Hera sadar?

30 3 0
                                    

" kenapa kau tak bilang padaku vermouth bodoh "

Vermouth menyugar rambut nya kebelakang ,menatap nyx dengan pandangan sayu nya.

" Dan apa yang di lakukan ekhem nenek di penjara waktu itu"

Nyx benar benar shock berat,ia baru saja tahu bahwa seruni adalah ibu demonic nyonya utama keluarga atreyu.

Yang di dalam komik di cerita kan sebagai boneka utama yang tak pernah bisa terbebas dari mansion.lalu apa yang ia lakukan sampai bisa mendekam di dalam penjara.

Oh yatuhan apalagi ini.

Kenapa hidup nyx banyak sekali plot twist nya.

"Dan... apa yang dilakukan... nenek itu di penjara waktu itu?" Nyx bertanya dengan suara nyaris berbisik, masih tak percaya.

Vermouth menatapnya sejenak sebelum menjawab. "Itulah yang harus kau temukan sendiri, Nyx. Seruni bukan hanya sekadar karakter yang bisa kau remehkan. Ada alasan kuat kenapa dia akhirnya mendekam di penjara."

Nyx menarik napas panjang, berusaha memahami kenyataan baru ini. Satu lagi plot twist dalam hidupnya, seolah tak ada habisnya, membuat hidupnya semakin rumit dan penuh teka-teki.

“Oh, ya Tuhan... apalagi ini?”

________

Raymond mencengkram lengan Hera dengan kasar, menariknya hingga tubuh gadis itu terpelanting ke ranjang. Kepala Hera menghantam ujung ranjang dengan keras, menyebabkan kulitnya mengelupas dan darah mulai merembes, membasahi wajah pucatnya.

"Apa yang kau lakukan, sialan?! Bukannya membunuh Nyx, kau malah bertemu dengannya dan Seruni! Kau pikir aku akan membiarkan kegagalanmu begitu saja?" Raymond berteriak, suaranya penuh kemarahan yang menggelegar di ruangan itu.

Hera terengah-engah, menahan sakit yang menjalar dari kepalanya. Nafasnya memburu, dan ia menatap Raymond dengan tatapan ketakutan bercampur kebencian. "Aku… aku hanya mengikuti instruksi. Tidak semudah itu membunuh Nyx…"

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Raymond menampar pipinya dengan keras, membuat nyeri di wajahnya semakin tak tertahankan. "Kau pengecut! Selalu dengan alasan-alasan bodohmu! Jangan pikir aku akan sabar terus menerus menghadapi ketidakmampuanmu!"

Hera mengepalkan tangan, berusaha mengabaikan rasa sakit yang menyiksa. Ia tahu dirinya sangat tidak suka diperlakukan seperti ini, tapi di hadapan Raymond, semua keberaniannya seolah runtuh.

Raymond menyeringai dengan penuh kebencian, seolah tak puas hanya dengan melemparkan tubuh Hera ke ranjang. Tanpa memperlambat gerakannya, ia melangkah mendekat, menunduk dan mencengkram rambut Hera dengan kasar, memaksanya untuk menatap wajahnya yang penuh amarah.

"Dasar tidak berguna!" katanya sambil menarik rambut Hera lebih kuat, membuatnya tersentak dengan nyeri yang menjalar di kulit kepalanya. Hera hanya bisa meringis, wajahnya penuh luka dan darah yang mengalir dari pelipisnya.

"Aku sudah memperingatkanmu, Hera," desisnya. "Kegagalanmu bukan hanya mengecewakan, tapi juga memalukan bagiku! Kau berani menemui Nyx, bahkan Seruni? Apa kau ingin mati dengan cara yang lebih menyakitkan?"

Raymond mendorong kepala Hera dengan kasar hingga kepalanya menghantam dinding, membuat matanya berkunang-kunang. Rasa nyeri di belakang kepalanya membuat pandangannya semakin kabur, tapi ia tahu Raymond belum selesai. Nafas Raymond semakin berat, menandakan amarahnya yang tak terbendung. Tanpa belas kasihan, ia menarik tangan Hera, melipatnya dengan paksa ke belakang hingga bahu Hera terasa seperti akan tercabut dari sendi.

Hera mengerang kesakitan, namun tetap menggigit bibirnya, menahan diri agar tidak menangis. Tangis baginya hanyalah tanda kelemahan di hadapan pria yang kejam ini. Namun tubuhnya mulai melemah seiring dengan setiap kekerasan yang diterimanya. Tubuhnya terjatuh ke lantai, tapi Raymond tidak memberinya kesempatan untuk beristirahat.

Dengan sekali tendang, ia menghantam perut Hera, membuat gadis itu terlipat kesakitan. Napasnya terengah-engah, dadanya terasa terbakar, namun Raymond hanya berdiri di sana, menatapnya dengan pandangan penuh kebencian dan penghinaan.

"Aku pikir kau bisa diandalkan," katanya sambil berjongkok, mendekati wajah Hera yang memerah akibat pukulannya. "Tapi kau ternyata sama bodohnya seperti mereka semua."

Malam itu, setelah Raymond pergi, Hera tertinggal di kamar itu dalam kesunyian yang menyiksa, tubuhnya penuh memar dan luka yang belum tentu bisa sembuh dengan cepat. Tangannya yang bergetar mencoba menyeka darah di wajahnya. Namun, di balik semua luka itu, sesuatu yang baru mulai menyala di dalam dirinya: tekad untuk menemukan kebenaran. Ia tahu, jika ia terus bertahan, ia harus tahu mengapa Raymond begitu terobsesi untuk menghabisi Nyx. Ada sesuatu yang disembunyikan, sesuatu yang terlalu penting bagi pria kejam itu.

Dengan penuh tekad dan keinginan untuk mencari tahu, Hera mulai mencari petunjuk dalam kamar dan koridor mansion itu. Luka di tubuhnya tak menghentikannya untuk menyusuri setiap sudut tempat tinggal yang terasa seperti penjara baginya. Hingga suatu malam, ia menemukan ruang kerja Raymond yang biasanya terkunci. Pintu itu sedikit terbuka, memberinya kesempatan untuk masuk dan melihat apa yang tersembunyi di dalamnya.

Di meja kayu besar yang penuh debu, ia menemukan berkas-berkas tua. Beberapa dokumen berisi catatan tentang hubungan Raymond dengan keluarga Atreyu. Saat membaca lebih jauh, jantungnya berdegup kencang saat menyadari betapa dalam Raymond telah menancapkan cengkeramannya dalam keluarga tersebut. Ia menemukan surat-surat yang menunjukkan bahwa Raymond telah membunuh anggota keluarga Atreyu satu per satu untuk mengambil kendali. Tidak hanya itu, dokumen lain menunjukkan bahwa kehadiran Nyx dalam hidup mereka adalah ancaman bagi rahasia gelap Raymond.

Hera terdiam, hatinya terguncang saat menyadari kebenaran yang ia temukan. Selama ini, ia hanya pion yang diperalat untuk menyembunyikan ambisi keji Raymond. Nyx bukan musuhnya. Raymond, pria yang telah memperlakukannya dengan kekerasan dan kebencian, adalah musuh yang sebenarnya.

Saat itu juga, kebencian yang ia rasakan terhadap Nyx seketika berubah arah. Setiap luka, setiap penderitaan, semua itu datang dari Raymond yang hanya melihatnya sebagai alat. Dengan napas yang tersengal, Hera bertekad untuk mengakhiri kekuasaan Raymond, bukan demi siapa pun, tapi untuk dirinya sendiri. Untuk kebebasan yang telah lama dirampas darinya.

DRAMA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang