kerja sama

77 6 0
                                    


Nyx terdiam sejenak setelah permintaan itu meluncur dari bibirnya. Ia tidak pernah suka meminta bantuan dari orang lain, apalagi dari Vildes yang baginya terlalu licik dan susah ditebak. Namun, situasi yang ia hadapi sekarang sudah terlalu rumit untuk ditangani sendirian. Dia tahu Demonic tidak akan mengeluarkan Hera, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan Hera adalah dengan mengungkap kebobrokan polisi. Tapi itu bukan tugas yang bisa ia selesaikan sendiri.

Vildes menatapnya dengan penuh ketertarikan. Bibirnya menyunggingkan senyum kecil yang membuat Nyx merasa semakin tidak nyaman. "Kau, meminta tolong?" tanya Vildes dengan nada yang lebih mengejek daripada sekadar terkejut.

Nyx menghela napas, menggigit bibirnya sejenak. "Ini terpaksa kau tau."

Vildes memiringkan kepalanya, seolah sedang memikirkan sesuatu yang dalam. "Ah apa tuan atreyu membiarkan putri kecil nya berjalan sendiri oh.. malang sekali."

Nyx mengabaikan hinaan itu, walau darahnya mendidih mendengar sindiran Vildes. "Dia bukan masalahmu, Victim. Tapi aku tahu kau punya kemampuan untuk menggali informasi. Dan aku butuh bantuanmu untuk mengungkap sesuatu yang bisa menghancurkan anjing-anjing negara itu."

Vildes tertawa kecil, matanya berkilat penuh tipu daya. "Dan apa yang aku dapatkan sebagai imbalan?"

Nyx mendekat, hingga jarak antara mereka hampir tak ada. Tatapan sarkastiknya berubah menjadi dingin dan tajam. "Terserah aku akan membantu mu sebagai imbal balik tapi ingat satu hal bila aku bisa membantu mu akan ku bantu tapi bila tidak bisa maka imbal balik nya hangus."

Kedua orang itu saling menatap untuk beberapa saat, masing-masing mencoba membaca niat satu sama lain. Vildes akhirnya mengangkat tangan, seolah menyerah dalam permainan licik ini. "Baiklah, Nyx. Aku akan membantu. Tapi ingat, kita tidak ada utang budi. Ini murni kesepakatan."

Nyx mengangguk. "Deal."

Tangan nyx di tarik oleh Vildes mereka berdua akhirnya terduduk bersama di trotoar kumuh yang di hiasi banyak daun dedauan gugur.

" Aku bisa membantu tapi aku tidak tau bantuan apa yang kau perlukan "

Nyx menghela nafas berbelit sekali manusia satu ini,tinggal bertanya apa masalah nya saja selesai.

Dasar rubah busuk.

" Aku terkena skandal pembunuhan ," jawab nya.

Vildes membulat kan mata nya apakah ia tak salah dengar tuan putri ini berani membunuh orang,oh sebenarnya itu tidak menutup kemungkinan dengan sikap nya yang mulai berbalik tiga ratus enam puluh derajat.

Tapi itu terlalu tiba tiba,Vildes menatap nyx dengan pandangan yang lebih serius atau jenaka" kau yakin itu manusia bukan sejenis serangga "

Nyx melirik Vildes dengan tatapan tajam, merasa sedikit tersinggung dengan candaan yang tak pantas itu. "Kau pikir aku bercanda?" ujarnya dingin. "Ini bukan permainan, Vildes. Aku benar-benar berada di ujung tanduk. Mereka menuduhku terlibat dalam pembunuhan, dan jika aku tidak bergerak cepat, namaku akan tercoreng selamanya,jangan banyak bertanya kau pasti tau kan rumor yang sempat beredar tentang Hera dan keluarga nya."

Vildes tertawa kecil, tapi kali ini lebih tertahan. "Baiklah, baiklah. Aku paham. Tapi yang kau minta ini bukan urusan kecil. Jika skandal pembunuhan terlibat, berarti ini lebih dari sekadar menyelamatkan Hera. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Nyx menghela napas panjang, kemudian duduk lebih nyaman di trotoar yang dingin dan penuh debu. "Demonic tidak akan membantuku. Dia terlalu sibuk dengan citra Atreyu, dan jangan sok menjadi manusia suci yang tidak tau rumor apapun."

Vildes mengangguk pelan, mulai memahami kompleksitas situasi ia tertawa kecil gadis pintar. "Ah kau sekarang lebih tajam ya,jadi maksud mu adalah menyelamatkan Hera sekaligus mengungkapkan tabir dari para polisi itu."

Nyx mengangguk. "Ya, mereka menyembunyikan sesuatu. Aku butuh bukti untuk mengungkapnya, dan hanya kau yang bisa menggali informasi itu. Kau punya jaringan luas, Vildes. Gunakan itu untuk mencari tahu siapa yang mencoba menjatuhkanku."

Vildes mengusap dagunya, berpikir dalam-dalam. "Jadi, kau ingin aku mencari tahu siapa musuh dalam selimutmu?"

"Ya. Dan pastikan Hera tidak terluka lebih parah lagi dalam prosesnya."

Vildes mengangguk lagi, matanya menajam penuh pertimbangan. "Baiklah. Tapi ingat, Nyx, kau sudah tahu kesepakatannya. Jika aku gagal, kau tidak dapat menagihku lagi. Semua berakhir di sini."

Nyx menatapnya, mata mereka bertemu dengan intensitas yang membekukan. "Aku mengerti. Tapi kau tidak akan gagal, Vildes. Kau tidak pernah gagal."

Vildes menyugar rambut nya kebelakang,manis sekali sekarang ya bibir tajam itu apakah rasa asli nya semanis ucapan nya.

Vildes tak sabar mengambil imbalan nya.

________

" Masuk lah lebih dulu ," ucap Vildes.

Mata nyx memicing,manusia satu ini bodoh atau dongo kalau dia berani masuk ia tidak akan segabut itu meminta bantuan.

Kalau pun tadi ia berani mungkin ia akan sedikit babak belur,melihat gedung kosong ini milik seorang mafia ternama yang benar benar limited edition di gunakan oleh para orang berpengaruh untuk mencari informasi.

Dan apakah kalian fikir geratis tentu saja tidak,satu informasi harga nya cukup mahal sekitar tiga atau lima ribu us dollar.

Nyx menatap pintu gedung kosong itu dengan tatapan curiga. Ia tidak bodoh, dan Vildes tahu itu. "Masuk dulu? Kau pikir aku gila?" gumamnya, tak berusaha menyembunyikan kekesalannya.

Vildes tersenyum tipis, menahan tawa yang jelas terlihat di wajahnya. "Jangan khawatir, ini bukan jebakan. Kau tahu aku selalu fair dalam bisnis kita." Meski nadanya terdengar tenang, Nyx bisa merasakan kesenangan yang terselubung di balik kata-kata Vildes.

“Fair? Untuk manusia sepertimu?” Nyx menatapnya tajam, lalu melemparkan tatapan penuh kebencian ke arah pintu besar gedung itu. Dia tahu tempat seperti ini adalah sarang berbahaya bagi siapa pun yang tidak memiliki jaringan kuat, dan meskipun ia anak angkat Demonic, dia tidak cukup gila untuk berjalan ke tempat itu tanpa pengawalan.

"Tidak usah basa-basi. Aku akan menunggu di sini. Kau yang akan masuk dan membawa informasi yang kubutuhkan," tegas Nyx, mengunci pandangan pada Vildes yang masih menyunggingkan senyum.

Vildes mengangkat tangan tanda menyerah. "Baiklah, baiklah. Kau benar, ini bukan tempat yang cocok untuk seorang putri seperti dirimu." Dia kemudian berbalik dan berjalan menuju pintu gedung, membuka pintu besar itu dengan santai, seolah sedang masuk ke rumahnya sendiri.

Nyx menghela napas dalam-dalam, hatinya berdebar sedikit lebih cepat dari biasanya. Skenario ini benar-benar di luar zona nyaman, bahkan untuknya. Skandal pembunuhan, penyelamatan Hera, polisi korup—ini adalah sesuatu yang akan membutuhkan lebih dari sekadar keberanian. Tapi dia tahu, jika ada satu hal yang pasti dalam dunia ini, itu adalah bahwa orang-orang seperti Vildes tidak pernah gagal mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Tak lama, Vildes kembali dengan langkah ringan. Di tangannya, ada sebuah amplop tebal yang kelihatannya berisi lebih dari sekadar informasi biasa. Dia menyeringai, penuh kemenangan.

"Ini," ucapnya sambil menyodorkan amplop itu kepada Nyx. "Informasi tentang siapa yang menjebakmu, dan bagaimana kau bisa membalikkan keadaan. Tapi ingat, Nyx, kita tidak pernah berutang budi. Ini murni bisnis."

Nyx mengambil amplop itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Matanya bertemu dengan Vildes, namun tak ada tanda-tanda rasa syukur di wajahnya—hanya ketegangan dingin yang terjaga di antara mereka. "Aku tidak pernah berutang pada siapapun,jadi katakan apa yang kau mau kapan pun itu." bisiknya sebelum berbalik dan pergi, meninggalkan Vildes di belakang.

" Kalau begitu bersiap ya nona tembakau"

DRAMA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang