arena balap

52 5 0
                                    

Suasana balap liar diisi dengan ketegangan yang menggetarkan. Jalanan malam dipenuhi sorotan lampu motor, suara mesin meraung, dan bau asap knalpot yang menyengat. Di kejauhan, suara sorak-sorai penonton menciptakan aura liar yang memenuhi udara. Asap dari ban yang berdecit saat mereka beradu kecepatan menambah intensitas.

Kale, dengan tatapan dinginnya, memimpin balapan dengan gaya arogan, menganggap balap liar sebagai arena di mana dia bisa melampiaskan kekacauan dalam dirinya. Motor hitamnya melesat dengan kecepatan mengerikan, sementara Vermouth, di sebelahnya, menjaga ketenangannya. Vermouth tak pernah menunjukkan emosinya, tetapi setiap gerakannya begitu presisi, seolah ia mengendalikan mesin seperti bagian dari tubuhnya.

Di belakang mereka, Vildes menonjol dengan sikap yang lebih santai. Meski tertawa dan terlihat tidak peduli, dia adalah pembalap berbahaya yang seringkali mendadak melesat saat lawan lengah. Anvil dan Angelo, berada di posisi tak jauh di belakang. Anvil dengan kekuatan mentahnya, tak takut melanggar aturan balapan liar, sementara Angelo lebih taktis, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.

Suara klakson dari para penonton semakin keras, menyemangati setiap pembalap. Di atas jembatan, mereka menembus jalanan yang sempit, berkelok tajam, sementara adrenalin memompa dalam setiap tarikan gas. Pertarungan di antara mereka bukan hanya soal siapa yang paling cepat, tetapi soal dominasi dan ego yang membara di tengah gemuruh mesin dan aspal yang panas.

Saat balapan semakin memanas, Kale berada di depan, memacu motornya hingga batas maksimal. Tatapan matanya terpaku pada garis akhir di kejauhan, namun telinganya mendengar suara motor Vermouth yang mendekat. Vermouth selalu menjadi ancaman baginya, bukan karena kecepatan semata, tetapi karena perhitungannya yang tanpa cela. Dalam hitungan detik, Vermouth berada di samping Kale, dan keduanya melaju sejajar, bersaing untuk mendapatkan keunggulan.

Di belakang, Vildes memainkan gasnya dengan santai, membiarkan Kale dan Vermouth bertarung di depan. Dia tahu waktu yang tepat untuk masuk, menunggu hingga salah satu dari mereka membuat kesalahan. Anvil, dengan suara mesin motornya yang berat dan menggelegar, mulai mendekati posisi Vildes. Matanya fokus, penuh determinasi, siap mengambil risiko apa pun demi mendahului lawan-lawannya. Sementara itu, Angelo, dengan ketenangannya yang tak tergoyahkan, tetap menjaga jarak, mengawasi setiap pergerakan di depannya, menunggu celah untuk masuk.

Sorotan lampu jalan yang redup sesekali memantul di helm para pembalap, sementara asap dari ban yang berputar cepat membuat pemandangan semakin kacau. Di tikungan tajam berikutnya, Kale dan Vermouth hampir bersenggolan, namun keduanya berhasil menjaga keseimbangan. Momen itu cukup untuk Vildes, yang dengan cepat memanfaatkan situasi dan menambah kecepatan, menyusul mereka di dalam tikungan, mengundang sorakan penonton.

Anvil tak mau kalah. Dia mengerahkan semua tenaganya, memaksa motor melaju dengan kecep

Di tengah hiruk-pikuk balapan, Angelo tetap tenang, matanya tajam mengamati setiap pergerakan di depannya. Saat Kale dan Vermouth terus bersaing dengan intensitas yang mengancam, dan Vildes mulai mengambil alih posisi, Angelo memainkan rencananya dengan kesabaran luar biasa. Dia tahu bahwa balapan liar seperti ini bukan hanya soal kecepatan, tapi juga waktu yang tepat dan strategi yang matang.

Saat Kale dan Vermouth bersaing di tikungan berikutnya, keduanya hampir terlibat dalam benturan serius. Kale, dengan egonya yang tak terbendung, mencoba memotong jalur Vermouth. Namun, Vermouth berhasil menghindar dengan cekatan, meski harus sedikit memperlambat lajunya. Di saat yang sama, Vildes, yang memimpin di depan, terlalu percaya diri dan mengabaikan kelicinan jalan yang berpasir. Rodanya tergelincir sedikit, membuatnya kehilangan kontrol sesaat, memberi kesempatan bagi yang lain.

Itulah momen yang Angelo tunggu. Dengan satu tarikan gas yang sempurna, Angelo melesat ke depan, melewati Kale, Vermouth, dan Vildes dalam hitungan detik. Tatapan dinginnya tetap fokus, seolah tidak terpengaruh oleh kekacauan di belakangnya. Dia dengan cekatan mengendalikan motornya, memotong tikungan terakhir dengan presisi mutlak.

Kale mencoba mengejar, namun motornya terlalu banyak kehilangan daya di tikungan terakhir, sementara Vermouth dan Vildes juga kesulitan memulihkan kecepatan mereka. Anvil, meski terus berusaha mengejar, sudah tertinggal terlalu jauh.

Angelo melintasi garis finish dengan kecepatan penuh, mengabaikan sorakan penonton yang semakin memekik. Dengan helm yang masih terpasang dan ekspresi yang tetap tenang, dia tidak merayakan kemenangannya. Bagi Angelo, kemenangan ini bukanlah soal euforia, melainkan hasil dari strategi yang sudah ia rencanakan dengan matang sejak awal.

Di belakangnya, Kale berhenti dengan geram, sementara Vermouth hanya menggelengkan kepala, mengakui kekalahan tanpa banyak bicara. Vildes tersenyum kecil, tidak peduli dengan hasilnya, sementara Anvil menggerutu dengan frustrasi. Angelo, tanpa banyak bicara, mematikan motornya dan berjalan menjauh, seolah kemenangan itu hanya rutinitas baginya.

" Yoo broo " Vildes dari belakang langsung merangkul Angelo,mereka duduk di sebuah tempat yang berisi kursi khusus.

Angelo mengeluarkan sebuah tembakau memantik dan menghisap nya,mata nya terpejam menikmati setiap asap manis yang berkumpul di dalam mulut nya.

Kale berdecih sinis, vermouth dan anvil juga menyusul duduk di kursi masing masing.

Mereka sudah tidak ke arena ini semenjak perubahan nyx bagai ada sebuah magnet yang membuat mereka berbalik hanya untuk memandangi gadis yang sudah setengah menjadi gila karena keadaan.

Kale berdecih sinis, memalingkan pandangannya dari Angelo dan melihat ke arah langit yang kelam. "Magnet sialan itu... Nyx bukan gadis yang sama lagi," gumamnya. Tidak ada yang menanggapi, karena mereka semua tahu itu benar. Perubahan dalam diri Nyx mengguncang mereka semua, meski masing-masing berusaha menampik kenyataan itu.

Vildes tertawa kecil, tapi kali ini tawa itu terasa hampa. "Dia menarik kita kembali ke sini, kan? Meski dia bukan lagi seperti dulu, ada sesuatu dari dia yang tidak bisa kita biarkan begitu saja,dia datang meminta bantuan ku dan yaa aku lupa mengambil imbalan" Wajahnya yang biasanya penuh canda sekarang terlihat lebih serius,dengan guratan aneh.

Angelo menghembuskan asap terakhir, matanya masih terpejam seolah tidak ingin terlibat dalam percakapan ini. Namun, di dalam pikirannya, dia tahu persis bahwa mereka semua terikat pada Nyx—entah sebagai musuh, sahabat, atau sesuatu yang lebih gelap dari itu.

Aroma nya seakan tak pernah hilang,saat sebuah celetukan muncul ia membuka mata nya." Aku penasaran apakah iblis kecil atreyu itu sudah tertidur pulas malam ini," celetuk anvil.

Vermouth mengulum bibir nya saat bayangan manis yang mereka lakukan bersama di mansion kakak bajingan nya tadi,ah iya jadi tak sabar untuk membawa nya menemui sang ayah memamerkan bahwa ia memiliki sebuah aset yang indah bukan hanya ayah nya saja.

" Kalian tahu gadis yang hidup dengan etika bagai robot itu hampir mati karena sup daging buatan Liliana"

Vildes menahan tawa nya yah suatu tragedi yang membawa kembali ketakutan yang semakin menghilang di lahap ego.

Itu semua berkat Liliana atau emm teman nya sendiri,kalian masih harus menebak nya.

Kale mengsap kuku kuku nya semua rancangan tersusun indah menarik dengan sebuah gadis yang terikat dan tak mau pergi dari setiap bait teka teki.

" Kalian kalah dan ini giliran ku untuk bermain"







..










..












..

Victim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Victim.

DRAMA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang