20. Antara Kesuksesan dan Keluarga

644 128 17
                                    

Dua tahun telah berlalu. Jennie masih belum mau pulang ke mansion. Setiap hari dia menyibukkan diri dengan bekerja. Boy grup jebolannya kini sukses di pasar internasional. Banyak pujian yang ia terima dari masyarakat tentang musik dan kualitas artisnya. Saham agensinya pun meningkat signifikan. Di rumah sakit, ia bekerja sebagai dokter spesialis bedah di rumah sakit milik orangtua salah satu sahabatnya, Bae Joohyun.

Untuk ke depan, Jennie mau fokus bekerja sebagai dokter. Urusan perusahaan ia serahkan kepada tangan kanannya. Menyelamatkan nyawa orang lebih penting dari segalanya. Meskipun pekerjaannya lebih melelahkan dua kali lipat dari di perusahaan, Jennie menikmatinya.

"Lo masih gak mau pulang, Jen?"

"Gue pulang kalau udah sukses, Hyun" jawab Jennie.

"Tapi lo udah sukses. Gak kasihan sama keluarga lo yang lagi nunggu di rumah?" kata Bae Joohyun, anak pemilik rumah sakit sekaligus sahabat Jennie.

"Gue mau bahagiain Mommy, Hyun, tapi gue bingung gimana caranya" tutur Jennie, mengutarakan keluh kesahnya.

Semenjak bekerja dan bergaul bersama masyarakat, Jennie tidak lagi menjadi orang dingin dan acuh tak acuh.

"Dengan lo pulang ke rumah aja udah cukup buat dia bahagia, Jen. Tapi kalau lo mau, lo bisa ngasih dia uang belanja bulanan atau barang mewah. Menurut gue itu udah cukup" saran Joohyun.

Jennie menghela napas berat. Ada banyak hal yang ia lewatkan di mansion, termasuk ulang tahun si kembar. Ribuan pesan dari Jisoo terus meneror siang dan malam, bercerita bahwa si kembar merindukannya. Kalau diingat lagi, momen saat mereka bermain bersama membuat air mata Jennie meleleh. Kini si kembar yang membuat onar tersebut telah genap dua tahun lebih. Jennie tidak menyangka telah melewati satu tahun panjang bersama dua bocah menyebalkan itu. Biasanya, setiap pagi mereka selalu datang membangunkannya sembari membawa sapu ke kamarnya.

"Lo mau pulang lebih awal sekarang?" Joohyun bertanya usai jeda panjang di antara mereka.

"Nanti gue pikirin lagi, gue ada urusan penting sebentar di perusahaan. Bisa gue izin sekarang?"

"Arraseo" ucap Joohyun.

Usai mendapat izin dari atasan, Jennie mengganti pakaiannya ke pakaian kantor, pakaiannya pagi tadi saat datang ke sini.

"Oh," kaget Jennie menemukan banyak wartawan membawa kamera di depan rumah sakit.

"Jennie-ssi, tolong katakan sesuatu di kamera" teriak salah satu wartawan, menodongkan kamera ke wajah Jennie. Jennie pun tersenyum seraya melambaikan tangan menyapa kamera.

"Apakah rumor kalau Anda mengencani salah satu boy grup naungan Anda itu benar?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah rumor kalau Anda mengencani salah satu boy grup naungan Anda itu benar?"

"Rumor itu tidak benar. Saya sedang tidak berkencan dengan siapapun" kata Jennie menjawabnya dengan tenang. Ia melambaikan tangan sebelum masuk ke dalam mobil.

"Jendeuk anjim. Awas aja kalau pulang lo" gerutu Jisoo yang sedang menonton Jennie di TV bersama yang lain.

Keluarga besar Kim tahu kalau Jennie adalah seorang CEO entertainment dan dokter bedah di salah satu rumah sakit di Seoul. Mereka tidak pernah menyangka Jennie memiliki perusahaan di samping menjadi dokter. Sebelumnya, saat boy group naungannya itu debut, Jennie tidak ada di sana sebagai CEO agensi. Ia menyuruh Chaeyeon mewakilinya datang ke setiap acara.

"Bisa-bisanya dia gak ngomong ke gue kalau dia punya agensi" gerutu Jisoo merasa dikhianati oleh sang adik.

Beberapa jam kemudian, mereka melihat berita Jennie menolong korban kecelakaan di jalan dengan memberikan CPR manual. Setiap kegiatan Jennie selalu diliput oleh media. Jennie terkadang seperti seorang idol yang memiliki fansite sendiri.

"Dia dokter atau idol sih, kenapa isi beritanya dia semua?" dengus Jisoo. Bukannya iri melainkan bangga tetapi juga heran. Tak ayal sebab Jennie memiliki privilege sendiri.

"Makanya Ji, kerja biar orang-orang juga beritain kesuksesan kamu" ucap Jaejoong.

"Aku gak sudi kerja di perusahaan Daddy"

"Terus kamu mau kerja apa?"

"Udah telat nanya-nya" jawab Jisoo ketus.

"Tapi katanya dia bakal balik kalau udah sukses. Kok gak pulang-pulang sih, Mom?"

"Mommy juga gak tau, nak"

"Anak itu juga gak pernah jawab telepon dan pesan-pesan ku. Apa perlu ku samperin dia ke rumah sakit itu?" gerutunya mengomel terus sejak tadi.

"Chunie delek"

Jisoo langsung menoleh. Apa dia tidak salah dengar kalau Lisa baru saja mengejeknya jelek?

"Apa, kamu bilang aku jelek?"

"Ung," angguk Lisa.

Ketika Jisoo hendak menangkap Lisa, Chaeyoung datang membawa raket memukul kepalanya.

Tung

Jessica meringis mendengar bunyi renyahnya. Jisoo langsung memegang kepala dan terus menangis, menendang-nendang angin. Si kembar langsung sembunyi di balik punggung sang ayah. Cepat-cepat Jessica memeluk si sulung. Kasihan dia selalu jadi korban kekerasan si kembar.

"Sudah, nanti tambah jelek"

"Mommy juga" dengus Jisoo melepas paksa pelukan Jessica tetapi Jessica memeluknya semakin erat sambil terkekeh.

Chaelisa kembali mendekati Jisoo. Kali ini mereka menarik rambutnya.

"Baby" tegur Jessica.

"Mommy baby" ucap Chaeyoung, menggigit lengan Jisoo.

"Yepas," ucap Lisa cadel, menarik-narik rambut Jisoo agar melepaskan ibunya.

"Ini Mommy ku, bukan Mommy kalian"

"Baby no, tidak boleh jahat pada Unnie-nya atau tidak Mommy kasih uyyu" ancam Jessica. 

"Uyyu"

"Gak boleh, kalian harus diet" ucap Jisoo.

Grep

"Aaaa!" jerit Jisoo mendapat gigitan lagi dari Chaelisa. Jessica antara kasihan dan ngakak menyaksikan pertengkaran anak-anaknya.

"Makanya jangan usilin mereka terus"

"Kan mereka dulu yang mulai" balas Jisoo membela diri.

"Peluk saja nenek lampir itu"

"Heh," tegur Jessica, mencubit punggungnya. Bisa-bisanya Jisoo mengatakan Yeaji nenek lampir di depan orangnya sendiri.

"Emang nenek lampir kok, dia aja gak protes"

"Lihat tuh anakmu, Jae. Kurang ajar semua" adu Yeaji. Jaejoong hanya bisa diam sambil menggeleng kepala.

"Mending kurang ajar daripada gak tau malu" sahut Jisoo tidak kenal takut. Ia dan Jennie dari dulu tidak pernah dekat dengan keluarga Jaejoong sebab terlalu sering dibanding-bandingkan dengan cucu laki-lakinya.

"Heh," Jessica lagi-lagi mencubit pinggang Jisoo.

"Gara-gara dia, adik gue kabur. Dasar nenek tua beban" decak Jisoo meluapkan kekesalannya.

"Jisoo" tegur Jaejoong.

"Apa! Daddy mau marah dan nampar aku kayak Jennie? Silahkan tampar" kata Jisoo menantang sang ayah. Muak menghadapi sikap egois ayahnya yang selalu mementingkan keluarganya.

"Dia yang memilih jalannya sendiri" jawab Jaejoong tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Dia kek gitu karena Daddy. Kalau pun bukan anak Daddy, seharusnya Daddy gak nyakitin dia. Daddy gak berhak nyakitin adikku!"

"Terus kamu nyalahin Daddy?"

"Emang salah Daddy" ucap Jisoo lalu beranjak pergi ke kamarnya. Bagi Jisoo, Jaejoong lah yang bertanggungjawab atas kepergian adiknya dari rumah. Ia tidak bisa lagi bermain dengan Jennie ataupun sekedar bertemu. Jennie selalu menolak panggilannya dan tidak pernah membalas satupun pesan darinya.
















Tbc

Trouble Maker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang