Setelah Alvarez pulang dari dinasnya, ia mendapatkan libur beberapa hari dan memanfaatkannya untuk bertemu dengan sang wanita.
Malam harinya, ia keluar dengan menggunakan motornya untuk menjemput sang wanita pemilik hatinya. Dengan parfum yang menyeruak dari tubuhnya, jaket kulit hitam, dan celana panjang, membuatnya semakin tampan.
Di sisi lain, Raihana sedang menunggu sang pria dengan mengenakan celana yang memang tren saat itu, karena ia sudah tahu bahwa hari ini Alvarez akan mengajaknya mengitari Jakarta dengan sepeda motornya.
Begitu sampai di depan rumah jenderal besar tersebut, Alvarez melihat sang wanita sudah berdiri menunggunya dengan sangat cantik. Dia terpana hingga tak sadar Raihana sudah ada di dekatnya.
"Hai, Mas?" ujar Raihana.
"Ah, ya Ren, ayo, ayo naik. Ini helmnya," ujar Alvarez gugup.
Raihana pun naik ke motor sang tentara tersebut, mengitari gelapnya Jakarta dengan hiruk-pikuk kota serta banyaknya muda-mudi seperti mereka yang sedang berjalan bersama.
Setelah 30 menit mengitari Jakarta, akhirnya Raihana dan Alvarez memutuskan untuk makan di sebuah restoran yang memang saat itu tengah hits. Beruntungnya, Alvarez baru saja mendapatkan bonus setelah pergi dinas kemarin.
Mereka berjalan masuk ke dalam dengan langkah yang berbarengan. Pasti setiap orang yang melihat akan bilang bahwa mereka adalah pasangan yang serasi. Tak dipungkiri, dari manapun, mereka itu setara — baik keluarga, pendidikan, ketampanan, dan kecantikan sangat-sangat setara.
Makan malam dihiasi dengan penuh tawa dan suasana romantis. Jujur saja, Alvarez tak pernah bersikap seperti ini pada siapapun, tapi pesona putri jenderal ini mampu membuatnya melakukannya.
"Mas, makanan di sini sangat enak, kapan-kapan kita ke sini lagi ya," ujar Raihana begitu gembira, karena wataknya mudah akrab dengan setiap orang dan dia juga sudah mulai nyaman dengan sang tentara.
"Oke, Han," ujar Alvarez lalu membawa motornya ke sebuah danau yang sangat indah, di mana terdapat lampu-lampu bergelantungan yang menerangi sekitarnya.
"Kekasih kamu tidak marah bila saya ajak jalan terus?" tanyanya, walau ia sudah mencari tahu bahwa Raihana tak memiliki kekasih, tapi ia tetap menanyakannya, ingin tahu langsung dari mulut wanitanya.
"Kekasih yang mana, Mas? Punya saja tidak, haha," ujar Raihana.
"Ya sudah kalau tidak punya, saya saja yang jadi kekasih kamu," ungkap Alvarez sambil memandang wajah Raihana, yang saat ini begitu terkejut akan ungkapan tersebut.
Pipinya memerah karena ungkapan itu, hingga merasa sudah bisa mengendalikan diri, Raihana berucap, "Ya sudah, jadi sekarang saya manggilnya MAS SAYANG gitu?"
Ujar Raihana menggoda Alvarez, karena ia tahu tentara tersebut tengah gugup, bahkan setelah mendengar perkataan tersebut, pipinya pula yang memerah. Dengan cepat, Alvarez memalingkan wajahnya saking gugupnya.
"Khm khm, ya sudah kita pulang sekarang," katanya sambil membawa minuman yang mereka beli tadi sebelum tiba di danau tersebut. Alvarez berjalan ke arah motornya, memasangkan helm kepada sang wanita yang saat ini sudah resmi menjadi kekasihnya.
30 menit perjalanan mereka tempuh dengan perasaan campur aduk. Raihana dengan kegugupannya, heran bagaimana dia bisa seberani itu menggoda Alvarez, dan Alvarez yang terus tersenyum karena sudah mendapatkan pujaan hatinya.
Setelah mengantarkan Raihana dengan selamat, ia pun pulang dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya dan bahkan berseri-seri. Ia masuk ke dalam rumah, menyalami kedua orang tuanya yang saat itu tengah menonton televisi, lalu bergegas masuk ke kamar.
Sampai di kamar, dia berganti pakaian dan berbaring di atas ranjang, melihat ke atas sambil tersenyum membayangkan wajah wanitanya.
Tak jauh berbeda dengan Alvarez, Raihana tengah tersenyum sambil merebahkan tubuhnya di kasur setelah membersihkan diri. Lelaki tampan dan mirip dengan sang ayah telah menjadi kekasihnya.
•
•
•"Jatuh cinta akan indah bila cinta itu berbalas, dan akan sangat sakit bila cinta itu tidak berbalas." — Alvarez Navrendra
•••
Jangan lupa vote, gaes!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dan Kesetiaan
Ficción GeneralTanpa cinta dunia ini hampa dan tanpa kesetiaan cinta itu tidak ada