Lucifer

11 2 0
                                    


"Ibu! Ibu, lepaskan! SADAR, IBU!" Nafas Kale naik-turun, terdengar berat dan terputus-putus. Ekspresi wajahnya tegang dan penuh dengan kemarahan bercampur kepanikan. Matanya menatap ibunya dengan sorot tajam, seolah berharap bisa mengguncang kesadaran ibunya. Tangan Kale gemetar, merasakan kepedihan dan amarah yang membara, melihat ibunya yang justru malah menyakiti dirinya sendiri.

Kale mencoba meraih tangan ibunya, namun wanita itu justru menghempaskannya, melangkah mundur dengan tatapan kosong yang membuat darah Kale semakin bergejolak.

"Ibu, tolong... jangan begini." Suara Kale melunak, menggantung di udara seiring matanya memohon pada sosok yang seharusnya menjadi tempatnya berlindung. Tapi tatapan ibunya tak berubah—dingin, penuh kehampaan.

"Ibu... ini aku, Kale!" ujarnya lagi, kali ini lebih lirih, nyaris putus asa.

Tubuh ibunya tampak bergetar, seolah ragu, namun kemudian tawa sinisnya menggema. "Kau tidak tahu apa yang telah kulakukan demi kamu... Kau hanya tahu menyalahkanku!"

Kata-kata itu menusuk hati Kale. Ia terdiam sejenak, memproses kata-kata yang tajam itu. Perlahan amarah dalam dirinya berubah menjadi luka yang tak terlihat, menggerogoti setiap sudut hati dan pikirannya.

"Ibu, aku tidak pernah memintamu untuk menyakiti dirimu sendiri... atau menyakiti orang lain demi aku." Kale menahan air matanya, berusaha keras untuk tidak hancur di depan ibunya.

Namun wanita itu hanya tertawa kecil, seakan tak peduli dengan perasaan anaknya. "Kau akan mengerti suatu saat nanti, Kale... ketika kau berdiri di tempatku."

Dengan langkah yang goyah, ibunya meninggalkannya. Kale hanya bisa berdiri di sana, terpaku, merasa tubuhnya begitu berat seolah dunia ini menghempaskan segala beban padanya.

" Aku lelah sungguh ,mimpi ku hanya tentang darah beri aku waktu tuhan aku ingin tenang"

"Kale menatap punggung ibunya yang perlahan menghilang dalam bayang-bayang, meninggalkannya sendirian dengan segala keraguan dan keputusasaan. Nafasnya tertahan, dan dalam hati yang perih, ia bertanya pada dirinya sendiri—apakah cinta ini sebanding dengan luka yang terus-menerus ia alami? Apakah semua penderitaan ini akan berakhir?"

______

Raymond berdiri di depan Vermouth, menatapnya dengan serius. “Kau tahu, aku tidak bisa berhenti memikirkan tentang apa yang terjadi antara Nyx dan dirimu.”

Vermouth mengangkat alis, waspada. “Apa maksudmu?”

Raymond melangkah lebih dekat, menekankan setiap kata. “Dia pernah mencoba membunuhmu, bukan? Saat itu semua kekacauan terjadi. Dia terlalu terjebak dalam rasa sakitnya sendiri.”

Vermouth terdiam, merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia sudah tahu tentang peristiwa itu, tetapi mendengar Raymond mengatakannya dengan jelas menghidupkan kembali rasa sakit dan ketakutan yang sudah lama terpendam. “konyol sekali,kau fikir aku tak tahu? Raymond, Raymond otak mu itu sekali kali harus di cincang dan di daur ulang ya.”

Raymond menggelengkan kepala,urat leher nya menonjol ia tersinggung tentu tapi senyum nya harus tetap terpatri untuk menarik vermouth ke pihak nya.“Tapi apa kau yakin dia benar-benar berubah? Luka-luka itu bisa muncul kembali kapan saja. Kita tidak bisa hanya mengabaikan kebenaran.”

“lihat lah bahkan kata kata mu yang semakin menyimpang jalur jangan berhayal terlalu tinggi karena bila kau jatuh pisau tajam ku yang akan menusuk jantung mu pertama kali,dasar budak atreyu ” balas Vermouth, ia tahu semuanya ia tahu,dia tidak mempermasalahkan itu karena apa keluarga atreyu semua kebanyakan memilki mental menyimpang dan hal seperti itu adalah hal yang lumrah. “Dia bukan orang yang sama,dia lebih berbahaya dari pisau ku,dari racun anvil,kecepatan Angelo,otak Vildes dan kesadisan kale.berfikir lah dia kali bung!”

“Dan apa yang kau lakukan untuk memastikan itu?” Raymond bertanya. “Kau percaya bahwa dia bisa mengendalikan semua itu? Mengapa tidak memberikan sedikit ruang untuk meragukannya? Dia bisa jadi ancaman bagimu, lagi.”

Vermouth menggigit bibir, merasa tangan nya gatal untuk mematahkan leher Raymond dan menarik lidah nya.

Raymond mendekat, suaranya rendah dan penuh tekanan. “Tapi dia sudah mencobanya, Vermouth. Dia pernah melukaimu. Apakah kau benar-benar siap menghadapi kemungkinan bahwa dia bisa melakukannya lagi? Atau bahkan lebih buruk?”

“tau apa kau tentang iblis ku anak didik ku” kata Vermouth, suaranya bergetar. Menahan tawa yang akan keluar “konyol sekali budak tak tau diri ini.”

Raymond tersenyum sinis.

Vermouth merasakan kemarahan mulai membakar dalam dirinya.darah nya berdesir sadisme nya kembali kambuh.langkah nya kembali maju semakin menusuk tarikan nafas nya semakin pelan dengan mulut yang sedikit mengeluarkan desahan. “kau sudah terlalu banyak bicara ya.”

Vermouth melangkah mendekat, menatap Raymond dengan mata yang berapi-api. “Kau tahu, Raymond, terkadang aku merasa kau terlalu bodoh untuk memahami apa yang terjadi di sekelilingmu,” katanya, suaranya menyiratkan ejekan yang tajam. “Nyx mencoba membunuhku? Oh, itu lucu karena kami itu saling membunuh. Mungkin kau ingin kupanggilkan dokter untuk memeriksa otakmu yang berfungsi sangat buruk?”

Raymond tampak terkejut, tetapi dia tetap berdiri tegak. “Tapi kau tidak bisa mengabaikan kenyataan itu. Kau yakin dia tidak akan melakukan hal yang sama lagi?”

“Bisa-bisanya kau memikirkan hal itu!” Vermouth terkekeh sinis, menggoyangkan kepalanya seolah menertawakan kebodohan Raymond. “Kau seharusnya tahu, aku lebih dari sekadar mangsa yang bisa kau permainkan. Aku adalah predator, dan Nyx api kecil di dalam mulut ku yang tak akan pernah hilang.”

Dia melangkah lebih dekat, jaraknya kini sangat dekat. “Kau benar-benar yakin dia bisa menghancurkanku? Sepertinya kau memang suka berkhayal,” katanya dengan nada meremehkan. “Jika dia berani mencoba, aku akan memastikan dia merasakan betapa menyedihkannya menghadapi kemarahan yang sudah terpendam ini,jadi jangan khawatir bung .”

Raymond menggigit bibirnya, berusaha mengendalikan emosinya. “Kau tidak mengerti betapa berbahayanya dia, Vermouth. Keterpurukannya bisa membuatnya melakukan hal-hal yang gila.”

“Oh, ” Vermouth menyindir, suaranya dipenuhi sarkasme. “Bagus sekali, Raymond! Dongeng yang konyol setelah melihat Hera bertemu dengan nyonya mu dan nyx kau jadi gila ya gila apa gila kekuasaan .”

Raymond melangkah mundur sedikit, tampak terjebak antara kemarahan dan ketidakpastian. “Aku hanya ingin melindungimu. Jika kau berpikir dia sudah berubah, maka kau sangat naif.”

“Naif?” Vermouth mendekat, wajahnya kini sangat dekat dengan wajah Raymond, membuatnya merasa terjepit. “Kau tahu, ada satu hal yang selalu kutahu: orang-orang seperti kau tidak pernah mengerti betapa menyenangkannya bermain api. Nyx tidak perlu banyak waktu untuk menyakiti diriku lagi, dan jika dia melakukannya, aku akan memberikan pelajaran yang lebih menyakitkan daripada yang pernah dia rasakan.”

“Dan apa yang akan kau lakukan? Menghabisinya?” Raymond mencoba mendesak, suaranya menegangkan.

“Persis! Membunuh mu” Vermouth menjawab dengan tawa dingin yang terlahir dari kepahitan. “Dan kau tidak akan pernah tahu apa yang akan kutinggalkan di jalannya. Apakah itu racun, pisau, atau sepotong hati yang hancur, itu tidak akan ada bedanya. Kau akan tahu siapa yang sebenarnya berkuasa di sini.”

Raymond menggelengkan kepala, wajahnya penuh rasa prihatin. “Kau tidak bisa berpikir seperti itu. Kebencian tidak akan menyelesaikan apa-apa.”

“Kebencian adalah kekuatanku, sayang,” Vermouth menjawab, suaranya penuh percaya diri. “Jika kau tidak bisa melihat itu, maka mungkin kau sebaiknya berhenti berusaha melindungiku. Karena pada akhirnya, jika Nyx mendekat, dia hanya akan menemukan diriku yang lebih kelam dan penuh rasa haus akan balas dendam.”

Raymond terdiam, tidak mampu menjawab. Vermouth menatapnya dengan sinis, merasa puas melihat ketidakberdayaan di wajahnya. “Nah, kau bisa pergi sekarang. Dan jika kau berani mendekatkan dirimu lagi ke Nyx, jangan salahkan aku jika aku mematahkan lehermu terlebih dahulu.”

" Jangan lupa iblis manis ku hanya akan terluka di tangan ku"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DRAMA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang