ada apa sebenarnya

101 8 2
                                    

Tubuh nyx di kelilingi oleh vermouth anvil,dan demonic.ketiga laki laki itu tampak serius hingga udara tampak membeku karena suasana dingin yang terciptakan.

" Bisa kau berkerja dengan baik" anvil mendengus ia melirik tajam kedua saudara atreyu itu,mereka berdua benar benar menggangu." Tutup mulut kalian atau suntikan ini akan ku paksakan kalian menelan nya"

Tubuh nyx terbaring dengan wajah dan kulit memucat,bagai tak ada darah sama sekali.dada nya bergerak naik turun namun netra nya terpejam rapat bagai di rekatkan oleh lem.

Tangan kekar anvil mulai memegang area leher nyx,ia cari titik aman untuk memasukan cairan berwarna putih yang terdapat dalam suntikan.

Tak ada reaksi saat ujung jarum tajam itu menusuk menembus pori pori.

Anvil menghela nafas ia melepas sarung tangan nya,lalu membenarkan posisi kepala nyx yang agak tengkleng ke samping." Dia akan bangun sekitar tiga jam lagi "

"Dan?," tanya vermouth.

Anvil menatap nyx dengan pandangan dalam nan tajam ada kilatan aneh di mata nya,sebuah tanda yang tidak bisa di deskripsikan." Dia tidak akan mengingat hal itu tidak akan "

Vermouth, demonic,dan anvil menarik seringai tajam netra mereka menajam saat sebuah memori terputar indah bagai alunan melodi malam.

" Keluar "

Vermouth dan anvil menaikan satu alis nya saat titah tajam tak terelakan itu terdengar,mereka menatap Demonic dengan pandangan mencela.

" Apakah kalian tuli?,kalian tidak bisa berada di kamar putri ku dengan seenak jidat," ucap demonic dengan sedikit ironi pada kata putri ku.

" Putri huh," lirih anvil.

" Otak nya sudah hilang wajar saja anvil,jangan terlalu ambil pusing, lihat saja nyawanya pun sebentar lagi pasti akan menghilang "

Demonic menyipitkan mata, tidak menyukai nada sinis yang digunakan Vermouth. Dia berdiri dari kursinya, melangkah mendekati Anvil dan Vermouth dengan tatapan yang semakin berbahaya. Ketegangan di udara semakin kental, seperti angin sebelum badai.

"Apa kau meragukan kekuasaanku di sini?" Demonic berbicara pelan, namun setiap kata yang keluar dari bibirnya penuh dengan ancaman tersembunyi.

Vermouth menatap balik tanpa takut, tetapi Anvil lebih bijaksana. Dia hanya mendengus, tidak ingin menambah masalah dengan Demonic. "Kami hanya menjalankan tugasmu," ucap Anvil dingin, melirik sekali lagi pada Nyx yang masih terbaring tak bergerak di ranjang. "Kalau kau tak mau kami disini,alangkah lebih baik nya calliope ku bawa ke mansion deviled."

Anvil mendesah pelan dengan pandangan sayu nya ia berujar." Ini semua hanya tentang waktu."

Demonic menyeringai tipis, kemudian menepuk bahu Anvil dengan kasar. "Kau benar. Aku tidak butuh orang yang setengah-setengah dalam bekerja."

Vermouth, yang sedari tadi tetap diam, akhirnya melangkah maju, tatapannya tak kalah tajam. "Jangan mulai permainan ini, Demonic. Kita di sini karena kau yang memintanya."

"Dan aku bisa mengakhirinya kapan pun aku mau," Demonic menyela cepat, nadanya penuh kontrol. "Kalian berdua hanya bidak di papan caturku. Jangan pernah lupa itu."

Suasana semakin mencekam. Anvil dan Vermouth saling bertukar pandang, kemudian tanpa banyak bicara, mereka berdua berbalik dan berjalan menuju pintu.

"Ini belum selesai," bisik Vermouth dengan seringai tajam sebelum dia keluar, meninggalkan Demonic sendirian di dalam kamar bersama Nyx yang masih tak sadarkan diri.

Demonic menatap tubuh Nyx yang diam tak bergerak. "Putriku..." gumamnya, kali ini tanpa ironi, tetapi dengan nada yang lebih halus—nyaris lembut. Ia mendekat, membungkuk di samping tempat tidur dan mengusap rambut Nyx yang terurai.

" kau hanya alat. Dan semua ini hanya soal waktu."

Senyumnya menghilang ketika dia berdiri, menarik nafas panjang sebelum melangkah keluar dari ruangan. Pintu tertutup dengan suara pelan, meninggalkan Nyx sendirian dalam diam yang menghantui, sementara di luar, badai konflik mulai mendekat.

Demonic melangkah keluar dari ruangan dengan langkah tegas, meninggalkan Nyx yang masih terbaring tak sadarkan diri. Namun, meski suasana dalam ruangan itu terasa hening, jantung Nyx yang bergerak pelan menandakan bahwa sesuatu sedang terjadi di balik keheningannya. Setiap tarikan napasnya terdengar seperti gemuruh yang datang dari jauh, seolah-olah tubuhnya sedang mencoba berjuang dari dalam. Tapi tak ada yang menyadari pertempuran batin yang terjadi di balik mata tertutupnya.

Di luar, Anvil dan Vermouth berdiri di lorong, keduanya tampak tenggelam dalam pikiran masing-masing. Suara langkah kaki Demonic semakin jauh, meninggalkan jejak keheningan yang pekat.

"Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Vermouth dengan nada yang sengaja dibuat ringan, meski ketegangan di udara masih terasa kuat. Dia menatap Anvil dari sudut matanya, mencoba membaca apa yang ada di pikiran pria itu.

Anvil tidak langsung menjawab. Dia menatap lurus ke depan, ekspresi wajahnya dingin dan tak terbaca. "Kita lihat saja nanti," gumamnya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

"Gadis itu tidak akan diam saja kalau dia tahu apa yang kita lakukan pada tubuh nya." kata Vermouth lagi, kali ini dengan nada lebih serius. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar di balik tindakan mereka malam itu, sesuatu yang mungkin akan mengubah segalanya.

Anvil menyeringai tipis, tapi itu bukan senyuman ramah. "Waktu bisa mencoba menghentikan kita, tapi pada akhirnya, tak ada yang bisa menahan laju takdir. Nyx hanya awal dari segalanya."

Vermouth mengangguk pelan, meski ada sedikit keraguan yang tampak di matanya. "Kau yakin Demonic tak akan menyadari apa yang sebenarnya kita lakukan?"

Anvil tertawa kecil, seolah mendengar lelucon yang hanya bisa dia pahami. "Dia terlalu terobsesi dengan kekuasaannya untuk melihat apa yang benar-benar penting. Selama dia berpikir dia memegang kendali, kita aman."

Vermouth tak menjawab lagi, tapi pikirannya terus berputar. Dia tahu bahwa permainan ini jauh dari selesai, dan bahwa masing-masing dari mereka memiliki agenda tersendiri. Namun, untuk saat ini, mereka semua berada di jalur yang sama—jalur yang berbahaya dan penuh intrik.

Di dalam ruangan, perlahan, jari-jari Nyx mulai bergerak. Hanya sedikit, hampir tidak terlihat, namun itu adalah tanda bahwa kesadaran mulai merayap kembali ke dalam tubuhnya. Sementara itu, di luar, badai yang lebih besar sedang mendekat, siap menghancurkan apa yang tersisa dari dunia yang sudah penuh dengan kekacauan.

DRAMA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang