beberapa tahunpun berlalu, Alvarez kini menjadi pengusaha yang sukses, selama beberapa tahun ini banyak sekali pengorbanan yang ia lakukan serta beribu tantangan yang harus dihadapi nya, bahkan tantangan itu belum menemui puncaknya.
"pak izin mohon maaf ibu menghubungi, ibu izin ingin kesini berkunjung" ucap ajudannya menghentikanya sejenak dari tumpukan kertas itu
'tumben' itulah pikirannya sebab Raihana sangat jarang bahkan hampir tidak pernah menghampiri nya karena harus menjaga sang ayah yang kini sering sekali masuk rumah sakit
"kalau ibuk ingin kesini tidak perlu izin, sebab yang saya punya juga miliknya" ucap Alvarez dengan nada pelan namun tersirat ketegasan
"siap!" jawabnya
sementara Alvarez terdiam sejenak, ia kepikiran tentang mertua nya yang sampai hari ini belum bisa di temuinya, walau begitu Alvarez sudah menganggap Adanan sebagai ayah, panutan, dan tokoh yang ia kagumi dari segi apapun, apalagi dari caranya memimpin. semenjak kepergian sang papi 3 tahun yang lalu meninggalkan mereka sejak saat itu Alvarez menganggap dirinya harus bisa menjadi garda terdepan untuk keluarga nya karena ia adalah anak laki laki pertama.
banyak pasang foto yang terpajang di ruang kerjanya, apa lagi foto besar yang di lukis dengan kehati hatian, matanya menatap dengan lembut namun dapat dilihat sorotan tegas khas militer dari sorot matanya.
'yah..kapan saya bisa memeluk mu lagi, ditepuk bangga dan bisa melihat tatapan bangga darimu untuk saya' pikirnya sambil berkelana kemasa lalu dimana ia selalu melihat sorot mata bangga tersebut tersirat ketika melihat nya menaiki jenjang karier yang lebih tinggi, dengan usianya yang cukup muda banyak jabatan yang pernah dipegang mertuanya kini,berhasil di pegang olehnya.
•••
keesokan harinya Raihana sudah sampai dengan membawa banyak sekali makanan khas Indonesia, yang tentunya susah sekali di dapatkan di Yordania, ditemani sang 'pengawal' yang di tugaskan oleh Alvarez untuk selalu menjaga nya, pengawal ini juga adalah teman, serta anggota Alvarez waktu masih di kemiliteran
pertemuan mereka pun membuat suasana menjadi agak canggung karena dua insan ini sudah lama sekali tidak berkomunikasi, apalagi ada seseorang di sekitar mereka
"kalau si jantung hatinya sudah di jaga oleh pemiliknya, lebih baik saya kedepan terlebih dahulu mengecek hal yang lain" ucap Ilham sambil mengajak dua ajudan Alvarez yang lain mengikuti nya
"apa kabar kamu dan yang lain?" ucap Alvarez memulai sejenak obrolan
"baik, saya baik dan yang lain juga baik, walau ayah kemarin sempat di bawa kerumah tapi tidak papa" ucapnya menjelaskan
"akh..saya merindukan pak tua itu" ucap Alvarez
Raihana mencoba menghiburnya, walaupun ia sendiri agak ragu dengan kata-katanya. "Mungkin belum waktunya, Mas. Ayah juga mungkin belum siap. Kita doakan saja yang terbaik."
Alvarez mengangguk sambil tersenyum tipis, menatap Raihana penuh makna. "Ya, saya mengerti. Bagaimanapun, beliau adalah sosok panutan saya... dan ayah dari wanita yang saya cintai."
Raihana terdiam sejenak, wajahnya merona mendengar pengakuan Alvarez yang tak terduga itu. Ia menunduk, mencoba menyembunyikan senyum manis yang tak bisa ditahan. Suasana yang tadinya canggung perlahan mencair, digantikan oleh kehangatan dan rasa saling pengertian yang tak perlu diucapkan.
Dengan hati yang menjadi sedikit tenang "saya bawa sedikit oleh-oleh makanan untukmu dan yang lain. saya harap kesukaan mu akan makanan Indonesia tidak berubah, ini juga bisa mengobati rindu kita pada Indonesia."
Alvarez tersenyum senang. "Tidak...tidak ada yang berubah dari saya apapun itu saya masih seperti Alvarez yang pertama kali berkenalan dengan mu, saya juga memang sangat merindukan negeri yang indah itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dan Kesetiaan
Художественная прозаTanpa cinta dunia ini hampa dan tanpa kesetiaan cinta itu tidak ada