"Tembakan"

147 20 1
                                    


Hari ini ntah kenapa hati Raihana begitu gelisah tak karuan, anagannya terbang melayang kehari dimana sang suami pamit untuk menjalankan tugas menjaga negara.

Beberapa Minggu yang lalu Alvarez pamit untuk pergi melakukan operasi di wilayah terpencil, disana banyak amat tindakan kejahatan, oleh karena itu ia dan para anggota kopassus dibawah naungan nya di minta mengamankan.

Hati nya benar benar tak karuan sejak tadi bahkan ia sama sekali belum kan hingga saat matahari mulai turun, sambil memandangi suasana sore di teras rumahnya

Untung saja sang anak Kenzo sedang bersama eyangnya, sehingga ia sedikit bisa menenangkan diri, Alvarez hanya itu yang ada di benaknya, entah kenapa ia merasa sangat merindukan sang suami.

"Mas...kamu harus selamat dan menepati janji mu menjadi garda terdepan kami" gumamnya air matanya menetes

sesak itulah yang ia rasakan, bagaimana tidak, sang suami tengah berjuang di Medan tempur dan ia tidak tau bagaimana keadaan nya

Sementara di sisi lain Alvarez tengah terbaring di sebuah ruangan bernuansa putih, dengan luka di sekujur tubuhnya, luka tembakkan yang mengeluarkan darah segar.

Petugas medis berusaha untuk menyelamatkan sang komandan, yang beberapa menit yang lalu tertembak, oleh 3 peluru secara berentet mengarah pada tubuhnya.

Di ruangan tersebut Rama yang merupakan Wakil Danjen Kopassus, Ilham serta yang lainnya juga berdoa agar sang komandan kopassus tersebut tak apa apa, suasana di sana begitu tegang.

"Kita tak mengabari ibuk? Atau jendral pak?" Tanya Ilham pada rama

Rama diam sejenak bagaimana pun keluarganya harus tau bagaimana kondisi sang komandan, tapi ia merasa ragu bagaimana nanti situasi nya menjadi tak terkendali.

"Nanti saja kita tunggu beberapa jam lagi, setelah ada kabar dari dokter baru kita bisa mengambil keputusan " ucapnya sambil melihat lurus pintu ig yang tertutup, Teman sahabat serta abangnyasedang bertarung nyawa di dalam.

"Bang anda harus tetap bertahan, pikirkan mbak Hana dan Kenzo!" Ucapnya dalam hati

Beberapa jam berlalu, bahkan azan magrib sudah dari tadi berkumandang, dan Rama serta yang lain baru saja kembali dari sholatnya.

Tak lama dari situ pintu terbuka, sang dokter dengan wajah penuh keringat baru saja keluar, dan langsung di sambut dengan pertanyaan yang terdengar begitu tegas namun ia langsung menatap dengan tajam serta raut wajah serius.

" Kondisi bapak Alvarez belum sepenuhnya membaik hanya beberapa persen kondisi nya baik dari yang dibawa kemari, jadi saya menyarankan untuk beliau di pindahkan ke ibu kota malam ini juga, karena di sana lebih lengkap alatnya" ucap panjang lebar sang dokter

Tak begitu jauh beda dari Raihana perasaan sang ibunda pun juga gelisah, bahkan dia dari tadi hanya memutar kesana kemari.

Damian pun sebenarnya gelisah juga tapi dia tak mau menunjukkan didepan sang istri, dia tak ingin istrinya tambah khawatir.

"Sudah sayang anak kita itu baik baik saja" ucapnya sambil menarik tangan sang istri, agar duduk tepat di sebelah nya yang saat ini sedang memeriksa tugas para mahasiswanya.

Di rumah Raihana hatinya masih tetap tak mengenakan, seperti ada sesuatu yang terjadi pada sang suami ia sangat takut.

Setelah mendengar semua itu Rama pun mengurus administrasi perpindahan sang komandan.

Saat selesai administrasi tersebut Rama pun memberanikan diri mencoba untuk menghubungi sang jendral yang merupakan ayah mertua Alvarez.

"Assalamualaikum jendral" hanya beberapa detik sang jendral akhirnya langsung mengangkat nya

"Ya ram semua baik baik saja kan?" Tanya nya heran biasanya mereka akan melaporkan pada siang hari

"Semua aman jendral!, tetapi komandan Alvarez sampai saat ini tak sadar kan diri, setelah tertembak 3 peluru beruntun kearahnya" ucap Rama sambil menutup mata nya

Diam dan hening tak ada jawaban dari sebrang sana, sang jendral besar tersebut sepertinya sedang meresapi perkataan Rama, yang baru saja mengatakan bahwa sang menantu, tengah terbaring antara hidup atau mati .

"Bagaimana?!" Tanyanya dingin

" Akan di bawa ke ibu kota jendral di RS TNI" ucapnya yang Hana mendapatkan deheman dari sang empu yang lalu mematikan sambungan tersebut.

Adanan begitu shock dengan kabar yang ia dapatkan, dia dengan terburu buru keluar untuk pergi kerumah Sang anak.

Dia melihat sang wanita yang tengah berdiam diri  Melihat bulan yang dipenuhi oleh bintang, malam yang sunyi hanya ada suara hewan menemani nya, demi apapun hari ini Raihana tampak sangat sangat gelisah.

Duk

dengan terengah-engah adanan baru saja tiba dengan pakaian yang sedikit berantakan tak seperti biasa nya yang senantiasa rapih dan bersih.

"Nak...apa yang kamu lakukan" tanyanya

"Tidak ada yah,yah Hana khawatir sama mas Al dari tadi perasaan hana gak nyaman yah, bilang pada Hana bahwa mereka baik baik saja kan yah, mereka biasanya kan hubungi ayah, baik baik aja kan yahh?!"ucap nya terburu buru dengan airmata yang mulai menggenang di pelupuk mata sambil menatap sang ayah yang juga matanya berkaca kaca, ia heran tak biasanya ayahnya mengeluarkan air mata, dengan menguatkan diri Raihana yakin bahwa telah terjadi sesuatu.

"Hana, sayang dengerin ayah..Suami mu..."



"Always stand beside you and be the front guard for your loved ones."-Alvarez Gilbert Navrendra

*Jangan lupa vote gaes"

Cinta Dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang