasikan kamar itu untuknya. Tidak ada yang berubah, belum ada yang berubah dan tidak akan ada yang berubah dari kamar itu. Begitulah yang Angel katakan pada dirinya sendiri. Dia melihat ponsel Niall di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Dia berjalan ke arah meja itu dan mengambilnya. Dia mengutak atiknya sehingga menemukan nama Daisy Edwards di daftar kontak ponsel itu. Tanpa ragu ia menekan tombol dial. Dia lalu mendekatkan ponsel itu di telinganya.
Ia menunggu cukup lama untuk sebuah jawaban. Dia terus mencoba dan mencoba sampai akhirnya panggilan itu dijawab.
"Hello, Niall. Ada apa?" tanya orang di seberang sana. Entah mengapa detak jantung gadis kecil itu menjadi semakin cepat. Dia seakan tak sanggup untuk mengucapkan sepatah kata pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete (On Editing and Re-publishing)
RomanceBOOK 1: Broken. The hearts need more time to accept what the minds already know. [Highest rank #20 in Romance] Copyright © 2014 - 2015 by juliamulyana. All Rights Reserved.