nyx vermouth

64 5 1
                                    

“Lepaskan aku, Vermouth bodoh! Akan ku cincang otakmu saat kau berani memaksaku memakannya!” Nyx berteriak, suaranya penuh kemarahan dan ketakutan melihat piring itu perlahan mendekat.

Vermouth tersenyum sinis mendengar ancaman itu, tetapi tak sedikit pun mengendurkan cengkeramannya. “Oh? Kau akan mencincang otakku? Coba saja. Tapi, aku yakin kau tak akan bisa, Nyx,” katanya dengan nada mengejek, tangannya tetap menyodorkan makanan ke mulut Nyx.

Nyx menggeram, menolak mentah-mentah dengan tatapan tajam yang menusuk. “Aku tidak main-main, Vermouth. Lepaskan, atau aku—"

“Kau apa?” potong Vermouth, tatapannya penuh tantangan. “Kau tak punya pilihan, Nyx. Makan atau tidak, kau tetap di sini. Bersama denganku.”

Nyx memutar matanya dengan frustrasi, tubuhnya kaku melawan kendali Vermouth. “Kau benar-benar gila.”

“Dan kau suka itu,” jawab Vermouth santai, sedikit menunduk, membuat wajahnya lebih dekat ke Nyx. “Sebenarnya, kau hanya perlu belajar menerima apa yang ada di hadapanmu. Aku bukan musuhmu.”

"Musuh atau bukan, aku tetap akan membunuhmu kalau kau terus berlagak seperti ini."

Cafetaria menjadi saksi bisu teriakan dan peraduan mulut kedua manusia itu, vermouth yang memaksa nyx makan dan nyx yang keras kepala tidak ingin menyentuh makanan apapun karena hidung nya yang terus mencium bau sup itu.

Nyx memutar bola matanya dengan kesal, berusaha menahan diri agar tidak melayangkan pukulan ke wajah Vermouth yang begitu dekat. Tubuhnya masih lemah setelah kejadian beberapa hari lalu, tapi tekadnya tetap sama—tidak akan membiarkan Vermouth memanfaatkan situasi ini.

"Menjauh sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaran, Vermouth." Nada suaranya lebih tajam, penuh ancaman.

Vermouth hanya mengangkat bahu dengan santai, seolah-olah kata-kata Nyx tidak lebih dari angin sepoi-sepoi. "Baiklah, aku akan menjauh sejauh lima meter tapi kau harus memakan makanan ini sampai habis lihat ini terlihat jauh lebih enak dari pada sup yang kau ingat ingat itu."

Nyx mengepalkan tinjunya, darahnya mendidih, namun dia menahan diri karena kebodohan vermouth adalah orang yang membujuk seperti itu." Oke aku akan memakan ini siapa takut" nyx mengambil piring berisi steak daging itu,tangan nya bergerak mengusir vermouth.

Setelah di seret paksa dari Raymond ternyata ia di seret sampai cafetaria.

Vermouth tertawa kecil, lalu berbalik perlahan, seolah sengaja memberi waktu bagi Nyx untuk menenangkan diri. "Kita lihat saja nanti," katanya sebelum meninggalkan nyx dan duduk di kursi sejauh lima meter dari nyx sesuai perjanjian.

“Bangsat,” gumam Nyx, menendang kursi terdekat dengan frustrasi, berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk.

_________

Sebuah langkah lebar memasuki mansion keluarga atreyu, demonic menghela nafas saat melihat kekacauan di seluruh tempat banyak yang berserakan dan dua mahluk bodoh yang asik berperang bantal di depan televisi.

" Vermouth, nyx!"

Vermouth dan Nyx berhenti sejenak, terkejut oleh suara itu. Nyx segera melemparkan bantal ke arah Vermouth sebelum melompat berdiri, sementara Vermouth berusaha menyembunyikan senyumnya yang tidak bisa dia tahan.

“ayah! Kami sedang—” Nyx mencoba menjelaskan, tetapi Demonic sudah mengangkat tangannya, menghentikannya.

“Bukan urusanku apa yang kalian lakukan, tapi lihat sekelilingmu!” Demonic menggeram, melirik tumpukan bantal dan makanan yang berserakan di lantai. “Ini bukan tempat bermain! Ini rumah, bukan arena pertempuran.”

Vermouth berdiri dengan santai, menyilangkan tangan di depan dada. “Ah, kakak, kau tahu kami hanya bersenang-senang sedikit. Kau harus belajar untuk bersantai. Hidup ini terlalu singkat untuk selalu serius,” ujarnya, menambahkan nada menggoda pada suaranya.

Demonic menggelengkan kepala, ekspresinya campur aduk antara frustrasi dan kebingungan. “Kau bisa bersenang-senang tanpa merusak rumah ini! Ini bukan hotel bintang lima, dan aku tidak membayar untuk ini.”

Nyx tidak bisa menahan tawa. “benar paman ini bukan hotel ini mansion ayah,ayah tidak akan mendapat bayaran ganti untuk ini”

Demonic menatap mereka berdua, kesal namun tidak bisa menahan senyum kecil di sudut bibirnya.entah mengapa melihat sifat gadis itu mulai kembali setelah keterpurukan “Kalian berdua memang konyol Tapi kalau kalian ingin bersenang-senang, lakukanlah di tempat lain! Aku tidak mau datang ke rumah ku dan menemukan kekacauan ini,dasar penumpang tidak tau diri”

Vermouth merentangkan tangan, pura-pura bersikap dramatis. “Oh, kakak, kau selalu membuat segalanya terasa terlalu serius. Kami hanya mencoba membuat beberapa kenangan indah di tengah semua kekacauan yang ada.”

Demonic menghela napas lagi, tetapi kali ini suaranya lebih lembut. “Kau berdua memang aneh, tapi aku harap kalian bisa sedikit lebih bertanggung jawab. Kita semua memiliki peran untuk dimainkan di sini.”

Nyx dan vermouth saling melirik mendengar kata kata dewasa yang keluar dari mulut setengah Medusa itu.

' apakah dia salah makan '

Nyx, yang semula berusaha bersikap berani, kini merasakan beban tanggung jawab itu. “Kami akan membersihkan semua ini, aku janji,” ujarnya, berusaha meyakinkan Demonic. “Tapi, mungkin kita bisa melakukan hal ini dengan cara yang lebih menyenangkan? Misalnya, siapa yang kalah dalam pertempuran bantal harus mengerjakan tugas rumah?”

Demonic mengangkat alis, mengamati mereka berdua. “Kau tahu, ide itu mungkin tidak terlalu buruk. Tapi hanya jika kalian berdua bersedia untuk benar-benar melakukan tanggung jawab kalian setelah itu.”

“Deal!” kata Vermouth, tersenyum lebar. “Jadi, siapa yang mau bertarung lagi?”

“Sekarang?” tanya Nyx dengan antusias. “Aku rasa aku bisa mengalahkanmu, Vermouth.”

Demonic hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, merasa sedikit lebih ringan melihat keduanya berusaha membuat suasana lebih baik. “Baiklah, kalau begitu. Tapi ingat, setelah ini, jangan lupa tugas kalian.”

Vermouth dan Nyx saling bertukar pandang, dan dalam sekejap, perang bantal kembali dimulai, menggema di seluruh mansion yang kini terasa lebih hidup. Di tengah kekacauan yang mereka buat, ada secercah keceriaan yang mengingatkan Demonic bahwa di antara semua kesulitan, terkadang hal-hal kecil seperti ini yang bisa memberikan kebahagiaan.

DRAMA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang