kamu tak kan kehilangan saya

194 25 0
                                    


Tengisan Raihana mengiris sunyi malam yang hampa. Air mata yang tak kunjung reda mengalir deras saat Kenzo, sang anak, menghampirinya dengan tatapan penuh tanya, seolah dunia berputar terlalu cepat untuk dipahami.

"Ma, kenapa? Mengapa Papa tadi dimarahi Eyang? Kenzo kangen Papa, Ma! Kenzo mau ketemu Papa!" Suara Kenzo pecah, lugu dan penuh harapan, membuat hati Raihana semakin terhimpit. Dalam benaknya, setiap pertanyaan Kenzo adalah tamparan yang membuat rasa sakit semakin mendalam.

"Sayang, dengar kan Mama? Papa sedang ke rumah Eyang Damian," jawabnya dengan suara tercekat, berjuang menahan sesak yang mengancam. Dada yang terasa terjepit oleh rasa bersalah membuatnya tak sanggup menatap mata anaknya yang berbinar-binar, menanti jawaban.

Di luar, Diego dan Adanan, yang mendengar tangis mereka berdua, merasakan sakit yang tak terperi. Terutama Adanan, yang merasa terjebak di antara keinginan untuk melindungi keluarga dan rasa hormat pada sang ayah.

"Yah, Diego tahu Mas Al telah merusak kepercayaan Ayah. Tapi Diego mohon, dengarkan penjelasannya dulu! Jangan hanya mendengar dari satu sisi!" ucapnya dengan nada penuh harap. Setiap kata yang diucapkannya adalah usaha terakhir untuk memperbaiki hubungan yang telah retak.

"Yah, lihat! Cucumu, anak Ayah, akan kehilangan Papanya, suaminya, jika Ayah terus mementingkan egomu!" Suaranya menggema, memecah keheningan ruangan kerja Adanan. Suara itu mencerminkan kepedihan dan ketidakadilan yang teramat dalam, membuat Adanan terdiam seolah terkurung oleh kata-katanya sendiri.

Kini, Adanan Mahardhika terdiam, terpaku oleh kata-kata putra bungsunya yang penuh keluh kesah. Ia menyadari betapa besar konsekuensi dari keputusannya, namun ego dan tradisi keluarga mengikatnya.

"Keluar dan tenangkan keponakanmu," setelah beberapa menit, hanya itu yang keluar dari mulutnya. Perintah singkat yang penuh makna, namun tak mampu menyelesaikan kerumitan yang ada.

Diego, tak habis pikir dengan sang ayah, akhirnya keluar dengan membanting pintu sedikit keras. Hatinya bergejolak, bingung antara loyaltas pada keluarga dan cinta kepada sahabat.

"Yah, Rei tahu ini bukan ranah Rei, tapi coba Ayah dengarkan pembelaan Alvarez! Ini bukan hanya soal kita, tapi juga soal Raihana dan Kenzo. Rei tak bisa melihat mereka menangis seperti itu. Kita harus membicarakan ini dengan baik!" Ucap Reihan, dengan suara bergetar, penuh keinginan untuk mendamaikan pertikaian yang semakin tajam.

"Coba Ayah pikir, jika memang dia melakukan hal itu, sudah pasti dari dulu dia bisa menggulingkan Ayah. Bukan soal sulit baginya, apalagi dengan jabatan sebagai Pangkostrad," ucap Reihan sebelum melangkah keluar dari ruangan sang ayah. Ia merasa putus asa, seolah semua upayanya sia-sia.

Reihan melihat Diego berusaha menenangkan Kenzo yang masih terisak, lalu menghampiri mereka.

"Dek" sapanya, mencoba mengalihkan perhatian Raihana yang terdiam lemas, menatap derasnya hujan di luar sana. Hujan seolah mencerminkan kesedihan yang melanda jiwa mereka.

Pelukan hangat dari Reihan disambut Raihana dengan tangisan yang kembali pecah.

"Sudah, sudah. Tenangkan dirimu. Lihat Kenzo, dia saat ini membutuhkanmu" ucapnya lembut sambil mengelus kepala sang adik, berusaha menyalurkan ketenangan yang tak dimilikinya.

"Mas, mengapa Ayah tak mempercayai suamiku?! Saya, saya saksi bagaimana perjuangannya melawan papinya sendiri demi Ayah! Sekarang orang yang dia bela mati-matian malah tak dipercaya! Mengapa, Mas?!" Runtutan perkataan Raihana tak bisa diabaikan Reihan yang hanya bisa terdiam, berusaha menenangkan sang adik dengan pelukan yang erat.

Setelah melihat Raihana mulai tenang, Reihan pun membawanya pulang ke rumahnya.

"Sebaiknya kamu pulang sekarang dan tenangkan dirimu. Jangan dulu menemui Ayah, biar Mas coba berbicara sama Ayah, ya?! Siapa tahu Al dirumah bisa kamu bicarakan dengannya. Dia butuh kamu saat ini, dek," ucap Reihan, dan Raihana pun mengangguk setuju, pikirannya kini tertuju pada ketenangan Kenzo yang berusaha ia ciptakan.

Cinta Dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang