06. Ingin Cucu Laki-laki

524 103 7
                                    

Makan malam keluarga kali ini tidak hanya dihadiri oleh keluarga Jaejoong, tetapi juga seorang wanita. Wanita yang sama yang pernah dilihat Jennie bergandengan tangan dengan ayahnya. Jennie pun bertanya-tanya, apa maksud kedatangannya dan siapa yang mengundangnya.

"Gimana perusahaanmu, Jae? Lancar?" tanya Kim Jungwoo, ayah Jaejoong, membuka percakapan.

Seluruh keluarga telah berkumpul di ruang tengah, termasuk wanita asing itu yang tanpa malu duduk di sebelah Jaejoong, membuat Jessica cemburu.

"Ya, seperti biasa, Appa. Semuanya berjalan normal" jawab Jaejoong.

"Dan kalian berdua, apa belum lulus juga?" Jungwoo mengarahkan pertanyaannya pada Jennie dan Jisoo.

Mereka menoleh bersamaan dan menjawab serempak, "Belum" sebelum kembali menikmati makanan mereka.

"Apa kalian mau tunggu sampai dikeluarkan baru mau serius belajar?" sindir Jungwoo.

"Harabeoji, kami sedang berusaha, jadi bersabarlah" jawab Jisoo dengan tenang.

Lalu, Jungwoo menoleh kepada Jennie. "Dan kau, sampai kapan terus menyusahkan putraku?"

"Tuan, tenang saja. Saya akan segera lulus dan membayar semua biaya yang putra Anda keluarkan untuk saya" jawab Jennie sambil menatap tepat ke mata renta pria itu. Ia sadar dirinya hanyalah anak dari hubungan semalam, namun ia sudah berjanji akan mengganti seluruh uang yang telah Jaejoong keluarkan untuknya.

"Oh ya? Dengan apa? Apa kau sanggup? Anak haram sepertimu tak pernah kulihat sukses dalam hidupnya" balas Jungwoo dengan sinis. Emosi Jennie tersulut, namun ia masih bisa menahan diri.

"Lihat saja nanti. Saya akan membuat Anda bertekuk lutut di hadapan saya" jawab Jennie, menyombongkan diri.

"Ck, omong kosong. Semua orang bisa bicara besar seperti itu" Jungwoo mengabaikannya.

"Makanya, punya telinga dibersihkan sekali seminggu biar gak tuli. Udah gue bilang bakal gue buktiin nanti" balas Jennie dengan nada informal, karena kesabarannya sudah menipis.

Jungwoo hanya menggelengkan kepalanya dan kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Jaejoong dan wanita misterius di sebelahnya. "Sesuai kesepakatan kita dengan keluarga Aera, kalian akan menikah bulan depan"

Brruuuh!

Jennie langsung menyemburkan air dari mulutnya dan terbatuk-batuk. Jisoo di sampingnya dengan cepat menepuk-nepuk punggung Jennie.

"Aku belum memutuskan, Appa" balas Jaejoong, yang tadinya menatap Jennie, lalu beralih pada ayahnya.

"Dia akan memberikanmu anak laki-laki untuk mewariskan garis keturunan keluarga Kim. Istrimu ini bahkan tidak bisa memberi anak laki-laki, hanya perempuan. Itu pun kembar!" cerocos Jungwoo. Jessica hanya bisa menunduk malu.

"Terus, kalau anak perempuan gak bisa jadi pewaris?" Jisoo menyelutuk.

"Benar, aku rasa otak si kakek tua ini udah rusak" timpal Jennie dengan tajam.

"Apa susahnya memimpin perusahaan? Kenapa harus laki-laki? Orang gila pun bisa melakukannya" tambah Jisoo lagi, disambut dengan tawa dari Jennie. Tidak ada satu pun anak yang rela ibunya diduakan.

"Heh, kalian seharusnya sadar diri. Sudah berapa tahun kuliah tapi belum lulus-lulus? Kalian mau memimpin perusahaan? Mimpi saja!" sahut Kim Sunghoon, anak dari kakak Jaejoong.

"Lalu kamu gimana? Udah cepat lulus, tapi nganggur juga. Mending kita, statusnya masih mahasiswa" balas Jisoo dengan cepat, membuat Sunghoon terdiam tak berkutik.

Seo Yeaji, ibu Jaejoong, menambahkan, "Kamu hanya perlu menikah lagi, bukan diam-diam membuat anak dengan mantan di tempat gelap"

"Tapi aku sering lihat Daddy jalan sama Ahjumma ini. Waktu itu kupikir sekretarisnya, tapi ternyata..." Jennie tidak menyelesaikan ucapannya, hanya menatap wanita di sebelah Jaejoong dengan pandangan sinis.

"Kenapa Lo nggak ngomong sih, Jen? Kan bisa kita labrak" protes Jisoo.

"Mana gue tau kalau mereka selingkuh. Kalau tau, udah gue ceburin ke got" balas Jennie sambil memutar matanya.

Seo Yeaji berkata lagi, "Kami sudah bilang padamu sebelum menikahinya. Dia tidak cocok denganmu, tapi kamu tetap menolak Aera demi dia. Sekarang lihat, dia tidak bisa diharapkan"

"Kalau kamu tidak mau menceraikannya, itu tidak masalah. Kami tidak memaksa. Tapi yang penting, kamu harus menikahi Aera" lanjutnya.

"Maaf, kalau begitu biar aku saja yang mundur. Aku tidak mau dipoligami" kata Jessica akhirnya bersuara.

"Sica-ya," ucap Jaejoong sambil mencoba meraih tangannya, namun disentak kasar oleh Jessica.

"Bagus kalau begitu. Kami akan mengurus surat cerai untukmu. Kamu tenang saja, kami akan memberikanmu setengah dari harta keluarga Kim" kata Yeaji.

"Aku tidak butuh harta kalian. Aku hanya ingin hak asuh anak-anak ada padaku" jawab Jessica tegas.

"Woah, bagus sekali kalau kamu mau mengurus beban-beban ini. Putraku tidak perlu repot-repot lagi membiayai anak-anak sial ini" ejek Yeaji.

Jessica memejamkan mata, hatinya terasa sakit terus-menerus direndahkan oleh keluarga suaminya. Ia tidak tahan lagi.

"Jangan mundur, Mom. Kalau Mommy mundur, mereka akan menang" ucap Jennie, melarang Jessica bercerai dari Jaejoong.

"Apa kamu takut tidak bisa hidup mewah lagi?" sindir Yeaji.

"Ratu tanpa raja tetaplah ratu, tapi raja tanpa ratu bukanlah apa-apa" balas Jennie sarkastis.

"Benar! Tanpa kami, kalian nggak bakal punya keturunan" timpal Jisoo.

"Soal jenis kelamin itu urusan Tuhan. Kalau mau protes, pergi saja ke langit, tinggal di sana selamanya daripada menyusahkan di bumi" kata Jennie lagi dengan tajam, membuat Jungwoo dan Yeaji terdiam.

"Kau menyuruhku mati?" tanya Jungwoo.

"Kalau bisa, sekarang juga aku akan sujud syukur" balas Jennie sambil bersila.

"Aku tidak mau, Appa, Eomma. Apa yang Jisoo katakan benar. Anak laki-laki tidak harus jadi pewaris. Dia bisa melanjutkan perusahaan keluarga," ucap Jaejoong.

"Tapi Eomma ingin punya cucu laki-laki darimu, Jae" desak Yeaji.

"Kalau Eomma dan Appa hanya ingin membahas ini, lebih baik kalian pulang. Aku tidak mau mendengar lagi" tegas Jaejoong, lalu beranjak pergi ke kamarnya. Meskipun ia dekat dengan Aera, Jaejoong tidak memiliki perasaan apa pun padanya. Dia juga tidak pernah menuntut Jessica untuk melahirkan anak laki-laki, jadi ia tidak masalah jika semua anaknya perempuan.

"Hihi, kasihan nenek lampir" cicit Jennie sambil tertawa. Aera, yang merasa dipermalukan, segera undur diri tanpa disuruh.

"Dasar anak-anak beban" desis Yeaji sambil berdiri, diikuti oleh yang lainnya keluar dari rumah. Untungnya mereka tidak menginap di mansion.

"Berhasil!" seru Jennie dan Jisoo sambil ber-tos.




















Tbc


Trouble Maker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang