#28 - New York sky

2K 295 13
                                    

Double update, everybody!

***

New York City

Apple duduk di balkon kamarnya sambil menatap langit New York. Dia bahkan, belum beristirahat semenjak dia sampai. Ini sudah sangat larut bagi orang-orang yang tinggal di New York. Jetlag, Apple sedikit mengalami itu. Dia harus beradaptasi dengan waktu di New York.

"Apple, ini sudah sangat larut." Daisy menghampiri putranya itu dan kemudian duduk di sampingnya.

"Di London, ini masih pukul 7, Mom." Ucap Apple.

"Tapi, kau sekarang di New York, ini sudah pukul 2 dinihari. Beristirahatlah, Mommy tahu kau lelah." Ucap Daisy.

Apple menggeleng pelan. "Aku belum mengantuk." Apple merangkul kedua lututnya dan menatap bintang-bintang di langit. Bintang-bintang itu sama seperti di London.

"Apple, apa kau suka dengan rumah ini?" Tanya Daisy. "Mommy tahu, rumah ini sangat kecil dan tidak seperti rumah kita di London—"

"Aku suka, Mom." Apple memotong kalimat Daisy. "Setidaknya, aku tidak akan begitu kesepian karena rumah ini tidak terlalu besar dan aku bisa dengan cepat menemukanmu jika aku mencarimu. Haha." Bocah itu tertawa.

"Ya. Dan kita hanya mempunyai dua kamar tersisa untuk tamu." Ucap Daisy.

"Kau pikir siapa yang akan datang, Mom?" Apple menoleh dan menatap ibunya.

"Nenekmu atau siapa."

Apple membuang pandangannya dan kembali menatap langit. "Mulai sekarang, Daddy akan dengan mudah melupakanku karena aku tidak akan datang diam-diam ke rumahnya saat tengah malam lagi." Ucap Apple.

"Seberapa sering kau ke sana?" Tanya Daisy.

"Terlalu sering."

Hening. Daisy ikut menatap langit yang begitu tenang. Apple benar, pukul 2 dinihari adalah di New York, jika mereka di London, ini waktunya mereka menonton TV bersama.

"Kapan Mommy akan mulai bekerja?" Tanya Apple.

"Minggu depan. Mommy harus menandatangani kontraknya dulu. Selain itu,, Mommy juga harus mengurus sekolahmu dulu, kan?"

"Hmmm."

Kembali hening, udaranya berhembus begitu dingin sehingga bocah itu lebih erat merangkul kedua lututnya. Mulai sekarang, bocah itu akan tumbuh di kota ini. Dia akan memulai hidup baru di kota ini juga. Waktu terus bergulir, dan waktu sudah menunjukkan pukul 3 tanpa mereka sadari. Apple bangkit dari tempatnya dan mengulurkan tangannya kepada ibunya. Daisy mendongak dan meraih tangan itu.

"Mommy harus tidur bersamaku, malam ini." Ucap Apple sambil menuntun Daisy masuk.

"Dengan senang hati, jagoan."

Daisy merebahkan diri di samping Apple yang sudah terlebih dahulu menempati tempat tidurnya. Dia berpikir, apakah ini akan menjadi mudah untuk memulai hidup baru di tempat yang baru? Atau ini justru akan semakin menyiksanya dengan semua kerinduan yang tidak akan pernah tersalurkan?

Daisy mengusap kepala Apple dengan halus sambil menatapnya dalam-dalam. Bocah ini sangat tegar bahkan, terlalu tegar untuk bocah normal seusianya. Ini mungkin salah Daisy, dia merasa bersalah karena telah menempatkan putranya dalam keadaan seperti ini. Memang ini bukanlah jalan hidup yang dia rencanakan. Mungkin dia bisa memperbaikinya di awal, namun, apa boleh buat, dia tidak sanggup lagi.

"MaafkanMommy, nak." Bisik Daisy lirih.

***

Incomplete (On Editing and Re-publishing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang