informasi

64 5 0
                                    

Nyx merasa perutnya mual saat menerima amplop itu dari tangan Vildes, tetapi dia tahu tidak ada jalan lain selain menghadapi kebenaran yang tersembunyi di balik semua ini. Vildes mungkin tidak bisa dipercaya, tetapi dia selalu efisien dalam pekerjaannya. Di dalam amplop tersebut, Nyx berharap bisa menemukan jawaban yang selama ini sulit dijangkau—kebenaran tentang siapa yang telah menjebaknya dalam skandal pembunuhan dan bagaimana ia bisa menyelamatkan Hera dari genggaman sistem yang korup.

Namun, ia juga sadar bahwa semua ini hanya sebuah permulaan. Apa yang ia dapatkan dari Vildes hanyalah salah satu langkah dalam perjalanan panjang untuk menghancurkan kekuatan-kekuatan yang lebih besar dan licik daripada dirinya sendiri.

"Jadi, kita selesai?" tanya Vildes dengan senyum penuh misteri di wajahnya.

Nyx menatapnya sekilas sebelum melangkah pergi, amplop tebal itu terasa berat di tangannya. "Belum. Ini baru permulaan," ucapnya dingin, tak mau memberi Vildes lebih dari yang dia inginkan—rasa puas.

Dengan langkah mantap, Nyx meninggalkan trotoar kumuh itu, berjalan menjauh dari Vildes dan segala tipu muslihatnya. Di depannya, terbentang jalan panjang yang penuh dengan kebohongan, pengkhianatan, dan konspirasi yang harus ia bongkar satu per satu. Dan meskipun ia terpaksa meminta bantuan dari rubah busuk seperti Vildes, Nyx tahu bahwa pada akhirnya, dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.

Nyx mendesah panjang, masih merasa panas akibat interaksi mereka, namun juga lebih bertekad dari sebelumnya. "Aku akan menuntaskan ini," gumamnya kepada dirinya sendiri, sembari mempererat genggamannya pada amplop di tangannya.

Vildes Mengikuti dari belakang jelas ia jelas tau apa yang terjadi dalang dari semua nya jelas ia tahu semua nya harus bawahi semua nya.

____________

Vildes tertawa pelan, cemoohannya menusuk telinga Nyx. "Kau bicara seolah-olah kau punya pilihan, Nyx," katanya sambil melangkah lebih dekat, suaranya rendah dan berbahaya. "Tapi kita berdua tahu, dunia ini tak memberikan kebebasan. Kau hanya berpikir sedang bermain karena itulah yang mereka ingin kau percayai."

Nyx mengerutkan alis, jari-jarinya semakin kuat menggenggam amplop yang kini terasa lebih dingin daripada sebelumnya. "Aku lebih dari sekadar pion," katanya, berusaha menjaga suaranya tetap tenang meski ada kemarahan yang mendidih di balik setiap kata.

Vildes memiringkan kepalanya, bibirnya menyunggingkan senyum tipis yang tak pernah mencapai matanya. "Mungkin begitu. Tapi lihatlah sekelilingmu. Siapa yang kau miliki? Siapa yang akan mendukungmu dalam pertarungan ini?"

Nyx merasa jantungnya berdetak lebih kencang. Seolah dengan satu pertanyaan itu, Vildes telah mengungkapkan kerentanannya. Nyx memang sendirian—Vermouth tidak bisa dipercaya, demonic sibuk dengan agendanya sendiri, dan Hera… Hera masih terperangkap dalam cengkeraman kekuatan yang jauh di luar jangkauannya.

"Aku tak butuh siapa-siapa," jawab Nyx dengan tegas, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Vildes. "Aku akan menuntaskan ini sendiri."

Vildes menyeringai, seakan puas mendengar jawaban itu. "Bagus. Itu yang ingin kudengar." Dia menatap Nyx sejenak sebelum berbalik dan mulai melangkah pergi, seolah semuanya sudah diatur sesuai rencananya. "Kau tahu di mana mencariku jika kau butuh lebih banyak… bantuan," tambahnya sebelum menghilang di kegelapan malam.

Nyx berdiri sendirian di trotoar yang sunyi, dengan amplop di tangan dan jalan yang panjang di depannya. Angin malam menerpa wajahnya, membawa sedikit kesejukan namun juga peringatan bahwa pertarungan ini akan semakin berat.

Dia menatap amplop itu sekali lagi, lalu memasukkannya ke dalam tasnya. Langkahnya mantap, meski di dalam hatinya ada badai yang bergejolak. Dia harus menemukan cara untuk membebaskan Hera. Namun, lebih dari itu, dia harus mengungkap siapa dalang di balik skandal ini—dan memastikan mereka membayar.

**

Saat Nyx tiba di kamarnya, suasana sepi dan gelap menyambutnya. Dia menyalakan lampu dan duduk di meja kerjanya, melempar amplop itu di atas tumpukan dokumen-dokumen yang sudah lama menumpuk. Rasa lelah perlahan menyusup ke dalam tubuhnya, tapi dia tahu tak ada waktu untuk istirahat.

Satu per satu, dia mulai membuka dan membaca isi amplop tersebut. Beberapa halaman pertama adalah laporan-laporan transaksi ilegal, beberapa nama yang dikenalnya samar-samar. Namun, di halaman kelima, dia menemukan sesuatu yang membuat darahnya berdesir.

Sebuah pesan singkat, ditulis tangan, berbunyi: "Percayalah pada dirimu sendiri. Mereka lebih dekat dari yang kau kira."

Nyx merasakan bulu kuduknya meremang. Tulisan tangan itu… Dia mengenalnya. Itu milik seseorang yang sangat ia kenal.

"Liliana?" bisik Nyx tanpa sadar.

Nyx duduk termenung, berusaha merangkai potongan-potongan yang mulai terhubung di kepalanya. Sepertinya ada lebih banyak yang tersembunyi di balik skandal ini. Jika Liliana memang tahu sesuatu, itu berarti dia masih bisa diselamatkan—atau sudah menjadi bagian dari kekuatan yang lebih besar yang selama ini Nyx coba lawan.

Nyx menarik napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi. Malam ini akan panjang, dan ada banyak pertanyaan yang harus dijawab. Satu hal yang pasti, dia tak bisa kembali sekarang. Jalan di depannya penuh dengan bahaya, tapi juga satu-satunya jalan menuju kebenaran.

Nyx membuka ponselnya, mengetik pesan singkat kepada Vildes: "Kita perlu bicara. Ini lebih besar dari yang kita kira."

Dia kemudian bersiap untuk menghadapi langkah berikutnya. Meski tak tahu siapa yang bisa dia percaya, satu hal yang jelas—waktu terus berjalan, dan musuhnya semakin mendekat.

 Meski tak tahu siapa yang bisa dia percaya, satu hal yang jelas—waktu terus berjalan, dan musuhnya semakin mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Versi rambut panjang

DRAMA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang