23.Segalanya

133 29 3
                                    

Makan malam itu di hadiri oleh semua orang, kecuali Toneri.

Hagoromo menatap sosok asing dirinya sekilas dan kembali fokus pada sosok Sasuke dan Hotaru.

"Madara dan aku telah memutuskan pertunangan kalian akan di langsungkan besok malam. Tentu dengan pesta yang megah" ujarnya penuh antusias. "Pastikan untuk tidak mengecewakanku" peringatnya tajam pada keduanya.

Hotaru mengangguk dalam diam. Ia tak bisa melakukan apapun. Keberadaan Utakata sampai saat ini saja belum ia ketahui.

Hotaru yakin ini juga ulah sang kakek yang ingin menekannya.
Ia lirik Sasuke yang hanya diam mematung.
Ia sungguh penasaran isi dari kepala Sasuke.

Sakura menatap Sasuke yang seperti biasa bersikap acuh.

Jika dipikirkan lebih dalam lagi. Sasuke memang selalu seperti itu, tanpa ekspresi dan lebih banyak diam.

Apa yang pemuda itu pikirkan, tak akan ada yang tahu. Hingga terkadang, Sakura harus selalu merasa kesulitan. Seperti dulu.

Hidup orang-orang di ruangan inu. Semua seolah sudah di atur. Terlahir dengan sendok emas hanya akan membuat pihak yang lemah dengan mudah di kendalikan.

Sakura merasa ia tak memiliki apapun. Ya. Ia hanya punya dirinya.

Dan entah mengapa membayangkan hidupnya harus takut dan dibawah kendali seseorang, itu membuatnya muak dan marah.

Sakura tak menyadari tatapan tua itu berkelana pada dirinya.

"Sepertinya, akhir-akhir ini kastil ini sering menerima banyak kunjungan"

Sakura melirik Hagoromo yang menatapnya penasaran.

"Siapa kau, Nona..."

"Sakura Haruno" jawab Sakura atas pertanyaan dari Hagoromo.

Jika bukan karena ulah Momoshiki, dirinya tak akan sudi menginjakkan kaki di tempat ini.

"Kutebak, kau merupakan tamu dari cucu sulungku" ujar Hagoromo mengerling ke arah Momoshiki yang menyuap makanannya dengan santai.

"Tidak. Cucu Anda sungguh memiliki cara unik untuk membawaku kemari" balas Sakura tajam.

Momoshiki memicing atas jawaban gadis itu.

Sasuke menggeleng perlahan atas jawaban Sakura yang cukup nekat. Memintanya untuk tidak bersikap gegabah.

Hotaru sendiri menatap cemas interaksi itu.

Hagoromo sendiri kini meletakkan sendok dan garpunya di sisi piring.

Menatap penuh Sakura lalu tergelak.

"Ku asumsi kan jika kau tak punya kuasa untuk melawan hingga dengan mudah datang kemari" ujarnya dengan manik berkilat.

Emerald Sakura menatapnya datar.
Ia berusaha bersikap tenang.
"Seperti yang Anda tahu. Aku datang hanya untuk mengatakan bahwa tolong jaga perilaku cucu Anda di sekitarku"

Hagoromo mendengus tersinggung.
"Sepertinya kau salah akan satu hal. Tak ada pria secemerlang masa depan cucu ku"

Sakura tertawa hambar.
"Masa depan seperti itu, aku tak menginginkannya" balas Sakura tegas dan telak. Ia melirik Momoshiki yang menatapnya geram.

Sakura kembali menatap Hagoromo.

"Cucuku bisa mendapatkan wanita yang lebih baik darimu. Tak seharusnya kau bersikap angkuh"

Sakura menggeleng.
"Tak bisa di pungkiri. Tapi, wanita sepertiku tak akan mau bersama cucu Anda"

Sakura bangkit dari duduknya dan membungkuk singkat. Ia melenggang pergi begitu saja.

Hear Me: I am SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang