Hear Me: I am Sorry

4. Bullying

Well, sekedar info aja ya gaes. Chapter Ending dari cerita GEISHA bisa kalian baca di grup Telegram yang aku bikin.

Tentu ada biaya yes.

PROMO SATU WEEK
Berlaku mulai tanggal 17 juli- 23 juli.

20K (GEISHA- IndraSaku)

15k (Hear Me-SasuSaku)

25k (Hear Me & Geisha) kombo.

Ingat hanya berlaku satu minggu.

Harga Normal:

Geisha 25k
Hear Me 20k.

Harga bisa berubah kapan aja ya.
So... Kuyyy baca hihi.

Kalian bisa dm ke wa ku atau langsung ke tele.
088276569187

Karena GEISHA DAN HEAR ME udah End.

Sekarang aku akan fokus up cerita:

HEAR ME: I am Sorry
&
The Myth

Secara bergiliran. Yaa kalo senggang bisa up dua-duanya wkwk.

Biar lebih mudah tau kapan up, silakan follow akun ku yak wkwk. Dan jgn lupa tinggalkan jejak berupa vote n komen.

Kalian yang udah baca chapter ending bisa tinggalkan komen disini. Yaa, aku butuh komen kalian karena bisa di jadiin referensi gitu. Kan ga tau ya endingnya sesuai ekspektasi kalian atau zonk wkwkwk... Maafkeun daku...

So.... Tungguin karya aku selanjutnya ya.

'''''HAPPY READING'''

Bruuuuussss

"Ahh..."

HAHAHHAHAHAHAHA

Sakura menatap nanar Sara dan Fuka yang tergelak hebat. Menertawakan tubuhnya yang basah kuyup.

"Ya ampun Haruno... Kau belum mandi dengan bersih rupanya" ejek Fuka dengan seringai angkuh.

Grrrtt

Sakura mengepalkan kedua tangannya kesal. Menatap nyalang sosok Fuka.

"Kasihan sekali, ne pelacur kita ini" timpal Sara penuh kebencian.

Sakura hendak meradang saat tubuh Fuka maupun Sara basah kuyup sama sepertinya.

Sakura mendongak.

"Ups... Tanganku terkilir. Sorry..."

Sakura melirik dua siswi yang baru saja membully nya itu. Nampak raut kekesalan yang tertahan oleh wajah keduanya.

Fuka dan Sara tidak akan berani macam-macam bahkan mengumpat kepada pelaku yang menyiram keduanya.

Hup

Tap

Naruto Uzumaki dengan santai melompat dari atas ke lantai bawah.

Sakura melotot takjub. Meski hanya satu lantai, tapi itukan berbahaya sekali.

Tentu saja...dia ahli dalam hal itu.

Sakura menoleh saat suara hentakan kaki meninggalkan tempatnya. Meski masih ada beberapa siswa yang memperhatikan mereka.

Hal biasa yang terjadi sejak ia duduk di tingkat dua. Dan hebatnya, tak pernah ada yang membantunya selain Ino, dulu.