39. Harapan Untuk Pengampunan

202 62 6
                                    

Taecyeon mengantarkan Jennie pulang dari rumah sakit meskipun Jennie sudah menolak dengan tegas. Dia bisa pulang sendiri, tetapi Taecyeon tetap memaksa, bersikeras ingin memastikan putrinya sampai di rumah dengan aman. Begitu mobil berhenti di depan mansion, Taecyeon hendak segera pamit, tetapi suara Jaejoong yang terdengar tegas menghentikan langkahnya.

"Bagaimana kondisi Tuan Jang? Apa semakin memburuk?" tanya Jaejoong kepada Jennie, tanpa memedulikan keberadaan Taecyeon.

Jennie mendesah, merasa sedikit tegang.

"Tadi setelah operasi, keadaannya stabil, Dad. Tapi karena kecerobohan seorang perawat yang meninggalkannya sendirian, ternyata tabung oksigennya habis dan dia mengalami kejang-kejang" jelas Jennie dengan suara rendah.

Jaejoong mengusap wajahnya dengan kasar, frustrasi.

"Apa yang akan kujelaskan pada istrinya? Aku yang merekomendasikan dia untuk berobat padamu, Jennie. Kenapa kau tidak bisa sekali saja menghindari kesalahan?" bentaknya, membuat Jennie menunduk, merasa terpojok.

Taecyeon, yang mendengar putrinya dimarahi tanpa ampun, segera pasang badan.

"Sudahlah, Jae. Ini bukan sepenuhnya kesalahan Jennie. Yang penting sekarang keadaan pasien itu kembali stabil"

Namun, campur tangan Taecyeon justru memperburuk situasi. Amarah Jaejoong semakin menggelegak.

"Jangan ikut campur! Kau bukan siapa-siapa di sini!" seru Jaejoong dengan tatapan tajam.

Taecyeon tetap berdiri tegak, menahan emosi.

"Aku ayahnya, dan aku tidak terima kau memarahinya seperti ini. Kau boleh membenciku, tapi jangan salahkan Jennie terus-terusan. Dia ada karena perbuatanku, dan aku siap menanggung semuanya"

Jennie menoleh, menatap Taecyeon dengan penuh keheranan. Untuk pertama kalinya, ia melihat ketulusan di balik wajah pria yang selama ini dianggapnya sebagai bayangan kelam masa lalu. Ada sesuatu yang berbeda dalam sorot mata Taecyeon, sesuatu yang selama ini tidak pernah ia rasakan dari Jaejoong, kasih sayang seorang ayah yang sebenarnya.

Jaejoong, tidak ingin melanjutkan perdebatan di depan pintu, akhirnya menyerah. Ia memutar tubuh dan masuk ke dalam rumah tanpa sepatah kata lagi. Suasana menjadi sunyi, hanya tersisa Jennie dan Taecyeon di ambang pintu.

"Aku pulang dulu ya" ucap Taecyeon dengan lembut, sebelum mengusap rambut panjang Jennie dengan kasih. "Jangan terlalu dipikirkan, kamu sudah melakukan yang terbaik"

Jennie hanya mengangguk pelan, masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Setelah itu, Taecyeon beranjak pergi, meninggalkan putrinya dengan berbagai pikiran yang berkecamuk.

Namun, begitu Jennie melangkah masuk ke mansion, ia disambut oleh tatapan tajam ibunya. Jessica berdiri di tengah ruangan, matanya memancarkan kekecewaan yang mendalam.

"Apa ini, Jennie? Kamu berhubungan dengan pria itu?" suara Jessica terdengar dingin, langsung menusuk Jennie.

Jennie menunduk, menatap lantai, sambil memutar-mutar jari-jemarinya dengan gelisah.

"Maaf" cicitnya, suaranya hampir tak terdengar.

"Kamu sendiri yang bilang kalau kau tak ingin melihat wajahnya lagi atau berhubungan apapun dengannya!" Jessica melanjutkan, kini dengan nada semakin keras. "Kamu lupa apa yang telah dia lakukan pada Mommy? Dengan mendekatinya, kamu sama saja melukai hatiku!"

Jennie semakin menunduk, tidak bisa menahan perasaan bersalah yang menekan dirinya.

"Maaf, Mommy..." ucapnya lirih, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 11 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trouble Maker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang