jatuh!

69 7 0
                                    

Nyx menatap jendela yang terbuka sedikit, membiarkan angin sejuk masuk dan mengelus wajahnya. Tubuhnya masih terasa remuk, namun ada hal yang lebih menghantuinya—perasaan bahwa sesuatu yang besar sedang menunggu di depan. Pikirannya berkelana, memikirkan Hera dan Anna. Kematian Anna bukanlah sesuatu yang mudah untuk diterima, terutama bagi Hera, dan Nyx tahu ia memiliki peran yang lebih dalam dari sekadar penonton.

Apalagi dengan satu rahasia tentang kekasih yang di sebutkan demonic,memasuki peran figuran bukan hal yang bagus kadang figuran memiliki kehidupan yang lebih berbelit dari pemeran utama seperti mereka.

Dari kasus sekolah,dan bordil,Liliana,Hera, calliope dan sekarang kekasih.

Banyak plot yang harus di ungkap kira kira untuk menyelesaikan semua nya harus berapa chapter apakah nyx harus berhenti di tengah jalan atau terus berlanjut sampai semua rahasia terungkap.

Namun, sebelum Nyx bisa merenung lebih jauh, pintu terbuka dengan kasar. Vermouth masuk tanpa mengetuk, wajahnya gelap, dan langkahnya tegas. "Kita perlu bicara," katanya langsung, tanpa basa-basi.di samping nya juga ada Vildes.

Nyx mendongak dengan malas. "Kau selalu masuk tanpa izin. Apa sekarang kau juga mengatur waktu istirahatku?apa ini kau membawa victim juga paman?"

Vermouth tidak merespons sarkasmenya. Ia berjalan mendekat, lalu duduk di tepi tempat tidur Nyx. "Ini tentang Hera," katanya dengan nada serius.

Nyx mengernyit. "Apa yang terjadi dengannya?"

"Hera semakin dekat untuk jatuh ke dalam perangkap mereka," kata Vermouth dengan lirih, matanya menyelidik. "Seseorang sedang memanipulasinya. Pria itu—mereka meracuni pikirannya tentangmu. Dia percaya kau terlibat dalam kematian Anna."

Nyx mendengus sinis. "Jadi mereka akhirnya memutuskan untuk menggunakan Hera? Cerdas, tapi cukup menyedihkan." Meski bibirnya melontarkan kata-kata kasar, ada rasa bersalah yang perlahan menyusup ke dalam dirinya.

"Ini serius, Nyx. Jika Hera benar-benar berpikir kau musuhnya, kau tahu apa yang akan terjadi. Hera bukan seseorang yang mudah diremehkan ketika dia marah jalang satu itu cukup terlatih menahan rasa sakit dia sosok ibu dia akan melakukan apapun untuk anak nya." Vildes menatap Nyx, mencoba menangkap reaksinya.

Nyx menghela napas berat. "Tidak berkaca berbicara tentang ibu,aku tahu mungkin."

Vermouth menatap Nyx dengan ekspresi yang lembut, tapi di balik itu, ada sesuatu yang dingin dan tak dapat diabaikan. "Kita tidak punya banyak waktu. Jika kita tidak bertindak cepat, Hera akan—"

"Pikirkan saja langkah berikutnya," Nyx memotong dengan cepat, nada suaranya mulai mengeras. "Jika Hera memang sedang dimanipulasi, kita perlu tahu siapa yang ada di balik semua ini."

"Sudah jelas," jawab vermouth dan vildes. "Mereka yang ada di balik Liliana."

Nama itu, Liliana, membuat Nyx terdiam sejenak. "Liliana lagi,aku jadi menyesal menyelamatkan dan membela nya" bisiknya pelan, mencoba merangkai semua yang ia ketahui. "Dia selalu menjadi kunci dalam permainan ini, ya?cecunguk yang berguna ku fikir hanya laki laki yang sinting ternyata wanita lebih parah"

Vermouth mengangguk. "Dan mereka tahu bagaimana menghancurkan kita dari dalam. Hera adalah target empuk karena ke stabilan mental nya."

Nyx bangkit dari tempat tidur, tubuhnya terasa lebih berat dari biasanya. "Baiklah," katanya akhirnya, suaranya tegas. "Kita hadapi ini. Aku tidak akan membiarkan Hera jatuh terlalu jauh.mungkin kalau bukan karena anak itu aku akan membiarkan nya sekarang"

Vermouth menyeringai tipis. "Akhirnya kau berpikir seperti aku."

Nyx menatapnya tajam. "Jangan terlalu senang. Kita mungkin bisa menyelamatkan Hera, tapi ada banyak hal yang harus kita atasi terlebih dahulu. Dan aku tidak akan menoleransi lebih banyak kebohongan."

Vermouth mengangkat bahu. "Aku tak pernah berbohong padamu, Nyx. Aku hanya memastikan kau tetap aman."

" Dan satu lagi kau harus melihat sesuatu " - Vildes.
---

Sementara itu, di sebuah tempat terpencil, Hera duduk sendiri di sudut kamar kecil yang gelap. Boneka Anna masih berada dalam pelukannya, namun tak ada kehangatan di sana. Suara-suara terus membisikkan kebencian ke telinganya. Pria yang datang beberapa hari lalu itu benar—Nyx bukanlah teman, Nyx adalah pengkhianat.

Pintu kamar terbuka pelan, dan sosok pria itu kembali muncul, kali ini dengan senyum licik di wajahnya. "Bagaimana keadaanmu, Hera? Sudah memikirkan apa yang ku katakan?"

Hera menatap pria itu dengan mata yang sayu, namun ada api kecil yang mulai menyala di dalam dirinya. "Aku ingin dia membayar. Nyx harus merasakan rasa sakit ini."

Pria itu tertawa kecil, berjalan mendekat dan berjongkok di depan Hera. "Luar biasa. Kau mengambil keputusan yang tepat."

"Namun," Hera menambahkan dengan nada dingin, "aku akan melakukannya dengan caraku. Aku tidak akan membiarkan diriku dimanipulasi olehmu atau siapa pun."

Pria itu menatap Hera dengan heran, tapi kemudian senyumnya kembali. "Baiklah. Lakukan dengan caramu. Yang penting, Nyx akan jatuh."

Hera mengalihkan pandangannya, menatap boneka Anna sekali lagi. Dalam hatinya, masih ada keraguan yang menggantung, tapi kebencian terhadap Nyx kini telah tumbuh lebih kuat daripada apapun.

Dia sudah mengambil keputusan untuk pergi dari penjara dan itu sudah di bayar di depan mata dan kini giliran nya.

DRAMA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang