24. Ayo pergi

138 26 3
                                    

Mikoto menatap photo keluarganya yang terpasang apik di ruang keluarga.

Raut cemas dan gelisah menaungi wajah cantiknya yang tak lagi muda.

Sebuah pelukan ia rasakan menyelimuti tubuhnya.

"Jangan khawatir, Kaa-san" bisik Itachi.

Mikoto menepuk pipi putra sulungnya yang berada di bahunya itu.

"Apakah Ayahmu, bisa meyakinkan Kakekmu?" Bisiknya dengan suara parau.

Mikoto memejamkan mata erat.

Sudah puluhan tahun Fugaku meninggalkan kastil Uchiha. Kali ini suami nya pergi untuk menemui sang Ayah.

Untuk meminta pria tua itu membebaskan Sasuke dari janjinya.

Meski Mikoto sangsi, ayah mertuanya mau menyetujui itu.

"Kakekmu pasti akan menolak permintaan kita, Itachi" ucap Mikoto sendu.

Itachi termenung.
"Sasuke berkata dia memiliki rencana, aku hanya di beri sedikit detailnya"

Mikoto menghembuskan nafas panjang.
"Sasuke... Adikmu seharusnya tidak berada dalam lingkungan itu"

Mikoto menyentuh figura photo-photo yang di ambil saat Sasuke mulai beranjak remaja.

Setetes liquid bening jatuh membasahi pipi Mikoto.

"Sasuke seharusnya tumbuh layaknya pemuda lain, yang menikmati kehidupan sekolah dengan tenang. Bukan menjadi pion untuk memperluas kekuasaan" lirih Mikoto menatap sendu Itachi.

Itachi merasa tertohok.
Karena ketidakmampuannya lah hingga Sasuke ikut terjun.

Ia menggepalkan kedua tangannya erat.

"Ibu harap, Sasuke dapat segera kembali ke rumah" bisik Mikoto penuh kerinduan.

Itachi mengangguk.

Ya. Sasuke pasti kembali.

***

Madara menatap dingin Fugaku, putra satu-satunya yang menolak mewarisi kekuasaannya itu.

"Kastil ini tak lagi menerimamu, pergilah" usirnya dengan suara datar.

Fugaku menatap pria yang telah mengasuhnya itu dengan tatapan memohon.

"Sasuke putraku, Ayah. Dan dia cucumu" ucap Fugaku lemah. "Tidakkah kau berpikir untuk membiarkannya kali ini" pintanya tegas.

Madara mendengus.
"Sasuke akan menjadi pewaris sah ku begitu dia melangsungkan pertunangan ini. Dia bisa memiliki segala kepunyaanku. Dan, semua orang akan tunduk padanya"

Fugaku menggeleng miris.
"Selamanya Sasuke akan terkekang. Tidakkah Ayah melihatku dulu"

Madara memicing tak suka.

Dulu, Fugaku sama seperti Sasuke tak membantah bahkan terbilang penurut.

Semua berubah karena sosok Mikoto.

Tapi, Sasuke jelas berbeda.

Anak itu membuang segalanya untuk datang kemari.

Madara percaya bahwa Sasuke tak akan mengkhianatinya.

"Aku sendiri yang akan mendidik Sasuke menjadi pria bertangan dingin" ucap Madara penuh keyakinan.

Fugaku menatap sang Ayah nelangsa.
"Ayah sungguh percaya bahwa kekuasaan akan membuat cucu mu itu bahagia"

Deg

"Satu tahun, mungkin Sasuke akan terlihat biasa saja. Namun, semakin larut Sasuke pasti tetap merasa hampa. Kursi yang Ayah duduki itu telah membuktikannya, bukan" ujar Fugaku miris.

Hear Me: I am SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang