pria misterius

107 10 6
                                    

Suara langkah kaki itu semakin mendekat, tiap ketukan sol pantofel di lantai yang kotor seperti memukul ketakutan yang semakin mencekam di udara. Lorong gelap tersebut terasa lebih sesak dengan kehadiran sosok yang membawa ancaman. Aura dominannya begitu nyata, menyelimuti semua yang ada di sekitarnya.

"Ah, selamat pagi, Sir," ujar seorang polisi yang langsung sigap membukakan pintu penjara, seakan tahu persis siapa yang datang.

Begitu pintu terbuka, ketegangan memuncak. Jeritan wanita-wanita yang ketakutan memecah kesunyian, beberapa dari mereka mengacungkan pecahan beling, menggigil ketakutan, namun tetap nekat menghunuskannya ke arah laki-laki itu. Tatapan mereka campur aduk antara kebencian dan ketakutan.

Hera, yang tadinya berdiri mematung di sudut, mulai beringsut mundur. Tubuhnya gemetar hebat, keringat dingin merembes melalui pori-porinya, membasahi punggung dan lehernya. Bayangan traumatis dari masa lalunya kembali menghantui, mengisi kepalanya dengan kenangan menyakitkan tentang penyiksaan yang pernah ia alami di tangan sosok yang kini berdiri di hadapannya.

Laki laki itu membenarkan letak sarung tangan nya,ia mulai mendekati Hera dan berjongkok tepat di depan wanita trauma itu." Selamat sore ," bisik nya dingin,dan mematikan.

Hera menggeleng semakin meringis tapi semua itu sia sia ia sudah mentok di dinding kotor nan dingin.

"Jangan," bisiknya pelan, namun suaranya hanya seperti serpihan kaca yang retak.

Saat pria itu mulai mendekat, Hera menutup matanya rapat-rapat. Tangannya menggenggam perutnya, tubuhnya terasa membeku. Hatinya berteriak, namun bibirnya tidak mampu mengeluarkan satu pun suara. Ketakutan mengikat seluruh sarafnya. Setiap kali pria itu mendekat, ketakutan itu menjadi semakin besar, semakin pekat.

Rantai itu melingkar di lehernya dalam sekejap, menarik keras hingga dia terhempas ke lantai. Hera mencakar-cakar rantai itu, terbatuk keras, mencari napas yang tersendat. Matanya terbuka, tapi pandangannya kabur. Dia bisa merasakan dinginnya logam itu merambat di kulitnya, melukai tenggorokannya.

Siksaan ini bukan hanya fisik. Setiap luka meninggalkan jejak di jiwanya, menghancurkan sisa-sisa keberanian yang dia coba bangun dalam dirinya. Setiap jeritan tertahan dan tangis bisu yang keluar dari bibirnya terasa mengiris hatinya sendiri.

" Kau akan menyesal nyx akan membunuh mu teman ku akan mem- AAAKKHHH"

Pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Hera. Nafasnya kasar, penuh amarah, namun wajahnya tetap dingin tanpa ekspresi. Dia menarik rantai itu lebih kuat, membuat Hera kehilangan sisa napas yang ada. Matanya melotot, tubuhnya bergetar hebat dalam rasa sakit yang tak terperi.

" Jangan pernah berharap pada nya,kau terlalu naif Hera dia hanya memanfaatkan mu jangan terlalu berharap berlebih"

Air mata Hera jatuh, tapi dia sudah tak merasa malu lagi. Trauma itu menguasainya. Setiap sentuhan pria itu membekas dalam ingatan, membuatnya tersesat dalam kegelapan yang tidak pernah dia tahu bisa ada. Dia memohon dalam diam, memohon agar ini semua berhenti. Tapi tidak ada yang mendengar. Tidak akan ada yang menyelamatkannya.mungkin nyx datang atau tidak.

" Dia akan datang membawa kematian mu sebelum itu terima penawaran ku kau akan selamat dan nyx akan mati "

Pintu tertutup dengan keras,pria itu pergi Tampa rasa kemanusiaan.

Seruni mendekat,wanita tua itu memandang Hera dengan sorot dingin dan meremehkan." Lihat apakah ia datang,jangan berharap kepada orang yang lemah dia saja tidak mungkin bisa melindungi diri nya sendiri apalagi dengan kita semua "

Hera menggeleng kan kepala nya,rasa sesak yang sangat mendominasi.

' dia akan datang aku yakin ' lirih nya,dengan jiwa memanggil nyx.

" Bila aku jadi kau sudah ku jual teman ku itu untuk hidup yang nyaman,teman tidak ada guna nya untuk apa kau bela bela"

__________

" Lepaskan aku paman aku ingin pulang" vermouth tertawa kecil mengusap rambut nyx,mata nya menyipit penuh ejekan" pulang huh ku dengar kau bertengkar dengan si tua itu ya "

Nyx menghela nafas kenapa ia harus di ingatkan lagi,rasa bersalah mulai menggerogoti hati nya.di pikir pikir demonic termasuk menyelamatkan nya atau dengan bahasa kasar nya menyelamat kan nama baik marga atreyu.

" Iyaa," jawab nyx lesu.

Vermouth merangkul leher nyx , dengan senyum tipis di wajahnya, menatap Nyx yang tampak lesu. "Ayo, kita bermain di sini dulu kau tau menemui tua Bangka itu butuh energi positif untuk mengalahkan jiwa negatif yang mendarah daging" katanya, menarik tangan Nyx dengan lembut.

Mereka berjalan menuju taman yang sepi, diselimuti senja yang mulai meredup. Angin sejuk menyapu wajah mereka, sementara suara gemerisik daun yang tertiup angin menemani langkah-langkah mereka. Vermouth membawa Nyx ke ayunan yang berderit pelan, lalu mendorongnya sedikit, menciptakan gerakan ayunan yang lambat namun menenangkan.

"Ini lebih baik, kan?" tanya Vermouth sambil tertawa kecil, duduk di sebelah ayunan Nyx sambil mengamati sekitar. "Kadang-kadang, melupakan semuanya sebentar tidak ada salahnya."

Nyx mengangguk, matanya menatap lurus ke depan, menikmati momen langka di mana tidak ada tuntutan atau konflik. Tawa Vermouth yang sarkastik terkadang terdengar, tapi anehnya, kehadirannya membuat Nyx merasa sedikit lebih ringan.

Mereka berdua duduk di bangku kayu di bawah pohon besar, dikelilingi oleh suara alam yang tenang. Vermouth mengambil daun yang jatuh, melipatnya asal-asalan, mencoba mengubahnya menjadi origami aneh yang membuat Nyx tertawa kecil.

"Apakah seluruh keluarga atreyu memiliki sifat random seperti mu" kata Nyx sambil tersenyum tipis.ingatan Athena terputar di saat leher nya di cengkram oleh vermouth di saat pertama kali bertemu.sangat kontras dengan sikap nya sekarang.

Vermouth menoleh padanya dengan tatapan yang tidak bisa ditebak. "Random ya? Mungkin kau bisa berfikir seperti itu untuk sekarang."

Nyx tahu. Tapi setidaknya, untuk saat ini, dia akan bersikap se normal mungkin, meski hanya dalam permainan singkat di taman, bersama Vermouth yang selalu penuh teka-teki.

Nyx masih mau di manjakan,dan di beri kasih sayang.ia ingin merasakan warna warna bukan hanya abu abu.

DRAMA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang