Hari terus berlalu, hidup terus berjalan, tetapi kehangatan di rumah Mahardika masih belum terasa sejak kepergian mataharinya.“Yah,” tegur Alvarez saat ia baru saja pulang kerja dan berniat mampir ke rumah mertuanya. Ia tak kuasa melihat sang ayah yang lebih sering terdiam sekarang.
“Oh, Al, duduk,” ucapnya sambil menampilkan senyuman. Tak salah bila semua orang menjulukinya "Smiling General."
“Bagaimana kunjungan tadi, Yah?” tanya Alvarez.
“Berjalan seperti biasa, Nak,” ucapnya.
Sore itu hingga malam harinya, Alvarez menemani sang mertua, menghabiskan waktu dengan bercerita berbagai hal dan bertukar pikiran. Banyak hal yang dapat Alvarez pelajari dari sosok mertuanya ini, walau ada beberapa “pikiran” mereka yang bertolak belakang, tapi tak ada yang perlu dipermasalahkan.
“Di sini rupanya para lelaki tampanku,” suara lembut itu tiba-tiba terdengar. Tentu saja itu adalah Raihana.
“Lihat, baru kita bicarakan sudah tiba,” ucap Adanan yang membuat Alvarez tertawa.
“Al, kamu lihat, bahkan sudah punya anak pun gayanya masih sama seperti dahulu,” ejek sang ayah kepada putrinya, yang sudah mulai manja kepadanya.
“Iya, Yah. Kalau dia tak seperti itu, tak mungkin saya suka,” ujar Alvarez.
Keduanya tertawa mengingat tingkah lucu Raihana, sementara sang empunya wajah kini malu, menyembunyikan wajahnya di lengan sang ayah.
Kehangatan yang nyata tapi hanya sebentar terasa bagi Adanan. Hatinya masih terasa sepi sejak kepergian belahan jiwanya. Bahkan, untuk mengurus negara saja, ia rasanya kehilangan arah.
Adanan terdiam, melihat punggung menantu dan anaknya yang tengah berjalan keluar. Ia masuk ke dalam rumah dan mengedarkan pandangannya.
“Bu, walau rumah ini ramai, tapi saya kesepian,” gumamnya.
Alvarez dan Raihana pun pulang ke rumahnya. Sesampainya di sana, Alvarez langsung membersihkan diri karena ia masih mengenakan seragam lorengnya.
“Baju sudah disiapkan di kasur ya, Mas. Hana mau masak dulu,” ujar Raihana sambil melihat sang suami yang tengah melepas seragam lorengnya, menyisakan kaos hitam di tubuhnya.
Srrett!
Saat Hana melewati suaminya, Alvarez langsung menarik tangannya, hingga Hana yang terkejut terbentur dadanya yang bidang.
“Masss!” geramnya.
“Apa, Sayang?” jawab Alvarez sambil meletakkan tangannya di pinggang sang istri.
Alvarez menatap mata yang selalu bisa membuatnya jatuh terlalu dalam itu, dan satu tangannya menghalau rambut yang menghalangi wajah istrinya. Ia melihat wajah cantik itu.
Tak jauh beda dengan Alvarez, Raihana pun terpaku dengan ketampanan sang suami. Rambutnya yang berantakan karena sapuan angin tampak semakin menambah pesonanya, serta mata hitamnya yang berkilau terkena cahaya.
Mereka menikmati indahnya malam itu bersama. Untung saja Kenzo, anak mereka, tengah menginap di rumah Damian.
Jam menunjukkan pukul 1 dini hari, Raihana terbangun dari tidurnya. Setelah membersihkan diri, ia keluar kamar dan melihat sang suami sudah terjaga.
“Loh, Mas, masih pagi loh. Tidur lagi gih,” suruhnya.
“Enggak, Mas sudah tidak mengantuk,” ucapnya sambil meminum air yang selalu disiapkan jika malam hari mereka kehausan.
“Yaudah, Mas mandi dulu sana. Dari tadi malam belum mandi,” suruh Raihana.
“Walaupun begitu, Mas masih wangi, loh,” goda Alvarez sambil menghampiri sang istri.
“Enggak, enggak! Mas mandi dulu, nggak usah deket-deket,” ucap Raihana sambil berlari memutari meja untuk menghindari Alvarez.
“Loh, Mas masih wangi, Sayanggg,” ujar Alvarez sambil terus mengejar Raihana.
Tawa mereka pecah saat Alvarez berhasil menangkap Raihana. Tentu saja, Raihana langsung melepaskan diri, walaupun Alvarez sudah tidak berkeringat karena AC yang dinyalakan, tapi tetap saja Raihana tidak suka.
“Sudah, Mas, mandi dulu. Masuk sanaaa,” ucapnya sambil mendorong Alvarez untuk masuk ke kamar mandi.
“Tapi, Sayanggg,” Alvarez terus menggoda sang istri karena menurutnya, wajah Raihana ketika marah itu lucu dan menggemaskan.
“Udah, nggak usah 'sayang-sayangan,'” tegas Raihana sambil menutup pintu kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, Alvarez tertawa melihat tingkah sang istri. Raihana lanjut menyiapkan pakaian suaminya, lalu ia berbaring di ranjang sambil membaca buku.
Brukk!
Alvarez yang baru selesai membersihkan diri langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas sang istri yang tengah membaca buku.
“Masss, basahhh! Pakaian sanaaa!” geram Raihana.
“Malas, Sayanggg,” timpal Alvarez.
“Massssss,” ucap Raihana sambil mencubit pipi Alvarez.
“Aduh, aduhhh! Iya, iya, Sayang,” Alvarez langsung tegak dan memakai pakaiannya.
Setelah selesai, ia berbaring di sebelah istrinya, dan Raihana pun memeluk sang suami.
“Mas, setelah Ibu pergi, kenapa Ayah terasa sangat berbeda?” ucapnya.
Alvarez hanya diam mendengarkan cerita sang istri. Begitulah, setiap kali Raihana bercerita, ia akan selalu mendengarkannya dengan seksama.
“Ayah yang biasanya semangat, apalagi soal negara ini, sekarang terasa tak bersemangat. Ayah sekarang sangat sering ke TMII,” timpalnya.
“Mungkin itu cara Ayah untuk menghilangkan rasa sepinya. Kamu tahu kan, TMII itu adalah keinginan Ibu dan Ayah yang mewujudkannya. Bahkan kita menikah di sana. Banyak kenangan yang tercipta di sana. Ibu sering menghabiskan waktunya di sana,” ujarnya yang turut memperhatikan sang ayah mertua belakangan ini.
“Jika Mas di posisi Ayah, juga pasti Mas akan sering mengunjungi tempat yang biasa kita kunjungi untuk menghabiskan waktu,” tambahnya lagi, saat keheningan melingkupi mereka.
“Ya, Mas. Hana sangat berharap Ayah selalu sehat dan menghabiskan masa tuanya melihat cucunya tumbuh besar,” ucap Raihana.
“Ya, pasti itu. Mungkin Ayah juga akan melihat cucu perempuan dari kita,” ujar Alvarez, membuat Raihana langsung mencubit pinggangnya.
“Aduh, ampun, Sayang! Ini namanya KDRT, tahu,” ucap Alvarez, membuat mereka tertawa.
•
•
•“No matter how busy my life is, without Aleana the busyness would not be complete.” — Adanan Mahardika
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dan Kesetiaan
General FictionTanpa cinta dunia ini hampa dan tanpa kesetiaan cinta itu tidak ada