32. Yang Terlupakan

145 24 5
                                    

Lima Tahun Kemudian

Manik Aquamarine itu memindai sejengkal demi sejengkal furniture cafe yang di rekomendasikan oleh sahabatnya itu.

Ia menyesap bubble tea yang telah ia nobatkan sebagai minuman favorit nya di cafe bernama 'Hikari' ini.

Menurut informasi yang ia dengar secara tak sengaja barusan. Pemiliknya adalah wanita muda cantik yang memiliki seorang putra menggemaskan.

Sruukkk

"Maafkan aku, Ino... Kau pasti menunggu terlalu lama"

Ino melotot tajam saat si empunya suara meraih minumannya dan meneguknya seenak jidat.

"Ahh... Melegakan sekali"

Ino menatap sosok Sakura Haruno yang duduk di hadapannya itu dengan tergesa-gesa.

Lingkar hitam di mata wanita yang telah dewasa itu nampak menggelap parah.

Ino mendengus.
"Aku yakin sebentar lagi, kau akan mati cepat tanpa merasakan yang namanya menikah" sinis Ino dengan lengan bersedekap.

Sakura tergelak. Ia mengedipkan mata pada Ino dengan gaya genit.
Setelah memesan minuman dan cake pada waiters.

"Sayang sekali" decak Sakura sembari menguncir asal surai merah mudanya.

Ino mengerling bosan. Lalu dipaksa menganga saat Sakura menunjukkan sebuah cincin cantik bermata sapphire di jari manisnya.

"Itu..."

Sakura mengangguk dengan wajah bersemu merah.
"Naruto-kun, melamarku"

Ino mengatupkan bibirnya yang mendadak kaku seketika.
Ia menatap nanar Sakura yang menatap cincin indah itu dengan wajah bahagia.

Bahagia...

Ino meremas lututnya. Lalu, menatap kembali sosok Sakura yang mengucapkan terimakasih pada pelayan yang mengantar pesanannya.

Wanita itu melahap cake strawberry dengan wajah penuh kebahagiaan.

"Kau yakin" celetuk Ino pelan.

Sakura menatap Ino dengan raut aneh. Seolah Ino baru saja mengatakan hal yang entahlah.

"Tentu saja, Ino" balas Sakura bersemangat. "Kau tahu betul, bagaimana hubunganku dan Naruto-kun" tambahnya tak habis pikir.

Ino membuang muka sembari menipiskan bibir merahnya.

Ya. Ino tahu. Ia tahu segalanya.

"Maksudku..." Lirih Ino menatap Sakura yang mengernyit heran padanya. "Kau tahu, bukankah terlalu cepat untukmu menerima lamaran si Naruto itu" tambah Ino kaku.

Sakura menggeleng geli.
"Katakan itu pada dirimu sendiri" kekeh Sakura geli. Ia tunjuk perut Ino yang membuncit itu. "Kau menikahi Kiba begitu kita lulus SMA dan sekarang, kau akan segera melahirkan anak keduamu, bukan".

Ino hampir tersedak ludahnya sendiri. Ia memicing tajam.
"Aku kebobolan, kau tahu itu"

Sakura mengangguk bosan. Alasan yang selalu Ino katakan begitu ia ketahuan hamil setelah menikahi Kiba. Sementara wanita itu berkoar-koar tak akan mau hamil, karena akan merusak tubuh indahnya.

Siapa yang akan percaya, jika ia sampai kebobolan dua kali. Well... Dua kali.

"Jangan mengalihkan pembicaraan" dengus Ino. "Kita saat ini membahas tentang kau" tunjuk Ino serius.

Sakura menatap sahabatnya dengan wajah penuh senyuman.
"Ino... Kau tahu sudah berapa lama hubungan kami berjalan. Lima tahun... Dan itu mulai terasa membosankan, jika hanya dilalui dengan pacaran"

Hear Me: I am SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang