BARA : UDAH JATUH, MALAH KETIMPA TANGGA

156 50 8
                                    

Malam, Dears!
Ini bab BONUS buat kalian yang udah nemenin Hara maraton update hari ini. Semoga kalian terhibur sama si Bara, ya!

Enjoy this story~
Happy reading!


***

"Kita putus!"

Lho, lho, apenih? Urusan tempat tinggal aja belum beres, ini cewek sebiji malah nambah-nambahin. Udah gue bela-belain nurutin keinginan dia buat makan malam di Brotherhood, meski harus merogoh kocek dalam-dalam karena perkartuan gue yang udah pindah semua ke tangan Papa. Begitu kelar makan, bukannya asyik deep talk, malah langsung nge-ulti. Salah gue apa, coba?

"Kamu denger, kan, Bar? Kita putus."

"Nggak lucu. Abis makan tuh bercandanya yang ringan-ringan aja. Dark jokes kamu tuh bikin makanan yang baru aja masuk ke perutku rasanya pengin keluar lagi." Gue mencoba rileks. Manda pasti baru aja dapet inspirasi dark jokes dari temen-temennya. Candaan yang kadang mereka pakai buat ngetes para cowok.

"Aku serius."

"Di bagian mana seriusnya?" Sambil menyesap koktail dari gelas tinggi bermulut lebar, gue berusaha menepis keseriusan dalam nada suara dan ekspresi Manda.

"Kamu pikir aku masih mau pacaran sama cowok yang hidupnya berantakan kayak kamu?"

Otomatis kening gue berkerut. "Bentar, maksud kamu apa? Selama ini hidupku baik-baik aja. Berantakan dari mananya?"

"Kita berdua tahu, kerjaan kamu itu nggak ada masa depannya. Masih mau membela diri?"

Gue berdecak. Lagi-lagi soal pekerjaan. Nggak Papa, nggak Manda. "It's not about my job, i know. Kalau emang masalahnya cuma karena kerjaan, pasti kamu udah minta putus dari awal aku milih kerjaan ini. Kamu takut aku nggak bisa belanjain kamu kayak biasanya?"

Bingo!

Manda terlihat gelagapan. Nggak lama, dia langsung bisa menguasai ekspresinya. Tapi, gue udah telanjur menyimpulkan gelagatnya. "Kalau aku bilang, nggak akan ada yang berubah dari kebiasaan kita selama ini, apa kamu bakal percaya?"

"Gimana caranya? Kamu pikir aku nggak tahu, papamu udah ngasih ultimatum dari jauh-jauh hari. Aku juga udah ingetin kamu buat nurut. Apa susahnya sih, Bar, nurut sama orang tua? Semua fasilitas yang selama ini kamu pakai, itu juga berkat papamu. Kalau kamu nurut, kita bisa nikah tahun ini juga."

Sekali lagi gue mengernyit. "Sejak awal aku udah bilang sama kamu. Aku nggak bisa nurutin keinginan kamu buat nikah tahun ini. Bukan karena perkara finansial, tapi emang akunya yang belum siap secara mental. Aku masih pengin bebas, Nda."

"Kamu nggak mikirin aku?"

Sejak awal dekat sama Manda, gue udah bilang, jangan menaruh ekspektasi tentang pernikahan. Gue tahu, di usia Manda yang dua tahun lagi masuk kepala tiga, dia pasti pengin hubungan yang serius. Tapi, harusnya dia bisa mikirin soal itu sebelum memutuskan buat pacaran sama gue. Udah jalan dua tahun, lho, yakali dia nggak paham-paham.

"Aku pikir, waktu dua tahun cukup buat kamu mikirin soal pernikahan."

"Dari awal kan aku udah pernah bilang. Buang jauh-jauh ekspektasi kamu soal pernikahan kalau mau deket sama kamu. Aku juga nggak pernah maksa kamu buat nerima perasaan aku waktu itu. Kamu sendiri yang mau compromize. Kita udah terlalu sering berdebat soal ini."

"Aku cuma pengin status yang settle."

Manda mulai terisak. Gue menghela napas sambil memutar bola mata. Hadeh, mulai lagi deh, dramanya. Dia yang pengin putus, dia juga yang nangis.

"Kenapa sih, kamu nggak mau nikah sekarang? Toh, kamu juga udah dua lima."

"Aku masih dua lima, ya," ralat gue cepat. "Aku nggak mau nikah, tapi ngandelin duit Papa buat menghidupi kamu. Aku mau punya tabungan dari hasil kerjaku sendiri."

"Ya kalau gitu, nurut aja kerja di perusahaan!"

"Kok kamu jadi maksa gitu?" Gue bersedekap, lalu menyandarkan punggung di kursi. "Sekarang, kamu mau apa? Putus? Oke, kalau emang itu mau kamu. Kita putus."

Tanpa menunggu Manda menjawab atau mengatakan sesuatu lagi, gue lekas berdiri, mengambil kartu debit di dompet dan meletakkannya di atas papan bill. Gue beranjak lebih dulu buat menyelesaikan pembayaran. Kemudian, tanpa menoleh lagi, gue segera keluar dari bar, meninggalkan Manda yang masih duduk bengong di kursinya.

Sialan!

Tabungan gue berkurang banyak. Gara- gara Manda, duit tiga setengah juta melayang gitu aja jadi taik. Harusnya, kalau dia tahu semua fasilitas gue dicabut, dia bisa milih tempat makan yang lebih affordable. Gue menghela napas. Lupa lagi, gue. Menurut dia kan, tiga setengah juta itu affordable buat sekadar makan malam.

TBC

Gimana? Udah terhibur sama kisah si Bara?

Begini nih, kalau old money Jakut mendadak ngekos. Jadinya benar-benar perhitungan parah. Maklumin, yak! Dia nasibnya sebelas dua belas sama Ami. Sama-sama kere mendadak! Haha.

Jika berkenan, tolong di-vote dan tinggalin komentar ya, Dears!

Thanks for your support~


Big hug,
Vanilla Hara
29/9/24

SESUAI BUDGET | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang