calliope

70 4 1
                                    

" maaf aku tidak sengaja " guru baru itu langsung memungut semua buku yang berjatuhan dengan guru lain yang berdiri menjulang tinggi memandang nya dengan pandangan aneh.

Tiba tiba guru baru itu memekik kesakitan saat tangan nya di injak dengan kuat oleh sepatu pantofel mengkilat itu.

Bibir nya berkedut menahan ringisan,ia menghela nafas lega saat guru itu pergi Tampa sepatah kata pun tangan putih itu memerah dengan sedikit pasir yang tertinggal.

Nyx berjalan menuju sekolah setelah persidangan yang membuat emosinya naik turun. Di balik sikap dinginnya, ada kemarahan dan rasa bersalah yang berputar dalam pikirannya. Namun, di sekolah ini, dia harus kembali memasang wajah tak tersentuh. Terlalu banyak musuh, dan terlalu sedikit teman. Setiap langkahnya di koridor sekolah selalu menarik perhatian, tapi Nyx terbiasa dengan tatapan itu. Hari ini, yang ia inginkan hanyalah sedikit ketenangan.

Saat memasuki ruangan, Nyx berhenti sejenak ketika melihat guru baru yang tampak berusaha mengendalikan ketegangan di wajahnya. Guru itu sedang membereskan buku-buku yang jatuh di lantai, sambil meringis. Nyx memperhatikan dengan saksama. Ada sesuatu yang aneh. Mata Nyx menyipit saat melihat tangan guru baru itu memerah—bekas diinjak seseorang.

Tanpa banyak kata, Nyx mendekat dan menunduk, membantu memunguti buku-buku yang masih berserakan. Guru itu menatapnya dengan sedikit kaget, mungkin tidak menyangka ada murid yang akan peduli, apalagi Nyx.

"Diinjak oleh hewan atau iblis?" Nyx bertanya, suaranya datar tapi penuh arti.

Guru itu tampak ragu sejenak, lalu menjawab dengan pelan, "Hanya kecelakaan kecil, tidak perlu dikhawatirkan."

Nyx tersenyum sarkastik, "Kecelakaan, ya? Mereka suka sekali memainkan kata-kata di sini." Ia menyerahkan buku terakhir ke tangan guru tersebut, lalu menatapnya langsung. "Kalau kau tidak hati-hati, 'kecelakaan kecil' bisa menjadi kebiasaan di sekolah ini."

Guru baru itu hanya bisa tersenyum kaku, jelas merasa canggung dengan cara Nyx berbicara. Namun sebelum ia sempat menjawab, seorang guru lain, sosok yang menjulang tinggi, memasuki ruangan dengan langkah percaya diri. Nyx langsung mengenalinya—guru yang tadi menatap guru baru itu dengan aneh.

Nyx memutar bola matanya, menahan tawa getir di dalam hati. "Oh, jadi dia, ya?" pikirnya.

Tatapan Nyx tak lepas dari guru tersebut saat ia lewat, menyiratkan ancaman yang tak terucapkan. "Banyak sekali sampah" gumam Nyx.

Kepala nyx kembali berdenyut saat hidung nya tetap mencium bau sup panas yang aneh itu seperti nya ia harus ke psikiater karena kejadian itu tak hilang hilang di indra nya.

Guru baru itu berdiri menatap penampilan nyx yang tidak memakai seragam namun,malah memakai pakaian yang mirip seperti emm entah lah.

Pakaian nya sedikit terkena percikan darah,guru itu tak terlalu memperhatikan.

" Terima kasih calliope" nyx mengernyit saat guru itu tersenyum tulus dan mengucapkan terima kasih kepada calliope.

Ah nama itu lagi ia sudah beberapa kali mendengar orang orang memanggil nya dengan nama itu.

Ia hanya mengerjap beberapa kali ia cukup penasaran dengan nama yang satu itu,karena di dalam komik nama tokoh yang ia tempati hanya di sebutkan nyx tidak di sebutkan yang lain nya itu sedikit ambigu.

Saat Nyx melangkah pergi, pikirannya masih terganggu oleh satu hal: nama Calliope. Ini bukan pertama kalinya dia mendengar nama itu dilemparkan padanya, tapi kali ini rasanya berbeda—lebih nyata. Mungkin karena suasana di pengadilan, atau mungkin karena pandangan penuh rasa ingin tahu dari guru baru tadi. Setiap kali nama itu disebut, hatinya berdenyut tak nyaman, seperti ada bagian dari dirinya yang terkubur dan ingin keluar.

Nyx berhenti di koridor yang sepi, mencoba memahami kenapa nama itu begitu melekat dalam hidupnya akhir-akhir ini. Pikirannya kembali pada masa kecilnya, sebuah kenangan yang selalu ia abaikan.

Calliope.

Dia ingat seseorang pernah memanggilnya dengan nama itu, tapi siapa? Matanya terpejam, mencoba merangkai serpihan memori. Suara itu… lembut, tapi penuh otoritas. Sebuah bayangan dari sosok yang tak begitu jelas, berdiri di ambang pintu kamarnya di suatu malam yang jauh.

Saat itulah, seakan kunci memori yang terkunci rapat akhirnya terbuka. Nama panjangnya yang selama ini disembunyikan—nama yang nyaris tak pernah ia dengar secara utuh—Nyx Calliope atreyu.

Ah ternyata nama lengkap nya nyx calliope atreyu,nyx berbalik melangkah lebih cepat mengejar guru baru tadi.

Nyx bergegas mengejar guru baru itu, langkahnya semakin cepat seiring dengan dorongan mendadak untuk mencari tahu lebih banyak. Nama Calliope Atreyu tiba-tiba membuka sesuatu dalam dirinya, sebuah potongan masa lalu yang lama terkubur. Kini, dia harus menemukan jawabannya—atau setidaknya, mencari tahu kenapa nama itu kembali membayangi hidupnya. Ada banyak hal yang tidak dia pahami, tapi satu hal pasti: ini bukan kebetulan.

"Pak guru, tunggu!" Nyx memanggil dengan suara tegas, membuat guru baru itu berhenti sejenak dan berbalik, terkejut melihat Nyx mengejarnya.

Guru baru itu terlihat sedikit canggung, tetapi menunggu Nyx mendekat. "Ada apa? Apa kau butuh sesuatu?"

Nyx menarik napas, mencoba mengendalikan kegugupannya yang tidak biasa. "Aku butuh bantuan. Tolong antarkan aku ke tempat informasi para siswa."

Guru itu sedikit bingung, tapi kemudian mengangguk, tidak ingin menambah masalah. "Baiklah, ikut aku."

Mereka berjalan bersama melewati lorong-lorong sekolah yang semakin lengang. Nyx menatap lurus ke depan, tapi pikirannya terus berputar pada nama Calliope Atreyu. Nama itu terasa begitu familiar, tapi sekaligus asing, seperti bagian dari dirinya yang telah lama hilang.

"Ada yang ingin kau cari di sana?" tanya guru itu pelan, mungkin merasa ada sesuatu yang tak biasa dengan permintaan Nyx.

Nyx hanya mengangguk singkat. "Ada sesuatu yang harus aku periksa," jawabnya, berusaha menjaga ketenangannya.

Begitu mereka sampai di ruang informasi, Nyx melangkah masuk tanpa ragu. Dia mendekati komputer yang menyimpan data siswa, menatap layar dengan penuh fokus. Guru baru itu mengawasinya dari dekat, masih terlihat bingung dengan tindakannya.

Dengan beberapa ketikan cepat, Nyx mencari namanya di database sekolah. Tapi kali ini, dia mengetikkan Calliope Atreyu. Detik-detik berlalu seolah begitu lambat, sampai akhirnya sebuah hasil muncul.

Matanya membelalak sedikit. Nama itu benar-benar ada di sistem—dan lebih mengejutkan lagi, ada catatan yang ditandai sebagai rahasia. Nyx menghela napas pelan, merasakan ketegangan di dadanya. Sesuatu di balik nama itu sengaja disembunyikan dari dirinya selama ini.


 Sesuatu di balik nama itu sengaja disembunyikan dari dirinya selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seharmonis ini bapak sama anak.

DRAMA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang