4. OCEHAN INO

95 11 4
                                    

Sasuke bangun dan melihat jam dinding. Sudah pukul delapan dan jam sembilan istrinya akan berangkat ke kantor divisi sensor. Akhir-akhir ini memang Ino sangat sibuk, bahkan sudah empat hari dia tidak mampir di toko bunga.

Hidung Sasuke mencium bau makanan dan dia segera beranjak dari ranjang.

Ino menoleh saat melihat Sasuke berjalan ke meja makan. "Ohayo, anata," sapa Ino.

"Ohayo," balas Sasuke sebelum menarik kursi dan duduk di samping Ino.

Sasuke mengambil gelas teh dari meja dan menyesapnya. "Aku akan mengantarmu ke kantor divisi," ucapnya.

"Eh?" Ino heran, pasalnya Sasuke tidak pernah bersikap romantis seperti itu. Bagi Ino, hal sederhana itu romantis karena suaminya hampir tidak pernah melakukan hal-hal manis untuknya.

"Kamu baru pulang misi, Sasuke. Kupikir sebaiknya kamu istirahat di rumah."

"Aku akan istirahat setelah mengantarmu ke kantor."

Pipi Ino menjadi merah, dia sangat senang bila Sasuke mengantarnya. "Aku tidak akan menolak, Sasuke. Kalau bisa, aku ingin kamu melakukannya setiap hari."

Sasuke tiba-tiba menyentil kening Ino, membuat wanita itu mengaduh sakit. "Jangan kekanak-kanakan, Ino. Aku tidak bisa melakukannya setiap hari."

Ino tertawa menanggapi perkataan suaminya. "Aku hanya bercanda, anata. Lagipula kamu sangat sibuk dengan misi-misimu. Kamu pulang dengan selamat itu sudah sangat cukup untukku."

"Kamu takut sesuatu yang buruk terjadi padaku?" Pertanyaan yang konyol tetapi Sasuke tetap menanyakannya. Tidak ada yang tahu, sebenarnya dia senang setiap kali Ino mencemaskan.

"Pertanyaan bodoh! Tentu saja aku takut sesuatu yang buruk terjadi padamu. Aku akan menjadi istri yang buruk bila tidak mencemaskanmu. Lagipula aku masih terlalu muda untuk menjadi janda."

"Sepertinya si pucat itu masih menginginkanmu. Buktinya sampai hari ini dia belum menikah," ucap Sasuke.

Dua tahun lalu, sebelum Ino menerima lamaran Sasuke, dia harus menyelesaikan urusannya dengan Sai. Pria itu mengatakan perasaannya kepada Ino, tetapi tak lama kemudian Ino mendapatkan lamaran dari Sasuke. Tentu saja lamaran akan menang dari ungkapan cinta, terlebih lagi semuanya mendukung pernikahan Sasuino.

"Sasuke, kita sudah menikah dua tahun dan kita sudah melewati suka dan duka. Apa itu masih kurang?" protes Ino. Dia kesal setiap kali Sasuke menjadikan hal itu sebagai lelucon, tanpa dia tahu sebenarnya secara tidak langsung Sasuke sedang menunjukkan kecemburuannya.

Sasuke mengambil daging dari piring, kemudian mengunyahnya sambil tersenyum tipis.

***

Pasangan Sasuino berjalan menuju kantor divisi sensor. Ino melihat tangan suaminya. Sebenarnya dia ingin sekali bergandengan tangan dengan Sasuke tetapi dia ragu untuk memintanya. Bukankah seharusnya hal seperti itu tidak perlu diminta? Sasuke tidak pernah menunjukkan keromantisan mereka di tempat umum, jadi Ino tidak ingin membuat suaminya tidak nyaman.

Akhirnya mereka tiba di depan kantor divisi.

"Apa yang akan kamu lakukan selama aku di kantor?" tanya Ino. Rasanya enggan untuk bekerja, tetapi ini bukanlah hari liburnya.

"Aku akan bertemu dengan Naruto dan Shikamaru. Ada sesuatu yang harus kami bicarakan."

Ino mengangguk paham. Meski Sasuke sedang libur tetap saja dia akan mengambil waktu untuk bekerja. Bisa dikatakan Sasuke adalah tipikal pemikir. Dia tidak akan tenang sebelum pekerjaannya selesai.

"Jangan lupa makan, dan ingatlah istirahat. Kamu baru menyelesaikan misi kemarin dan tubuhmu butuh tidur."

"Hn."

ALWAYS WITH YOU (SASUINO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang