Sakura maupun Ino hanya mampu berjalan dalam diam. Kedua nya memilih berpisah dengan Tenten setelah seharian menghabiskan waktu bersama.
Surai merah muda Sakura di terpa angin hingga menutupi separuh wajahnya.
Ia menatap langit sore yang jingga.
"Saku..."
Sakura menoleh pada Ino yang menatapnya sedikit ragu.
"Alu tahu ini aneh... Tapi, tidakkah masa lalu Hinata mempengaruhi emosi yang kita miliki" ucap Ino panjang lebar.
Sakura hanya diam. Ia menerawang jauh. Membuat Ino bertanya-tanya, apa gerangan isi pikiran kepala merah muda itu.
"Aku tak tahu, namun Ino... Apapun itu, Hinata tidak berhak mengusikku dengan alasan apapun" ucap Sakura tegas.
"Setiap manusia mengalami kesakitannya masing-masing" lanjut Sakura dengan tatapan hampa. "Masa lalu yang buruk bukan alasan untuk menyakiti manusia lainnya" tambahnya getir.
"Tapi itu menyeramkan" lirih Ino dengan tubuh bergidik ngeri. Bukan berarti ia sok suci. Namun, pemaksaan adalah hal terburuk bagi kaum wanita.
"Ne... Toneri Ootsutsuki, Sai Shimura dan Neji Hyuuga hanyalah satu dari segelintir pria yang berpikir hanya dengan kelaminnya" tukas Sakura jijik.
Ino mengangguk setuju.
"Aku harus memberitahu Ayah, seberapa jahatnya Sai. Terlepas dari itu semua, Sai tidak seharusnya menjual Konoha demi kesuksesannya"Sakura menatap Ino dengan lirikan sinis yang main-main.
"Tidakkah kau merasa sedih, karena tunanganmu adalah orang yang you know what???"Ino tertawa hambar.
"Ayolah Saku..." Bisik Ino dengan alis naik turun. "Kau tahu hubunganku dan Sai seperti apa bukan" tambahnya.Sakura mendengus pura-pura jijik.
"Aku sungguh berharap ada akhir bahagia untuk semua orang" do'a Sakura tulus.
Ino menatap sahabatnya itu penuh kasih.
"Jangan lupakan dirimu, kau harus lah menjadi yang paling bahagia"***
Hinata terbangun dengan tubuh yang terasa remuk. Ia menatap kosong langit-langit kamar yang luar biasa mewah.
Hotel Inuzuka.
Ia tersenyum kecut.
"Kau sudah bangun"
Hinata memejamkan matanya lelah. Mengabaikan sapaan dari Toneri yang terlihat bersemangat.
Ah... Pria itu memang selalu begitu.
Hinata mengernyit saat ta merasakan cincin tunangan di jari manisnya. Ia melihat jarinya yang ternyata kosong.
"Kau tak membutuhkan itu" ucap Toneri yang menduduki tepian kasur.
Toneri meraih jemarinya dan memasukkan cincin yang Hinata lihat tadi malam ke jari manisnya.
"Yang ini lebih cocok untukmu" bisik Toneri penuh senyuman. "Lebih indah" pujinya. Mengecup lama tangan Hinata.
Hinata yang melihat itu hanya terdiam dengan raut datar.
Sebuah elusan ia rasakan di kepalanya.
"Hinata kau tahu, bukan. Aku sangat mencintaimu"Cinta.
Cinta seperti apa yang Toneri beri untuknya.
Pria itu hanya memberinya kesakitan dan penghinaan.
Pria yang dengan mudahnya mengaku cinta, lantas membuat Hinata menjadi piala bergilir. Neji dan Sai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear Me: I am Sorry
FantasySinopsis: Sakura Haruno memutuskan untuk mengakhiri cinta sepihaknya selama dua tahun terakhir pada Sasuke Uchiha yang dingin, setelah membaca buku penuh tragedi berjudul 'Hear Me'. Lanjutan dari Hear Me... bisa di baca secara terpisah.