04. Izin Nongkrong

498 97 2
                                    

Di depan tembok, kepala keduanya tertekuk ke bawah. Sudah setengah jam mereka berada dalam posisi seperti ini. Mereka ingin duduk, tetapi dimarahi lagi. Jennie dan Jisoo putus asa. sepertinya untuk hari ini mereka tidak akan bisa bermain di luar.

Jennie mengintip ke belakang sedikit. Jessica sedang asyik mengobrol bersama SNSD. Ini kesempatan bagus untuk kabur.

"Unn"

"Hmm"

"Kabur yuk, aman tuh," ucap Jennie memberi kode agar Jisoo melirik ke belakang.

"Gimana caranya?"

Jennie tidak menjawab, melainkan membaringkan tubuh di lantai. Gadis itu merayap seperti cicak dan beringsut sedikit demi sedikit. Jisoo tersenyum dan segera menuruti Jennie. Kini keduanya sudah sampai di sofa tempat Jessica duduk. Setelah mengambil napas sejenak, mereka melanjutkan perjalanan.

"Kalian ngapain di sana?"

Keduanya memejamkan mata. Gawat, mereka ketahuan. Jennie dan Jisoo kompak melirik bersamaan ke sumber suara. Jessica dan yang lain melihat mereka.

Saat duo J hendak kabur, ucapan Jessica berhasil membuat mereka berhenti.

"Kalau keluar tanpa seizin Mommy, entar kenapa-kenapa pas di jalan"

"Mommy doain kita biar kecelakaan gitu?"

"Enggak. Mommy cuma ngingetin" ucapnya lalu meneguk jus mangga buatan Jennie yang tersisa sedikit.

"Mommy ayolah, kita mau main ke luar. Biasanya Mommy gak pernah ngelarang"

"Udah berapa kali Mommy bilang nggak boleh. Kalian ngapain senang banget nongkrong di rumah orang? Mana campur lagi laki-laki sama perempuan"

"Kita gak ngapa-ngapain kok"

"Iya, gak ngapa-ngapain tapi kita gak bisa menghindari bahaya. Kalian itu cewek loh, nak. Kalian itu seperti telur. Jangankan pecah, retak saja orang gak mau" nasehat Jessica sebagai ibu kepada anak perempuannya.

"Kalau nongkrong sama teman-teman cewek semua gak apa-apa. Ini teman cewek kalian bawa pacarnya main ke rumah, sampai nginap lagi di sana"

"Mau main" rengek keduanya kini telah banjir air mata. Bukan air mata buaya. Bukan pula sedang berakting. Anak-anak ini dari dulu tidak suka di rumah.

"Yasudah, pergilah" ucap Jessica sudah pasrah sambil memalingkan muka. Melihat itu, Jensoo tidak bisa pergi dengan tenang. Wanita itu diam-diam menyembunyikan air matanya.

"Kita gak jadi pergi" ucap Jennie, pergi duduk di sebelah kanan Jessica, sedangkan Jisoo duduk di sebelah kiri.

"Yaudahlah, jangan nangis nanti tambah jelek" bujuk Jisoo menghapus air mata ibunya.

Jennie pun menyandarkan kepalanya di bahu sang ibu. Kalau tidak diperbolehkan keluar, setidaknya dia bisa tidur.

"Kalau gak boleh keluar, seenggaknya kita boleh tidur daripada jadi babu" ucapnya membuat Jessica hampir tertawa. Jisoo pun merebahkan kepalanya di bahu Jessica. Keduanya menyamankan posisinya di sana. Tidak butuh waktu lama, Jensoo tertidur.

"Kenapa kau menangis?"

"Aku gak mau apa yang sudah terjadi pada aku terjadi juga pada mereka. Mereka masih sangat muda. Perjalanan hidupnya masih panjang. Pergaulan bebas sedang marak sekarang" ujar Jessica menceritakan kekhawatirannya.

Tangan Jessica membelai pipi keduanya. Anak yang selalu menjadi korban keganasannya ini sekarang menjadi bayi kecil saat tertidur.

"Mommy" rengek Jennie.

"Apa?"

"Main"

"Astaga, masih belum lupa soal mainnya" kekeh Tiffany merasa gemas.

"Kalian boleh keluar asalkan jangan kumpul kebo di rumah orang"

"Terus kita ngapain dong?"

"Ya terserah, mau jalan-jalan ke mana gitu. Mau nonton bioskop, shopping, atau apa kek"

"Serius nih?"

"Iya."

Cuph

Kedua pipi Jessica mendapat masing-masing kecupan.

"Makasih Mommy" ucap mereka serentak lalu pergi ke kamar untuk siap-siap. Jessica geleng-geleng kepala.

Malamnya, setelah makan malam berakhir, kedua anak gadis tersebut baru pulang membawa beberapa tentengan.

"Kemana saja? Keluyuran sampai lupa waktu" omel Jessica.

"Kami tadi nonton bioskop dulu habis itu keliling mall belanja" kata Jisoo.

"Yaudah sana, makan malam dulu"

Anak-anak itu langsung duduk di meja makan. Jessica mengambilkan nasi untuk mereka. Di mata seorang ibu, sebesar apapun anaknya tumbuh, ia tetaplah bayi kecil di matanya.

Setelah makan, mereka pergi mandi, lalu turun lagi ke bawah. Ibu dan ayahnya sedang duduk santai di ruang keluarga.

"Kalian kapan wisuda?"

"Bisa gak nanyanya yang lain, Dad" protes Jisoo.

"Sampai kalian belum juga wisuda, Daddy bakal terus tanya"

"Mending kita gak pulang tadi, Jen" bisik Jisoo disusul anggukan Jennie.

"Kalau gak pulang, terus kalian mau tinggal di mana?"

"Rumah temen lah, di mana lagi. Atau gak di hotel" jawab Jisoo dengan santai.

"Kami usir dari rumah, baru tau rasa kalian" ancam Jessica.

"Mommy cuma bisa ngancam" dengus Jennie.

"Besok nenek, kakek, sama paman kalian mau datang. Sore harus sudah di rumah bantu Mommy kalian masak" kata Jaejoong mengambil alih perhatian.

"Ngapain mereka kesini?"

"Katanya ada yang mau diomongin sekaligus mau main karena sudah lama gak kesini" ucap Jaejoong.

"Mereka bakal nginap, Dad?"

"Soal itu Daddy kurang tahu. Kemungkinan iya"

Jisoo dan Jennie keberatan dengan kedatangan keluarga Jaejoong, tapi apa boleh buat. Mansion ini miliknya, bahkan Jessica pun tak sanggup melarang.

"Kalian besok ke kampus kan?" giliran Jessica bertanya.

"Ya, Mom."

"Pergilah tidur. Nanti kesiangan"

"Tapi besok habis bimbingan boleh langsung main gak, Mom?"

"Enggak. Kalian gak denger apa yang Daddy bilang tadi, kalian harus membantu Mommy memasak" tegas Jaejoong sekali lagi.

"Rumah segede ini kenapa gak sewa maid aja sih, Dad" protes Jisoo. Jennie cuma bisa diam karena dia bukan anaknya.

"Buat apa sewa maid kalau ada kalian"

"Pelit banget sih" dengus Jisoo beranjak dari tempat duduknya diikuti oleh Jennie.

"Unn, kita gak bisa pergi main lagi besok, apalagi ada nenek lampir sama antek-anteknya"

"Mau gimana lagi, Jen. Kalau kita gak nurut, uang jajan kita dipotong"

Jennie memanyunkan bibirnya. Sejak tahu ia bukan anak Jaejoong, Jennie tidak berani menentang ucapan sang ayah. Tidak seperti saat dia bersama Jessica. Jennie pun jajan tidak meminta uang Jaejoong, melainkan uang Jessica. Uang jajannya pun tak sebanyak Jisoo karena Jessica tidak lagi punya penghasilan. Perusahaannya telah lama dijual untuk membantu perusahaan Jaejoong yang hampir bangkrut. Sekarang ia hanya mengandalkan sisa uang dari menjadi idol dan pendapatan dari jasa desain pakaian.

"Gue mau tidur di kamar lo, Unn"

"Tumben"

"Pengen aja" jawab Jennie lesu dan masuk duluan.















Tbc


Trouble Maker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang