berniat membesuk

182 16 2
                                    


Belum ada satu Minggu ya
Gak papa lah aku up sekarang.
Tapi pertama Tama aku mau minta maaf kalau jadwal up sedikit berantakan.
Aku lagi proses nulis.

....

Happy reading all
Nikmati suguhan saya.




Nyx mendengus keras, hatinya terbakar saat mendengar suara berat dari sang Demonic. “Apa kau tidak punya mata dan otak, Nyx? Jadwal membesuk sudah lewat tiga puluh menit yang lalu. Kembali ke kamarmu!” Kata-kata itu menusuk egonya, tapi Nyx tahu, meminta izin kepada Demonic adalah kesalahan yang tak akan ia ulangi lagi. Diam-diam, ia melangkah pergi tanpa sepatah kata, dengan Sylus mengikuti di belakangnya seperti bayangan.

Pikirannya terusik oleh rasa kesal. Cuci muka, gosok gigi, cuci kaki, dan tidur? Nyx mendengus lagi. Oh, tidak semudah itu, Demonic. Nyx bukan boneka yang bisa diperintah seenaknya. Selama ini, Athena—jiwa yang kini menguasai raga karakter ini—selalu patuh, bermain sebagai anak baik yang menurut perintah. Tapi sekarang, ia ingin memberontak. Udara malam memanggilnya, dan Nyx tahu pasti apa yang harus ia lakukan. Membesuk Hera tetap akan dilakukannya, terlepas dari aturan bodoh itu. Toh, apa salahnya? Mereka hanya perempuan—tak mungkin ada yang mengira hal yang buruk, bukan?

“Sylus, bisakah kau buatkan aku risotto?” Nyx meminta dengan nada manja, berharap bisa meringankan rasa frustrasinya dengan makanan favorit.

Sylus terdiam sesaat, tampak keberatan, tapi akhirnya ia menunduk dalam dan berkata dengan suara lembut, “Silakan tunggu di kamar, nona. Saya akan mengantarkan risotto segera setelah selesai.”

Namun, Nyx menggeleng. “Tidak perlu. Pergilah ke dapur, aku akan ke kamar sendiri. Aku sudah tidak sabar untuk memakan itu.”

Sylus menarik napas panjang, tampak enggan, tapi ia tak bisa menolak. Mata Nyx yang berbinar membuatnya menyerah. Ia mendekati Nyx, meraih tangannya, lalu mencium tangan gadis itu dengan penuh hormat. “Sesuai perintahmu, My Lady,” ucapnya, sebelum mundur dan berjalan menuju dapur.

Nyx tertawa kecil setelah Sylus pergi. Bagus, setidaknya wajah imut yang ia miliki kini punya sedikit keuntungan. Namun, di balik tawanya, ada ketegangan yang ia rasakan. Ia tidak mau menjadi pusat obsesi siapa pun di mansion ini. Dengan cepat, Nyx berbalik menuju kamarnya, mengunci pintu dengan hati-hati, bahkan menyelipkan besi kecil di engsel pintu agar tak bisa dibuka dari luar.

Di dalam kamar, ia bergegas menuju kamar mandi, mengenakan pakaian yang ia anggap pas untuk petualangan malam ini—setelan yang tak terlalu mencolok, namun cukup praktis. Namun, ketika ia hendak mengambil kunci motornya, ia terhenti. Bagaimana cara keluar? Semua kendaraan sudah dikandangkan. Nyx menepuk jidatnya. Astaga, otakku berkarat. Terlalu sering berurusan dengan otak udang Demonic.

Lalu, ia teringat sesuatu. Beberapa hari lalu, ia melihat skateboard di kamar mandi. Ia mulai mencarinya, menjelajahi setiap sudut ruangan. Lima belas menit berlalu, dan masakan Sylus pasti hampir matang. Sial! pikirnya. Kalau begini, bisa-bisa aku meledakkan otaknya Demonic ini!

Akhirnya, Nyx menemukan skateboard itu tersembunyi di balik tumpukan sepatu. Ia tersenyum puas, mengambilnya dengan cepat, lalu membuka jendela kamarnya. Angin malam yang dingin menusuk wajahnya, tapi itu tak menghentikan tekadnya. Lompat dari sini? Bukan masalah. Ia sudah terlalu sering melompati jendela. Tantangan sesungguhnya adalah melewati pagar tinggi dan penjagaan yang ketat.

Mungkin hidup di raga orang miskin lebih mudah ya? pikir Nyx sambil tersenyum. Namun, beberapa detik kemudian, ia menggeleng. Ah, aku tak bisa hidup tanpa uang.

Nyx menyelinap, bergerak di antara bayangan pohon sakura di halaman belakang mansion. Dia berhenti sejenak, melihat sekeliling, lalu memutuskan untuk mendekati salah satu bodyguard. Jangan salah, ini bukan tentang Nyx. Ini adalah jiwa Athena yang sedang bermain cerdik.

“Pak, bisa tolong lemparkan skateboard ini keluar pagar?” tanya Nyx dengan wajah penuh kepolosan.

Bodyguard itu menoleh, matanya terlindung di balik kacamata hitam yang tak pernah lepas. “Ada apa, nona?” tanyanya.

“Skateboard ini, bisa tolong lempar keluar pagar?”

Tanpa banyak bicara, bodyguard itu mengangguk, mengambil skateboard dan melemparkannya keluar. “Terima kasih, pak,” kata Nyx dengan santai, sebelum berjalan pergi, menahan tawanya. Bodoh sekali mereka ini.

Dengan cekatan, Nyx memanjat pohon sakura dan berhasil melompat keluar dari mansion. Teriakan terdengar di balik dinding, tetapi Nyx hanya tersenyum, mengambil skateboardnya dan meluncur pergi ke dalam kegelapan malam.

---

Sementara itu, Sylus kembali ke kamar Nyx dengan semangkuk risotto yang masih hangat di tangan. Saat mencoba membuka pintu, ia menyadari pintu itu terkunci rapat. Ia menghela napas, menaruh mangkuk itu kepada salah satu pelayan yang lewat, lalu menyunggingkan senyum tipis. Dari kejauhan, suara langkah kaki terdengar. Demonic muncul dari bayangan, tiba-tiba menodongkan pistol ke belakang kepala Sylus.

“Kau benar-benar tidak berguna, ya?” ucap Demonic dingin.

Sylus tidak gentar, ia hanya tersenyum sinis. “Aku akan lebih berguna jika membawanya ke mansionku sendiri.”

Demonic mendecih. “Jangan bermimpi.”

Dorrr! Tembakan menggema di koridor.

---

Nyx duduk di pinggir jalan, bersandar pada sebuah tiang lampu Udara malam yang ia idamkan kini terasa dingin dan hampa. Sudah hampir jam sembilan, dan ia seharusnya sudah sampai di rumah Hera, tetapi ada satu masalah—Nyx lupa di mana alamatnya.

Di sampingnya, lima bungkus makanan yang ia beli dari pedagang kaki lima menumpuk. Nyx meluruskan kakinya dan mulai memakan makanannya sambil menatap kosong ke arah jalanan.

“Nona Nyx...”

Suara itu membuat Nyx tersentak.

DRAMA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang