15. Pagi yang Berantakan

565 106 7
                                    

Akibat begadang semalaman, dua gadis Kim, Jisoo dan Jennie, masih tertidur pulas sementara si kembar, Lisa dan Chaeyoung, sudah bangun lebih awal. Dua bayi gempal itu perlahan-lahan beringsut turun dari kasur, berpegangan pada selimut agar kaki mungil mereka bisa menyentuh lantai.

Lisa, dengan rasa ingin tahu yang khas, mulai menjelajahi kamar luas milik Jisoo. Mereka semua tidur bersama di kamar Jisoo, atas permintaan sang kakak sulung. Dalam pencariannya, Lisa menemukan raket nyamuk. Ia tersenyum jahil ke arah Chaeyoung, yang membalas dengan senyuman sama-sama mencurigakan.

Tanpa peringatan, mereka mulai memukul pantat Jisoo dan Jennie.

Plak! Plak! Plak!

"Tatatah mamamam," celoteh Lisa sambil memukul pantat Jisoo dan Jennie dengan sekuat tenaga.

"Aw! Aw!" teriak Jennie sambil menggeliat untuk menghindari serangan si bayi. Jisoo pun ikut terkejut bangun dari tidurnya, berusaha menghindari pukulan yang tak henti-hentinya.

"Ya, bocah nakal, letakkan raket itu!" seru Jisoo sambil berdiri di atas kasur, menunjuk Lisa dengan tegas.

Lisa hanya menggeleng dan mendekap erat raket tersebut. Sementara itu, Jennie yang masih setengah sadar hanya melanjutkan tidur dengan santainya, tanpa menyadari kegaduhan di sekitarnya.

"Bangun, Jennie Kim!" teriak Jisoo begitu keras hingga mengalahkan suara toa masjid. Jennie yang kaget seketika terbangun dengan wajah bingung.

"KIM JISOO SIALAN!!!" balas Jennie marah, menahan rasa kantuknya.

Setelah drama panjang pagi itu, mereka akhirnya duduk di depan TV, menonton drama Korea untuk meredakan stres. Namun, suasana di rumah benar-benar kacau. Mansion besar itu terlihat berantakan. Sampah plastik makanan bertebaran di lantai, bantal sofa berserakan, wastafel penuh dengan piring kotor, dan tumpukan baju yang belum dicuci semakin menggunung. Dua gadis Kim memang terkenal malas.

"Bau apa ini?" Jennie menjepit hidungnya saat mencium aroma tidak sedap yang menyengat.

"Mulut lo dekat sama hidung, makanya bau" balas Jisoo sambil tertawa kecil.

"Bukan itu, goblok! Ini baunya kayak bau... eeek" Jennie mulai panik.

Dengan cepat, ia menoleh ke arah si kembar yang sedang bermain di karpet. Lisa dan Chaeyoung terlihat tak bersalah, namun aroma busuk yang memenuhi ruangan jelas-jelas berasal dari mereka.

"Siapa yang poop?" tanya Jennie sambil mendekati mereka.

Lisa menunjuk Chaeyoung, dan Chaeyoung dengan cepat menunjuk Lisa. Mereka saling menyalahkan sambil memasang ekspresi puppy eyes yang memelas.

"Jujur! Kalau nggak, gue buang ke laut!" ancam Jisoo dengan wajah serius.

Namun, kedua bayi itu tetap tak mau mengaku. Jennie akhirnya memutuskan untuk memeriksa pampers mereka satu-satu.

"Dua-duanya, Unnie. Huwek!" Jennie memalingkan wajahnya sambil menahan muntah. "Unnie, bersihin poop mereka. Gue jijik"

Tiba-tiba, terdengar suara bel rumah berbunyi. Ting Tong!

"Lo aja yang bersihin, ya. Gue buka pintu" cengir Jisoo sambil melarikan diri dengan cepat, berharap tamu yang datang bisa menyelamatkannya dari tugas membersihkan poop si kembar.

Dengan berat hati, Jennie menggendong kedua adiknya ke kamar mandi. Dia terpaksa melakukannya karena jika mengandalkan Jisoo, dua bayi itu mungkin akan bau poop sepanjang hari.

"Aku bersihin Chaeyoung dulu. Kamu tunggu di sini, ya" kata Jennie pada Lisa, yang tampak tidak sabar. Namun, tak lama setelah itu, Lisa membuka pampersnya sendiri, tak tahan dengan rasa tidak nyaman yang ditimbulkan. Dia kemudian berjalan mendekati Jennie dengan tawa jahil.

"Nni" panggil Lisa.

Jennie menoleh, dan sebelum sempat bereaksi, Lisa sudah menyodorkan tangan mungilnya yang penuh poop ke wajah Jennie.

"Huuwwaa!!!" Jennie menjerit histeris. "Xixi pup" sahut Lisa dengan polosnya.

Jennie yang sudah di ambang batas kesabaran, hanya bisa menangis pelan. Sebenci apapun pada situasi ini, dia tidak bisa berbuat kasar pada si kembar.

Setelah urusan di kamar mandi selesai, Jennie mencuci mukanya berulang kali dengan sabun, berusaha menghilangkan bau tak sedap yang seolah masih melekat. Setelah merasa cukup bersih, ia kembali bergabung dengan Jisoo di ruang tengah.

"Siapa tamunya, Unnie?" tanya Jennie saat mendudukkan dirinya di sebelah kakaknya.

"Bibi Hwang ngasih gamjatang" jawab Jisoo sambil mengangkat kantong kresek yang ia bawa dari dapur. Bibi Hwang, tetangga sebelah mereka, memang sering mengantarkan makanan karena tahu kondisi mereka yang sedang ditinggalkan orang tua.

Di meja makan, mereka terdiam. Sudah dua hari orang tua mereka hilang tanpa kabar, dan suasana menjadi semakin tegang. Dimana Jaejoong dan Jessica. Apa terjadi sesuatu diluar sana kepada mereka. Sampai saat ini pun ponsel mereka tidak dapat dihubungi. Menambah kegelisahan dihati Jensoo.

"Unnie, sebaiknya besok kita ke kantor Daddy buat tanya langsung ke paman Lee" usul Jennie.

"Paman Lee juga nggak tahu di mana Daddy. Gue udah telepon tadi" jawab Jisoo datar.

"Serius? Terus mereka kemana? Biasanya kan Daddy atau Mommy selalu kasih tahu kalau mau pergi" Jennie semakin bingung.

Jisoo pun berteori, "Kurasa mereka sengaja pergi dan meninggalkan si kembar sama kita"

Spekulasi Jisoo terasa masuk akal bagi Jennie, mengingat hubungan mereka yang tidak terlalu dekat dengan si kembar. Mungkin ini cara orang tua mereka agar mereka bisa lebih dekat dengan adik-adiknya.

"Tapi apapun alasannya, mereka seharusnya nggak ngilang gini. Setidaknya, kalau mau ninggalin kita, kasih uang dulu yang banyak" keluh Jennie kesal.

Jisoo pun tertawa kecil, meskipun dalam hatinya juga kesal. Mereka pun melanjutkan makan dengan perasaan yang campur aduk.


















Tbc

Trouble Maker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang