Shinobi, Naruto
Kelopak mata terbuka perlahan, memperlihatkan onyx sekelam malam. Sasuke menghela napas berat seolah-olah hari ini pun akan terasa berat baginya. Tanpa semangat Sasuke mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala ranjang. Sasuke baru menyadari betapa pentingnya Ino di dalam hidupnya. Dia bahkan merasa jika kepergian Ino memberikan kekosongan yang begitu besar di dalam hatinya. Kesepian yang dia rasakan bahkan lebih buruk daripada kehilangan klan dan keluarganya. Lagi, Sasuke merasa gagal dan tidak berguna karena tidak bisa menjaga orang yang paling dia cintai.
Sasuke menurunkan kedua kakinya dari ranjang. Dia ke dapur, menyalakan teko listrik, lalu mengambil ramen instan dari lemari. Lima hari telah berlalu dan selama itu pula Sasuke tidak pernah menikmati masakan Ino. Sasuke bahkan tidak peduli dengan makanan yang masuk ke tubuh. Dia lelah, sangat lelah.
Sasuke menuang air ke gelas ramen, kemudian dia menunggu tiga menit sampai mie itu siap untuk dimakan. Meski mie itu telah matang, Sasuke hanya melihatnya saja. Rasanya begitu malas untuk mengangkat tangannya dan mengambil sumpit. Sasuke seperti kehilangan setengah dari nyawanya dan itu terlihat dari tingkah lakunya.
Tok tok tok
Sasuke mendengar ketukan pintu, tetapi rasanya begitu berat untuk meninggalkan kursinya. Dia mengabaikannya, tetapi ketukan itu tidak berhenti.
Mau tidak mau, dengan kesal Sasuke meninggalkan kursinya dan dia membuka pintu. Helaan napas berat meluncur lagi dari bibirnya.
"Ada apa, Sakura?" tanyanya saat melihat wanita bersurai merah muda tersenyum padanya.
"Kita harus ke kantor Hokage, Sasuke-kun. Kau tidak melupakan misi kita, kan? Kakashi sensei ingin membicarakan strategi yang telah disusun oleh Shikamaru."
"Hn."
"Kau baik-baik saja?" tanya Sakura ketika emerald-nya memperhatikan wajah Sasuke. Tidak ada semangat di wajah pria raven itu.
"Bukan urusanmu! Pergilah! Aku akan datang lima belas menit lagi." Sasuke masuk tanpa mempedulikan Sakura yang sedang memandang punggungnya.
Sakura tidak tahan lagi, dia masuk dan sengaja mendorong tubuh Sasuke agar tidak menghalangi jalannya. "Aku tahu kau belum makan," ucap Sakura.
Sakura ke dapur dan tidak sengaja mata indahnya menangkap ramen bengkak di atas meja. "Kau bahkan membiarkan ramen-mu bengkak, Sasuke. Apa kau ingin membunuh dirimu sendiri?"
"Urusai!" bentak Sasuke. Dia segera duduk di kursi, menghabiskan ramen-nya dalam waktu singkat.
Setelah itu, tanpa kata Sasuke masuk ke kamarnya dan dengan sengaja dia membanting pintu. Sakura tersentak, dia tahu Sasuke marah padanya.
"Sasuke-kun," lirih Sakura.
Sakura mengambil wadah ramen Sasuke dan membuangnya ke tempat sampah. Sakura melihat rumah Sasuke yang kotor. Dia yakin rumah itu tidak dibersihkan sejak Ino tidak ada di sana. Mengandalkan inisiatifnya sendiri, Sakura mengambil sapu dan peralatan kebersihan lainnya.
Sepuluh menit kemudian Sasuke keluar dari kamarnya dan dia terkejut melihat Sakura sedang menepuk sofa dengan kemoceng. Marah, emosi itulah yang pertama kali muncul dari diri Sasuke.
"Apa yang kau lakukan di rumahku?" bentak Sasuke. Dia berjalan cepat, merebut kemoceng dari tangan Sakura, dan melemparkannya. "Kau tidak berhak melakukan ini di rumahku! Kau terlalu lancang, Sakura!"
"Aku hanya ingin membantumu, Sasuke. Apa aku salah?"
"Aku tidak meminta bantuanmu! Pergi dari rumahku!"
Sakura bergeming, dia menolak untuk meninggalkan rumah Sasuke. Memang itulah salah satu sifat Sakura. Selain ceroboh dalam mengambil keputusan, dia juga keras kepala. Dia sering mengambil pilihan tanpa memikirkan dampaknya bagi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALWAYS WITH YOU (SASUINO)
RomanceIno tiga kali keguguran dan penyebabnya adalah chakranya yang tak cukup untuk menjaga calon penerus Uchiha. Demi mendapatkan keturunan, Sasuke harus menikah lagi. Ino terbangun dan mendapati dirinya di dunia lain. Semua yang Ino lihat sangat berbe...