19. Di Balik Helm dan Toga

511 117 7
                                    

"Lo yakin mau ikut, Jen?"

Gadis bermata sipit dengan rambut hitam yang menjuntai hingga pinggang tampak berusaha meyakinkan Jennie.

"Yakin lah, masa gue bercanda" balas Jennie, matanya fokus memasang sarung tangan motor, kemudian memasang helm yang menutupi hampir seluruh wajahnya.

"Tumben banget. Biasanya Lo gak mau ikut yang beginian" goda gadis bermata sipit itu sambil tersenyum, mencoba memancing reaksi Jennie.

"Bisa gak sih gak usah banyak tanya? Lo kek polisi aja, bawaannya interogasi mulu" balas Jennie ketus, menyemprot balik tanpa ragu.

"Ntar kalah nangis lagi Lo" sindir gadis itu sambil tertawa kecil.

"Idih! Gue pikir Lo udah tahu, gue bukan bocah SD lagi" sergah Jennie. Gadis bermata sipit itu tertawa lebih keras, matanya semakin sipit hingga seolah menghilang ketika tertawa.

"Ya udah, cepetan napa. Sekarang lawan gue siapa?" tanya Jennie sambil memeriksa motornya sekali lagi, memastikan semuanya siap.

"Doyeon" jawab gadis itu singkat.

"Si blasteran jangkung itu?" Jennie teringat gadis tinggi yang pernah dilihatnya, terkenal sebagai pembalap jalanan dengan keterampilan luar biasa. Gadis bermata sipit itu hanya mengangguk.

"Hadiahnya apa, Seul? Kalau gue menang" tanya Jennie penuh antusias, matanya berkilat penuh harap.

"Uang seratus juta" jawab Seulgi, membuat mata Jennie terbelalak. Nominal itu terdengar sangat menggiurkan di telinganya.

"Woah, banyak juga duit nih cewek" gumam Jennie kagum.

"Dia anak tunggal orang kaya raya, ya pasti tajir lah" sahut Seulgi sambil tersenyum penuh arti. Jennie tersenyum lebih lebar. Di dalam hati, ia sudah bertekad untuk membawa uang itu pulang malam ini.

Tak lama kemudian, sebuah motor balap berhenti tepat di sebelahnya. Gadis yang akan menjadi lawannya malam ini membuka helmnya, memperlihatkan wajah cantik yang memancarkan aura percaya diri.

"Hai, aku Doyeon" sapa gadis itu dengan ramah.

"Aku Jennie" balas Jennie singkat. Pertarungan mereka tak butuh banyak basa-basi, yang penting adalah siapa yang menang di lintasan.

"Siap!" teriak Seulgi, memberi aba-aba bahwa perlombaan segera dimulai. Jennie dan Doyeon serempak menggas motor mereka, suara mesin yang menderu-deru memecah malam. Di balik helm hitamnya, Jennie menyeringai tajam. Adrenalin mengalir deras dalam tubuhnya.

"1... 2... 3!" Seulgi menghitung mundur.

Fiuttt!

Suara peluit melengking. Dalam sekejap, motor Jennie, Doyeon, dan beberapa pembalap lainnya meluncur kencang, melibas lintasan sirkuit dengan kecepatan penuh. Jennie menambah kecepatan motornya hingga mencapai batas maksimal. Dia dan Doyeon saling menyalip satu sama lain, berusaha keras menjadi yang pertama mencapai garis finish.

Disaat jarak mereka semakin dekat dengan garis finish, motor Jennie dan Doyeon berlari hampir bersamaan, roda-roda mereka nyaris bersentuhan.

Fiuttt!

Jennie mencapai garis finish terlebih dahulu. Senyum kemenangan terpampang jelas di wajahnya yang masih tersembunyi di balik helm.

"Selamat, Jennie" Doyeon menghampirinya dan memberikan ucapan selamat dengan tulus.

"Terima kasih,l" balas Jennie dengan anggukan singkat. Kemenangan ini adalah miliknya, dan ia tak akan menyia-nyiakannya.

Seulgi datang dari belakang membawa sebuah amplop tebal.

Trouble Maker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang