keraguan dan surat cerai

92 22 3
                                    

keesokan harinya Alvarez mendapat
surat dari panglima, yang berisikan surat pemberhentian nya dengan hormat, ia sudah berkali kali mencoba menghubungi atasannya, meminta penjelasan namun yang didapat hanya katapahit,mimpinya untuk berjuang meraih jendral bintang empat yang diimpikannya pun turut sirna, di tatap nya baju tentara yang lengkap dengan brivet yang tersemat

"tuhan jika mimpi saya yang ini kamu ambil saya ikhlas, tapi jangan ambil mimpi membangun keluarga yang harmonis untuk putra saya" ucapnya matanya kembali berembun sungguh sekarang ia tak tau harus apalagi kecuali bertemu dengan sang papi

dengan cepat ia menyambar jaketnya dan berjalan keluar, diluar ia memandang sekejap rumah sang mertua yang didalam rumah tersebut ada wanita dan putra yang sangat ia cintai.

"kamu perhatikan ibuk, kalau dia mu keluar harus pakai supir!" ucapnya tegas pada ajudannya

"siap pak!" jawabnya

setelahnya alavrez pun melaju menggunakan motornya karena saat ini ia ingin menikmati hembusan angin, kepalanya rasanya mau pecah karena hal ini belum lagi soal perceraian tersebut.

disisi lain Raihana melihat kepergian Sang suami tapi ia hanya bisa terdiam, baru saja ia mendapatkan surat dari sang ayah yang harus di tanda tangani oleh mereka berdua.

"ceraikan laki laki itu, dia tak pantas untuk mu" ucapan mutlak adanan masih terngiang di kepalanya, tangisan tak terbendung kembali terdengar dari kamar tersebut.

"Hana, mas rasa jika ini yang terbaik untuk kalian kamu harus ikhlaskan,hanya Ayah yang kita punya sekarang" ucap Reihan pada sang adik yang kini ia tinggalkan di kamar tersebut sendiri untuk menenangkan dirinya

beberapa jam telah di tempuh akhirnya Alvarez tiba di rumah keluarga nya, menghampiri sang papi dan maminya yang sedang menikmati secangkir teh itu.

"kenapa?, soal surat pemberhentian itu? atau surat cerai?" tebaknya yang langsung membuat Alvarez terdiam.

pikirannya terhenti saat sang papi menyebutkan surat cerai, surat cerai apa? siapa yang ingin bercerai?, pikirnya.

"surat cerai? siapa yang mau bercerai pi?!" ucapnya sambil menatap sang papi

"loh mertuamu belum ada memberikan surat perceraian kalian?"tanya Damian sebab ia tau surat itu karena adanan yang memberitahu nya

" surat cerai apa pi?! yang bercerai juga siapa?! aku sama Raihana?! gak pi! sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikan Raihana!" ucapnya tegas menatap orang tuanya

kedua orang tua yang mendengar hal itu pun hanya terdiam melihat kemarahan sang anak, Damian tak mengerti mengapa anaknya tak tau akan surat itu padahal dirinya sendiri sudah lebih dulu tau

"sudah sudah, nanti kita bahas tentang suatu ntah apalah itu, sekarang kamu Al masuk terus makan ya" ucapan sang mami yang tengah menenangkan hatinya, ia sungguh tak habis pikir bagaimana mertuanya bisa membuat surat cerai sendiri

beberapa saat Alvarez masuk zavran pun menemui papinya, ia tau tentang pertengkaran tadi dan membuat nya heran serta kesal bagaimana Sang Abang tetap ingin mempertahankan wanita yang menurut nya tak membela abangnya

"pi, bagaimana sih Abang tetap membela wanita itu sudah jelas dia tetap membela keluarganya, lihat dia sama sekali tak ada mendukung Abang, dipikirkannya hanya ada ayahnya yang egois itu dan keluarga nya!" ucapnya kesal

"zavran kamu tak berhak ikut dalam rumah tangga abang mu" ucap Damian

"gimana aku gak ikutan Pi lihat sendiri kan bagaimana sikap pak tua itu?!, satu lagi wanita itu juga sama, masa suaminya yang sudah jelas tidak bersalah bukannya dibela malah diam! gimana sih didikannya?!" ucap zavran yang kini tak bisa membendung kekesalan nya lagi

"Zavran Albert Navrendra!!" bentakan tersebut berasal dari belakang yang membuat tubuh zavran mendadak kaku siapa lagi kalau bukan suara sang Abang

"bicara apa kamu ha?! orang yang kamu sebut wanita itu adalah istri saya!" ucap Alvarez sambil menarik kerah baju sang adik

" kalau dia istri Abang dia pasti bela Abang bukan keluarga egoisnya itu!" tantang zavran

"tau apa kamu ha?! didikan kata mu tadi, saya suaminya! saya yang berhak mendidiknya kalau menurut mu dia salah yang pantas untuk kamu cemooh itu saya!" ucapan Alvarez kali ini tak bisa dibantah lagi oleh zavran yang kini memilih untuk diam

"dengar saya Zavran Albert Navrendra, dia adalah istri saya, kakak iparmu, ibu dari keponakan mu, serta wanita yang sangat saya cintai, hormati dia seperti kamu menghormati saya!" perkataan Alvarez sebelum meninggal rumah tersebut, tadi ia berniat untuk menanyakan sesuatu kepada papinya namun semuanya buyar setelah mendengar perkataan sang adik

Raihana saat ini tengah di membersihkan rumahnya, ia sudah berusaha meminta izin pada sang ayah untuk pulang,  walau memang di rumah tersebut ada pembantu tetapi dia dan Alvarez sama sekali tak membolehkan orang lain masuk kedalam kamar mereka yang menurutnya privasi.

seharian ini Raihana menghabiskan waktu nya di rumah, setelah beberapa hari ini ia tak kunjung dibolehkan oleh sang ayah untuk pulang. setelah menunaikan ibadah shalat asharnya Raihana mendengar suara motor yang tak lain adalah Alvarez.

"ibuk ada didalam bi?" tanya nya pada sang pembantu yang membukakan pintu

" ada pak mas Kenzo nya juga ada tadi baru pulang sekolah" ucap sang pembantu

"oh ya, hari ini ibuk ngapain aja?" ujarnya

"tidak kemana mana pak, cuma di rumah aja di kamar, tapii" ucapnya bingung harus menjelaskan atau tidak pada sang majikan

"tapi apa bi? bicara yang jelas" ucapan tegas tersebut kini terdengar

" tadi ibuk bawa amplop coklat ke ruangan kerja bapak, terus lama disana, waktu keluar ibuk nangis" tutur sang bibi yang membuat Alvarez heran, jantungnya berpacu mencoba menyangkal isi kepalanya

dengan cepat ia masuk, keruangan tersebut, menatap amplop coklat yang berlogo pengadilan agama, dibuka nya surat tersebut, sukurlah kertas putih itu masih bersih belum terdapat coretan tanda tangan istrinya. dengan terburu-buru ia keluar menuju kamarnya, waktu yang sangat tepat saat sang istri juga ingin keluar

"eh mas...mau saya siapkan makanan? atau mau mandi dulu?" tanyanya gugup saat melihat mata Alvarez yang kini menatap tajam dirinya

"apa ini?!" tanyanya tegas saat mereka sudah duduk di sofa

" ayah meminta kita bercerai mas" jawabnya sambil memainkan jarinya

"ha..yang saya nikahi itu kamu bukan ayahmu, jadi mengapa saya harus menceraikan mu atas perintah pak tua itu?!" ucap Alvarez tak habis fikir

" ini untuk kebaikanmu juga mas!, lihat jabatan mu dicopot dan kamu serta keluargamu di tuduh oleh masyarakat juga karena ku!" jawab Raihana

" kebaikan mana?! kebaikan melihat kita sama sama menderita karena perceraian sampah ini?! melihat Kenzo harus merasakan hal yang sama sekali kita tidak inginkan?!, kamu bilang masalah?! bahkan sebelum kamu masuk kedalam kehidupan saya, hidup saya sudah ada masalah!" ucapnya menggebu gebu

"apa mau mau tau masalah saya?  kamu adalah masalah saya, masalah terbesar saya adalah saya mencintai kamu dan bahkan tak ada wanita manapun yang saya inginkan selain kamu!" ujaran tegas dan menggebu itu  mampu membuat raihana ragu akan keputusannya tentang permaitaan ayahnya

cukup lama suasana hening menghampiri, sebelum akhirnya Alvarez tersadar setelah melihat wanitanya kini menangis.

" sudah Jangan menangis saya tau apa dilemamu, dan saya tidak ingin wanita secantik ini menjatuhkan air matanya, jika kamu anggap saya ini masalahmu kali ini saya mohon jangan buang masalahmu yang satu ini" ucapnya sambil tersenyum memperlihatkan senyum nya yang menawan

"mass.. "



"bagaimana aku bisa mencari sandaran lain, sementara kamu lebih dari kata sempurna untuk itu" -Raihana Siena Mahardika

*jangan lupa vote gaes*
*mau tanya nih mau ada scane perceraian atau tidak??*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang